Setelah lima tahun berlalu, Joko Anwar merilis sekuel film Pengabdi Setan. Sekte penyembah setan yang meneror keluarga Suwono (Bront Palarae) kembali di Pengabdi Setan 2: Communion. Rumah susun yang mereka tinggali menjadi saksi bagaimana bertahan hidup dari teror.
Laporan: Jawapos.com, Jakarta
SETELAH kejadian mencekam di rumah lama, keluarga Suwono memutuskan untuk pindah tanpa si bungsu Ian (Muhammad Ahdiyat). Dan, mereka memulai kehidupan baru dengan memilih tinggal di sebuah rumah susun di kota.
Rini (Tara Basro) kembali melanjutkan pendidikan. Bahkan, dia berhasil mendapatkan beasiswa di luar kota. Namun, keberadaan Bapak, Toni (Endy Arfian), dan Bondi (Nasar Anuz) menjadi pertimbangan terberatnya.
Maklum, dari prekuelnya, Rini memang bertugas mengurus rumah serta adik-adiknya ketika Ibu (Ayu Laksmi) mulai sakit-sakitan. Apalagi, ancaman badai dan banjir diprediksi datang dalam waktu dekat.
Awalnya, semua kehidupan keluarga Suwono di rumah susun berjalan mulus. Sampai akhirnya rentetan kejadian aneh dimulai ketika kecelakaan di rumah susun menelan belasan korban jiwa. Mulai anak-anak, ibu hamil, hingga kakek-nenek.
Peristiwa itu, rupanya, berkaitan dengan ritual sekte penyembah setan. Nahasnya, mayat-mayat tak bisa langsung dimakamkan karena badai. Listrik padam, sedangkan setengah dari penghuni rusun memilih untuk mencari tempat aman. Keluarga Suwono menjadi salah satu yang memilih menetap.
Di Pengabdi Setan: 2, cerita serta karakter-karakter yang ada mengalami perkembangan. Alur ceritanya juga semakin kuat. Sekuel ini menjawab sebagian tanda tanya besar di film pertamanya. Karena itu, sangat disarankan lebih dulu menonton film pertamanya.
Meski begitu, Joko juga meninggalkan teka-teki baru yang semakin membuat penasaran di film ini. Misalnya, tokoh Batara (Fachri Albar) dan Darminah (Asmara Abigail) yang belum terungkap. Akankah Pengabdi Setan dibuat trilogi?
Joko enggan memberikan pernyataan yang pasti. ”Di script ada beberapa yang gue tandain. Nah, itu ada kelanjutannya di film berikutnya. Dengan catatan, film ini harus sukses,” katanya.
Selama hampir dua jam, ketegangan dan kegelisahan penonton sudah ada sejak awal film diputar. Sementara itu, adrenalin serta emosi penonton dibuat memuncak di pertengahan hingga akhir film. Penonton tidak dibuat sekadar menonton. Tapi dibikin seolah ikut bermain dan terjebak di rumah susun bersama para cast.
Secara keseluruhan, Joko berhasil meningkatkan kualitas segala elemen di film keduanya ini. Mulai blocking kamera, estetika, sinematografi, efek suara, visual, hingga tone warna yang dipilih sangat apik.
Sejak awal direncanakan, Joko memang sudah bertekad membuat Pengabdi Setan 2: Communion bernilai lebih dari segala aspek. ”Kami bikin film bukan untuk gaya-gayaan, tapi bercerita. Semua dipersembahkan untuk penonton agar bisa masuk ke dunia pengabdi setan,” ujarnya.
Joko mengungkapkan, Pengabdi Setan 2: Communion syuting dengan pencahayaan yang natural. Seluruh scene mati lampu di malam hari dilakukan tanpa alat bantu penerangan apa pun. Joko ingin membuat ketakutan penonton terbentuk secara alami.
”Jadi, kami bercerita lewat indra. Karena kalau sekadar gambar hanya mata yang diberi sajian, tapi indra perasa kita merasa ditipu,” papar Joko.
Kekuatan karakter-karakter yang ada, misalnya Ibu, juga menjadi kunci membuat film horor agar ketakutan yang dirasakan penonton lebih lama. Joko memang berhasil membuat jumpscare di film terasa tidak menyebalkan. Sebab, dia tidak hanya mengandalkan efek suara seperti kebanyakan film horor pada umumnya. Sementara bumbu-bumbu komedi dari celetukan para pemain juga sukses mengundang tawa penonton.
Kehadiran tokoh-tokoh baru seperti Tari (Ratu Felisha) dan Dino (Jourdy Pranata) menambah warna dan kesegaran cerita Pengabdi Setan 2: Communion. Akting keduanya begitu mencuri perhatian. Bahkan, nama Feli sempat menduduki trending topic di Twitter karena kekuatan perannya. ”Norak sih aku. Speechless aku, mau nangis ketika ditawarin ikut main di film favorit sama sutradara favorit,” kata Feli.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman