JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Tersanjung yang tayang di layar kaca pada 1998 hingga 2005 begitu melekat di ingatan penggemar sinetron tanah air. Tujuh musim, ratusan pemain. Dengan drama tiada henti yang menguras emosi. Kini, sinetron legendaris itu diadaptasi ke film.
Hidup Yura (Clara Bernadeth) bak deretan penderitaan tak kunjung usai. Ditinggal wafat ibunda, dijodohkan paksa, hampir diperkosa, menanggung beban ekonomi keluarga, hingga rela putus kuliah. Belum lagi saat ayahnya, Gerry (Nugie), mengidap stroke dan tidak bisa melanjutkan karir sebagai musisi.
Di tengah kekalutannya, ada dua sahabat yang menjadi pemberi ketenangan bagi Yura. Mereka adalah Oka (Kevin Ardilova) dan Cristian (Giorgino Abraham). Keluarga Oka mau menerima Yura ngekos di tempat mereka, sedangkan Cristian dengan tulus hati membantu masalah keuangan Yura.
Lambat laun, perasaan Cristian ke Yura berubah. Benih cinta muncul. Cristian yang merupakan anak orang kaya akhirnya memilih Yura sebagai kekasihnya. Meskipun awalnya keluarga Yura tidak setuju, Yura tetap bertahan pada pilihannya.
Hingga akhirnya, Yura yang baru sedikit merasakan kebahagiaan harus terhempas ke lembah duka lagi. Sesuatu yang buruk terjadi. Kini, semua bergantung Yura: apakah mau menyerah pada nasib atau mencari kebahagiaan lain.
Sutradara dan penulis naskah Hanung Bramantyo mengungkapkan bahwa Tersanjung the Movie merupakan adaptasi bebas sekaligus reboot dari versi sinetronnya.
“Saya dulu nonton musim pertamanya,” ujar sutradara yang sering dipercaya mengarahkan film drama itu.
Saat Hanung menonton Tersanjung musim pertama pada 1998, yang menarik perhatiannya adalah tokoh Indah (Lulu Tobing). Sepanjang 7 musim Tersanjung, ada satu esensi kisah yang menjadi ciri khas.
”Penderitaan yang terus-menerus. Indah ini hidupnya penuh penderitaan,” kata Hanung.
Ketika hendak membuat adaptasi baru dan bebas Tersanjung, Hanung dan Amrit Punjabi selaku salah satu produser ingin memberi sesuatu yang baru. Namun, esensi sinetron lamanya tetap terjaga.
”Ya akhirnya kisah penderitaan tiada henti itu kami terapkan ke tokoh Yura dengan jalan cerita baru,” jelas Amrit.
Upaya Hanung dan Amrit dalam menerapkan kisah Indah ke sosok Yura terbukti tepat. Selama film berlangsung, kita akan mudah tersentuh dengan sosok Yura yang berkali-kali tersakiti. Tak hanya lewat akting dan adegan, voice over Yura pun sarat dengan kesedihan dan ketegaran.
Ketika satu masalah lain selesai, masalah lain muncul. Membuat emosi penonton kerap tersentuh melihat perjuangan dan pergolakan batin Yura. Berbagai aspek cerita dramatis seperti percintaan beda kelas, keluarga yang hancur, dan hamil di luar nikah menjadi bumbu. Membuat kita seolah bernostalgia dengan sinetron dekade 1990-an.
Sebagai latar tahun, Hanung memilih 1998. Tahun di mana Tersanjung kali pertama tayang. Berbagai hal terkait tren 90-an menjadi pelengkap dan penambah nuansa cerita. Mulai krisis moneter yang juga mengancam orang kaya, pergolakan politik, hingga demonstrasi mahasiswa.
“Tapi, ini latarnya di kota luar Jakarta. Kita bisa lihat, apa sih yang terjadi di luar Jakarta saat peristiwa reformasi,” katanya.
Agar bisa sesuai dengan selera penonton zaman sekarang, Hanung memasukkan unsur cerita yang dekat. Misalnya, soal ghosting dan friend zone.
”Itu kan sebenarnya sejak dulu sudah ada. Cuma, dulu belum ada istilahnya,” tambah Amrit.
Terbukti bahwa ghosting dan friend zone adalah contoh pencetus konflik di film berdurasi 1 jam 54 menit ini.
Sebagai akhir cerita, Tersanjung the Movie punya ending yang tidak bisa dibilang ”selesai”. Ada beberapa pertanyaan yang menggantung. Terkait itu, Amrit menjelaskan, pihaknya sedang merencanakan sekuel. Mengingat, Tersanjung versi sinetron pun terdiri atas banyak season.
”Ya nanti kita lihat lah,” pungkasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Eka G Putra