JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Viral di media sosial adanya dugaan SPF palsu pada produk-produk sunscreen yang ada di Indonesia. Hal itu diramaikan oleh konten kreator Ericiko di TikTok. Ia menggunakan tes mesin lab dan tes kulit manusia untuk mengukur nilai kandungan SPF pada sunscreen atau tabir surya tertentu.
Hasilnya, beberapa sunscreen ternyata tidak memiliki nilai SPF seperti yang dicantumkan dalam kemasan. Sebagian merek sunscreen yang mengklaim SPF 50 ternyata kandungannya kurang dari agka tersebut. Bahkan ada beberapa yang lebih tinggi dari 50.
Lantas, bagaimana cara memastikan produk sunscreen benar-benar memiliki kandung SPF yang cukup?
Brand Representative Unitary Vayanadela Murbarani mengatakan, cara terbaik adalah dengan memilih sunscreen yang memiliki laporan pengujian merek oleh organisasi yang berintegritas tinggi.
Dilihat dari data saat ini, ia mengatakan bahwa pemasok bahan baku kosmetik terkenal di dunia antara lain BASF dari Jerman, Royal DSM dari Belanda, Evonik dari Jerman, Givaudan dari Swiss, Dow Chemical dari Amerika Serikat, Firmenich dari Swiss, Solvay dari Belgia, dan Lonza Swiss.
"Konsumen dapat memastikan efektivitas dan keamanan sunscreen dengan memeriksa apakah filter UV yang digunakan pada sunscreen berasal dari pemasok ternama tersebut," kata Vayanadela kepada wartawan, Kamis (7/9).
Hal yang mesti diperhatikan berikutnya adalah klaim SPF tiap peroduk. Faktor ini dapat diidentifikasi sebagai tanda kemampuan suatu produk sunscreen dalam menangkal sinar ultraviolet. SPF biasanya tercantum di label kemasan dan memiliki tingkat yang berbeda.
"SPF 15 hanya bisa menahan 93 persen radiasi sinar UVB selama 2,5 jam di luar ruangan. Sementara SPF 30 mampu menahan 97 persen radiasi dengan tingkat ketahanan mencapai lima jam," terang Vayanadela.
"Terakhir, SPF 50 sangat direkomendasikan jika kita sedang travelling atau mempunyai pekerjaan yang kerap mengharuskan berada di luar ruangan. Sunscreen dengan SPF 50 mampu menahan sinar UVB hingga delapan jam," sambungnya.
Selain itu, jika belum tahu tabir surya mana yang cocok untuk jenis kulit, ia menyarankan untuk memilih sunscreen yang ramah lingkungan.
Dalam penelitian Stanford University yang diterbitkan pada 2 Mei 2022 lalu, diketahui bahwa oxybenzone dan micro-nano zinc oxide, kandungan yang umumnya terdapat dalam produk sunscreen dan sejenisnya, berkontribusi negatif pada kesehatan terumbu karang.
Bahan kimia pada ramuan itu disinyalir mematikan biota laut pada ekosistem terumbu karang. Produk sunscreen yang mengandung bahan-bahan tersebut telah terbukti menghancurkan karang, menghambat reproduksi, dan menyebabkan pemutihan terumbu karang.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman