JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Trio penyihir Sanderson Bersaudari mengakibatkan huru-hara di Salem, Massachusetts, dalam film Hocus Pocus yang dirilis 29 tahun lalu. Mereka bangkit dari kematian setelah seorang remaja, Max (Omri Katz), menyalakan lilin hitam.
Sanderson Bersaudari –Winnie (Bette Midler), Mary (Kathy Najimy), dan Sarah (Sarah Jessica Parker)– lalu mencari cara untuk mengisap jiwa anak-anak di malam Halloween agar mereka bisa hidup abadi dan awet muda. Namun, rencana mereka gagal dan mereka pun menghilang.
Kini, Sanderson Bersaudari kembali lagi ke Salem di film Hocus Pocus 2. Penyebabnya sama, yakni lilin hitam yang kembali dinyalakan. Namun, kali ini yang menyalakan adalah Becca (Whitney Peak), remaja yang tertarik dengan hal-hal klenik. Sanderson Bersaudari pun kembali dengan agenda lama mereka: mengisap jiwa anak-anak dan remaja agar bisa hidup abadi.
Setelah dirilis di platform Disney+ Hotstar pada 30 September lalu, Hocus Pocus 2 rupanya mendapat respons yang hampir sama dengan pendahulunya. Mengutip Metacritic, Hocus Pocus 2 mendapat respons campuran (positif dan negatif) dan rata-rata. Sementara itu, Rotten Tomatoes memberikan skor 59. Lebih baik daripada pendahulunya yang hanya 38, tetapi tidak bisa dibilang sempurna.
Ada berbagai hal yang mendapat pujian dari para pengamat. Salah satunya, konsistensi para cast –terutama tiga pemeran Sanderson Bersaudari– dalam mempertahankan ciri khas karakter.
’’Kegilaan Midler, Najimy, dan Parker sulit ditolak,’’ ujar Peter Travers, kolumnis film dari ABC News.
Midler, Najimy, dan Parker bisa dibilang merupakan nyawa dari Hocus Pocus. Ketika mendapat tawaran untuk kembali dalam sebuah sekuel, mereka menerima dengan senang. ’’Ketika Hocus Pocus menjadi fenomena, aku bertanya ke beberapa orang ’mau sekuel nggak?’. Melihat sekuel dirilis, rasanya seperti mimpi jadi nyata,’’ ujar Midler dalam jumpa pers global virtual yang diikuti Jawa Pos.
Midler memang menjadi daya tarik utama Hocus Pocus. Aktris, komedian, dan juga penyanyi itu begitu bersinar di Hocus Pocus 2. Karakternya yang gila kekuasaan, tapi jenaka, serakah dengan cara yang menggelikan, sekaligus menyihir massa dengan nyanyian cukup menghibur buat dilihat.
Mary, si saudari tengah, masih memiliki indra penciuman yang tajam dan selalu berusaha terlihat pintar di hadapan Winnie, sosok yang dikaguminya. Mary sukses membuat tertawa dengan tingkahnya mengunyah face mask –mengira itu adalah wajah bayi yang bikin awet muda atau menggunakan pengisap debu sebagai ’’sapu terbang’’.
Sementara itu, karakter Sarah juga konsisten menghibur dengan ciri khasnya. Parker sukses mempertahankan si saudari bungsu yang lamban berpikir, tergila-gila pada lelaki, dan superpolos. Namun, menjelang akhir film, akan ada sisi pemberontak yang ditunjukkannya. Meskipun, tidak banyak dan terkesan hanya tempelan.
Adegan lain yang juga menghibur adalah ketika Sanderson Bersaudari yang asli dicemooh cosplayer Sanderson Bersaudari karena dianggap penipu yang mengaku asli. Sanderson Bersaudari lantas menyihir para cosplayer dan penonton lomba agar menari bersama –persis seperti salah satu adegan di film pertama.
’’Kami menjaga supaya elemen hiburan tetap ada, mulai humor, musik, hingga nyanyian. Itu semua untuk menghormati film pertamanya,’’ ujar sutradara Anne Fletcher dalam jumpa pers global.
Peak sebagai cast baru juga memberi warna kekinian pada Hocus Pocus 2. Pembawaannya yang energik dan percaya diri seolah-olah mewarisi spirit Sanderson Bersaudari. Terlebih, kekompakannya dengan dua sahabatnya, Izzy (Belissa Escobedo) dan Cassie (Lilia Buckingham).
’’Kami bertiga sudah pernah saling kenal. Kurasa itu yang bikin kami jadi kompak,’’ ujar Peak dalam wawancara bersama Jawa Pos.
Yang juga menarik dari Hocus Pocus 2 adalah latar belakang dari Sanderson Bersaudari. Di awal film, penonton akan melihat bagaimana masa lalu ketiganya sebelum menjadi penyihir. Di akhir film, kita akan melihat sisi lembut mereka. Sayang, hal itu dikritik lantaran pemaparannya kurang elaboratif dan terlalu cepat.
’’Terlalu memaksakan untuk memperlembut para penyihir,’’ ujar Benjamin Lee, kolumnis film The Guardian.
Meski menghibur, Hocus Pocus 2 masih panen kritik soal jalan cerita. Menjelang akhir film, karakter wali kota Salem Jefry Traske (Tony Hale) seolah-olah dibiarkan. Padahal, dia adalah keturunan Reverend Traske, sosok yang mengusir Sanderson Bersaudari muda dari permukiman pada 1653. Dendam Sanderson Bersaudari pada Traske dan keturunannya seperti dibiarkan begitu saja meski menarik dieksplorasi.
Jalan cerita juga kurang lebih sama dengan Hocus Pocus pertama. Terlampau umum dan mudah ditebak. Tidak ada elemen kejutan yang begitu berarti. Hal yang membuat orang betah menonton adalah kejenakaan Sanderson Bersaudari dan karakter mereka yang ikonik.
Meskipun mendapat respons beragam, Hocus Pocus 2 punya sisi yang bikin fans –terlebih generasi ’90-an– tersentuh. Beberapa adegan mengingatkan penonton akan film pertamanya. Mengutip konsensus kritik Rotten Tomatoes, Hocus Pocus 2 pada dasarnya adalah nostalgia. Meski lemah dalam penceritaan, Hocus Pocus 2 tetap menghibur dan bisa jadi throwback moment yang seru.
TRIVIA
– Doug Jones kembali lagi sebagai Billy si zombi. ’’Aku tak sulit menghidupkan kembali Billy karena aku menonton Hocus Pocus setiap Halloween,” ujar Jones.
– Sosok Gilbert dan pemerannya, Sam Richardson, sama-sama menggemari Sanderson Bersaudari. ’’Aku seperti memerankan diri sendiri,’’ ujar Richardson. Gilbert merupakan pemilik toko sihir yang dulunya adalah kediaman Sanderson Bersaudari.
– Hannah Waddingham berperan sebagai Mother Witch, sosok yang membuat Sanderson Bersaudari tertarik pada sihir dan membimbing mereka.
– Tiga drag queens dari RuPaul’s Drag Race menjadi kameo pemeran cosplayer Sanderson Bersaudari. Mereka adalah Ginger Minj, Kornbread Jete, dan Kahmora Hall.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman