Seni pertunjukan Nostalgia Slow Rock Melayu yang ditaja Woy Band pada 12 Maret di Anjung Seni Idrus Tintin, dikemas dengan konsep bernostalgia. Woy Band sengaja memanjakan para penggemar lagu slowrock Melayu yang ada di Riau. Kemanjaan yang dimaksud, tentu saja dimulai dari pilihan-pilihan lagu (Tribute Wings, Search, Ella, XPDC, BPR, Gersang, Mega, Blackrose).
Semua lagu tersebut akan dimainkan Woy Band dengan gaya ala era 1980-an dan 1990-an dari gaya rambut, kostum hingga style penampilan di panggung. Mereka menyesuaikan penampilan serupa dengan zamannya.
“Kami dengan rela dan ikhlas akan menggunakan wig. Selain itu, kami juga sudah siapkan kostum-kostum ala slowrock 80-90-an. Begitu juga dengan persiapan latihan yang telah kami jalani selama dua bulan belakangan. Mulai dari latihan penguasaan materi sampai latihan gaya-gaya ala slowrock era 80-90an. Kami berusaha untuk “meniru” beberapa hal penting sebagai upaya mengajak para pengunjung mengokah kenangan selain lewat tembang yang dilantunkan. Artinya, tidaklah harus serupa tetapi paling tidak ada yang dirasakan, nah, itulah yang kami upayakan,” ujar Jefri Sagu selaku vokalis di Woy Band beberapa waktu lalu disela-sela latihan.
Tidak hanya itu, disebutkan penyair Riau ini, mereka juga mengemas pertunjukan konsep teater komedi yang akan ditam pilkan disela-sela lagu. Katanya, teater komedi itu sebagai pembuka di awal beberapa buah lagu. Tujuannya juga tak lain untuk memperkuat suasana bernostalgia. Tak tanggung-tanggung, yang akan tampil dalam teater komedi itu adalah aktor muda Riau, Ridwan Mustafa, anggota sanggar Matan yang memang memiliki kekuatan dalam hal improvisasi dalam setiap permainannya. Ridwan yang dikenal sehari-hari berprofesi sebagai guru itu akan berrmain bersama mahasiswa tari Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR), Gita dan alumni AKMR, Fera.
“Jadi memang, keberadaan teater komedi itu sebagai pengantar sekaligus perencah untuk menghibur para penggemar slowrock Melayu era 80-90an. Dalam proses latihan kami selama ini, yang langsung mensutradarai seni pertunjukan seacara keseluruhan langsung pula kami minta kesedian sutradara muda dari sanggar teater Matan, Monda Gianes didampingi sang manajer, Eriyanto Hady, “ lanjut Jefri.