JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Mandiri, produktif, karier melejit. Gambaran itu melekat dalam diri Luna Maya (40). Bukan hanya karier di entertainment, melainkan juga sederet bisnisnya. Mulai fashion, beauty, hingga media digital. Kehidupan personal Luna juga tak lepas dari sorotan. Meski nama serta kariernya sempat terpuruk 2010 silam, perempuan berdarah Bali-Austria tersebut berhasil bangkit.
Peraih penghargaan pemeran utama wanita terpuji film bioskop Festival Film Bandung 2019 itu berbagi cerita momen perjuangan bangkit, insecurities, hingga capaian yang ingin dikejar. Pernah ada di titik nol dalam hidup. Apa yang Luna pelajari dari masa lalu? Lebih bersyukur aja bahwa ternyata hidup ini adil kok. Walaupun kadang-kadang kita menganggap ini nggak fair. Jadi, lebih kuat dan yakin hidup ini bisa terbalik.
Bagaimana menyemangati diri untuk bangkit?
Kita sendiri yang menentukan mau ada di posisi mana dan seperti apa. Sekarang udah bisa ketawain aja. Waktu itu sih pengin mati dihina-hina se-Indonesia sampai ngerasa nggak ada kulitnya. To be honest itu bukan sesuatu yang dibanggakan, tapi aku sudah bisa menghadapi hal terburuk dalam hidup dan berdiri lagi.
Kini Luna makin bersinar dalam karier entertainment maupun bisnis. Apa saja upaya mencapai itu?
Gitu, ya? Kalau disebut makin bersinar, mungkin karena kerja keras dan aku cukup persisten. Kerikil-kerikil pasti ada. Sama kayak lainnya, tantangannya banyak, cobaan dan problemnya juga banyak. Cuma, bagaimana mengatasi itu dan berevolusi jadi lebih baik. Itu journey kita.
Masih ada yang ingin dicapai?
Kita pasti pengin selalu lebih baik lagi. Ya banyak lah, pengin financial freedom, bebas dari utang, bebas dari kecemasan juga.
Belum merasa aman dari segi finansial?
Belum sih, masih di taraf hidup nyaman. Bersyukur masih bisa bayar ini itu dan menikmati hidup. Belum bisa tuh hari ini nggak kerja, tapi semua pembayaran terpenuhi. Masih harus kerja supaya bisa menikmati apa yang aku inginkan.
Mobilitas Luna ke luar negeri tinggi. Ada rencana pindah ke luar?
Kayaknya nggak deh, belum wise untuk aku ninggalin (Tanah Air). Di sini kan ada dua perusahaan yang sedang berjalan. Aku mikirnya, ada karyawan yang percaya dengan apa yang aku bangun. Aku rasa belum di taraf yang cukup.
Kesuksesan dan kemandirian Luna dianggap bikin laki-laki minder mendekati. Gimana Luna menanggapinya?
Aku sih berharap nggak, ya. Karena aku bisa menghidupi diri sendiri dengan sangat baik. Kalau (laki-laki) pada takut, ya artinya belum ada yang tepat aja. Aku harus sabar dan ikhtiar lagi.
Ada kriteria tersendiri?
Ya, aku berharap laki-laki yang datang nanti tulus menyayangi aku. Aku juga bakal balik sayang kok. Aku tuh orang yang apa adanya, nggak yang pura-pura jual mahal. Jadi, sayangi aja aku.
Apakah seorang Luna masih punya hal yang bikin insecure?
Ada aja lah kadang. Kayak udah cakep belum, ya? Kalau lagi ngaca, aduh kurang mancung, kelihatan tembem, pinggulnya gede, ya gitu lah. Aku rasa semua orang punya rasa ketidakpercayaan diri.
Di luar itu, ada lagi? Gimana mengatasinya?
Kadang berandai-andai, coba dulu aku sekolah di luar negeri biar kayak teman-teman. Terus, berharap sekolahnya bisa kelar karena dulu kan nggak sempat nuntasin. Tapi, di luar itu aku sadar banyak blessing yang dikasih. Nggak perlu membandingkan dengan orang lain.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman