KESEHATAN

Bahayanya Kesepian,Berisiko Kematian Dini?

Gaya Hidup | Rabu, 08 Mei 2019 - 13:34 WIB

Bahayanya Kesepian,Berisiko Kematian Dini?
Ilustrasi-Kesepian(int)

RIAUPOS.CO-Kesepian berbeda dengan menyendiri. Terkadang menyendiri dapat bermanfaat untuk kesehatan dan sebagai ajang introspeksi diri. Kesepian tidak selalu berada di lingkungan yang sepi dan jauh dari orang lain.

Berada di kerumunan banyak orang pun dapat membuat seseorang tetap mengalami kesepian. Jika dibiarkan, kesepian yang berlangsung berlarut-larut dan kronis bisa berbahaya bagi kesehatan, bahkan bisa tingkatkan risiko kematian dini.

Baca Juga :Jadi Inspirasi Lagu BTS! Simak Kisah Si 52 Hertz, Paus Paling Kesepian di Dunia

Pindah ke lingkungan baru, kultur baru, atau tempat asing dapat membuat seseorang mengalami kesepian. Selain itu, banyak faktor lain yang bisa membuat seseorang mengalami kesepian. Seperti ditinggal orang terkasih, dikucilkan dari pergaulan, dan masih banyak lagi.

Bahaya kesepian

Menurut penelitian yang dipublikasikan di Indian Journal of Psychiatry pada tahun 2013, disebutkan bahwa kesepian sama berbahayanya seperti merokok 15 batang sehari.

Dalam penelitian tersebut, dilaporkan bahwa orang yang kesepian berisiko 50 persen lebih tinggi untuk mengalami kematian dini bila dibandingkan dengan seseorang yang memiliki hubungan sosial baik.

Terdapat beberapa alasan mengapa kesepian dapat menyebabkan kematian dini. Pertama, kesepian kronis dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko Anda mengalami berbagai penyakit.

Selain itu, kesepian juga meningkatkan risiko peradangan di tubuh dan dapat berujung pada penyakit kronis.

Hasil riset lain yang dilakukan oleh Brigham Young University di Utah, Amerika Serikat juga mendukung hal yang sama. Pada riset tersebut dilaporkan bahwa kesepian dapat meningkatan risiko kematian lebih cepat. Pada studi yang melibatkan hampir 3,4 juta paritisipan tersebut dilaporkan bahwa kesepian atau menarik diri dari lingkungan sosial dapat meningkatkan risiko kematian dini hingga 30 persen.

Angka itu bahkan lebih tinggi dibandingkan faktor lainnya seperti obesitas, polusi udara atau jarang berolahraga. Sementara itu, partisipan dengan hubungan sosial yang baik memiliki angka harapan hidup lebih tinggi sebesar 50 persen.

Tak hanya itu, kesepian juga dapat berakibat fatal bagi jantung. Berdasarkan penelitian yang diterbitkan di jurnal JAMA Internal Medicine, risiko penyakit jantung atau stroke meningkat hingga tiga kali lipat pada tiga bulan pertama setelah kematian orang yang disayangi.

Kesepian bisa picu gangguan kejiwaan

Para peneliti juga menemukan bahwa terdapat peningkatan risiko kematian 25 persen lebih tinggi dalam periode satu tahun setelah ditinggal orang yang disayangi pada pasangan lanjut usia, dengan puncaknya adalah pada tiga bulan pertama. Rasa nyeri atau pedih yang Anda alami tersebut dapat menyebabkan darah mengalir ke area otak yang "bertanggung jawab" untuk menghasilkan nyeri fisik.

Jika terus dibiarkan, kesepian juga dapat memicu terjadinya gangguan kejiwaan mulai dari depresi, gangguan kecemasan sosial, gangguan makan, dan juga hoarder alias penimbun barang.

Seperti dilansir oleh Mayo Clinic di Amerika Serikat, memiliki dukungan sosial dan hubungan sosial yang baik dengan orang lain sangat penting, terutama ketika Anda sedang mengalami masalah.

Menurut studi yang dilakukan oleh Duke University Medical Center melaporkan bahwa orang yang kesepian, depresi, dan terisolasi dari lingkungan sosial mengalami risiko 3–5 kali lebih tinggi mengalami kematian dini dibandingkan orang dengan dukungan lingkungan sosial yang baik.

Dalam era di mana seseorang bisa memiliki ratusan bahkan ribuan teman di media sosial, hal tersebut tidak dapat menyembuhkan perasaan kesepian seseorang yang malah bisa berujung pada peningkatan risiko kematian dini. Memiliki seorang sahabat tempat Anda berbagi tentu jauh lebih penting dibandingkan memiliki ribuan teman virtual di media sosial.(MS/RVS)

Sumber: JPNN.com

Editor: Deslina

  









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook