Recovery ‘’Emas Hitam’’ Terapkan Metode EOR

Feature | Selasa, 31 Oktober 2023 - 20:35 WIB

Recovery ‘’Emas Hitam’’ Terapkan Metode EOR
Team Manager Dumai Operation PHR Achmad Ubaydillah memaparkan terkait operasi Dumai di ruang control CCTV Dumai Operation, Jumat (25/8/2023). (HENNY ELYATI/RIAUPOS.CO)

Sektor minyak bumi masih menjadi tumpuan utama dalam produksi energi di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir trend-nya produksi minyak bumi cenderung mengalami penurunan. Beberapa upaya peningkatan cadangan minyak bumi senantiasa diupayakan, salah satunya adalah meningkatkan recovery minyak dengan penerapan metode enhanced oil recovery (EOR)

Laporan HENNY ELYATI, Pekanbaru

‘’EMAS hitam’’ yang diambil dari perut bumi ini melalui proses yang panjang hingga menjadi berbagai produk yang bisa dinikmati masyarakat. Pertamina Hulu Rokan (PHR) merupakan salah satu perusahaan migas yang beroperasi di tujuh kabupaten/kota di Riau.

Produsen minyak di seluruh dunia menerapkan teknologi enhanced oil recovery (EOR) yang canggih untuk meningkatkan produksi dan memperpanjang umur ladang minyak yang sudah tua, salah satunya adalah lapangan Duri di Indonesia yang dikelola oleh PT PHR.

Teknologi EOR yang canggih melibatkan penyuntikan gas, uap, atau bahan kimia ke dalam reservoir bawah tanah untuk mengeluarkan lebih banyak minyak. Lapangan Duri telah menerapkan teknologi steamflood sejak tahun 1985 untuk meningkatkan perolehan minyak berat. Ini adalah salah satu pengembangan steamflood terbesar di dunia.

Team Manager Steam Station PHR Joko Laksono menjelaskan, operasi steamflood (injeksi uap) yang ada di Duri merupakan operasi steamflood terbesar di dunia, yakni mampu menghasilkan uap hingga 370 MBSWPD. Minyak yang dihasilkan dari lapangan Duri merupakan minyak berat bersifat kental seperti lilin dan memiliki viskositas atau hambatan aliran yang sangat tinggi, sehingga sulit untuk diekstraksi. Upaya yang dilakukan untuk mendorongnya ke permukaan memerlukan temperatur dan tekanan yang dihasilkan dari injeksi uap ke perut bumi.

‘’Di Duri, uap diinjeksikan di dekat dasar reservoir melalui sumur injeksi. Uap uap naik menuju bagian atas reservoir. Uap tersebut memindahkan panas ke minyak berat yang dingin, mengurangi viskositas dan membuatnya lebih mobile sehingga mengalir ke sumur produksi,’’ ujar Joko.

Produksi minyak dari sebuah reservoir secara alami pasti akan mengalami penurunan atau bahkan tidak dapat menghasilkan sama sekali. Kondisi tersebut tidak serta merta menggambarkan bahwa cadangan minyak dalam reservoir sudah habis. Jika hanya mengandalkan metode produksi primer (primery recovery) kemungkinan besar masih sangat banyak minyak yang tersisa di reservoir, untuk itu diperlukan metode produksi lanjutan untuk bisa menguras minyak yang masih banyak tersisa di reservoir. Metode enhanced oil recovery (EOR) akan memberikan solusi pengurasan terhadap minyak yang masih ada di dalam reservoir yang tidak dapat diambil dengan produksi primer. Namun untuk menerapkan metode EOR diperlukan pemilihan yang tepat sehingga didapatkan hasil yang optimum sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.

Enhanced oil recovery (EOR) adalah metode peningkatan produksi minyak bumi dengan menginjeksikan sumber energi eksternal dan/atau material untuk memperoleh minyak yang tidak dapat diproduksikan secara ekonomis menggunakan primary recovery dan secondary recovery. Metode EOR dapat menyebabkan perubahan pada reservoir seperti komposisi, rasio mobilitas minyak dan air, dan struktur batuan fluida.

Proses injeksi panas ke dalam reservoir untuk mengurangi viskositas minyak, meningkatkan kemampuan fluida untuk mengalir melalui reservoir, dan mengurangi ketegangan antara batuan dan cairan (interfacial tension) yang tujuannya untuk meningkatkan mobilitas minyak dan membuat jalur aliran yang lebih mudah menuju sumur produksi. Selain itu, minyak yang dipanaskan akan menguap sehingga membentuk minyak yang lebih tipis melalui kondensasi. Panas dapat disuplai dari luar reservoir melalui injeksi uap panas atau air panas atau dapat dibangkitkan dalam reservoir itu sendiri melalui pembakaran.

Central Gathering Station 10, Duri Steamflood (CGS 10 DSF), Duri, Bengkalis, melihat pemanfaatan dan daur ulang air terproduksi dalam sistem injeksi uap (steamflood) yang berteknologi tinggi dan ramah lingkungan.

 Fasilitas di CGS 10 ini juga merupakan yang terbesar untuk lapangan Duri dengan mengolah 200 ribu barel fluid per day dan produksi minyak sekitar 19 ribu barel per day. Operasi steamflood (injeksi uap) yang ada di sini ini adalah merupakan operasi steamflood terbesar di dunia, yakni mampu menghasilkan uap hingga 370 MBSWPD.

‘’Setelah pemisahan itu ada 36.000 barel air yang dihasilkan per hari atau setara dengan 23 ton per jam.  Air tersebut lalu menjadi bahan baku di steam station ini. Fungsi steam station ini untuk mengubah fase air ini menjadi fase uap,’’ papar Joko.

 

Setelah menjadi uap kemudian diinjeksikan kembali ke perut bumi dengan tujuan utamanya adalah reservoir. Reservoir adalah bebatuan di kedalaman tanah yang memiliki sifat fisis tempat cadangan minyak yang tersimpan di lubang-lubang bebatuan. Untuk mengeluarkannya, uap yang dihasilkan steamflood station lalu diinjeksikan dengan tujuan mendorong minyak-minyak yang tersimpan dan membeku di reservoir naik ke permukaan.

Jaringan Pipa Setara Bolak-Balik Sabang-Merauke

Team Manager Dumai Operation PHR Achmad Ubaydillah menjelaskan, daerah operasi wilayah kerja (WK) Rokan berbentuk seperti kanguru dengan bentangan daerah operasi seluas 6.200 kilometer persegi. Untuk memperlancar pemasokan minyak mentah yang berhasil diambil dari perut bumi, PHR membangun jaringan pipa setara bolak balik Sabang-Merauke.

Jaaringan itu menyatukan antar berbagai rupa teknis kerja yang berkaitan dengan pengoperasian minyak mentah, upstream subholding yang berujung pada shipping subholding sebuah proses pengangkutan minyak mentah menggunakan tanker.

‘’Daerah operasi PHR berada di Kota Pekanbaru, Bengkalis, Siak, Kampar, Dumai, Rokan Hilir dan Rokan Hulu,’’ ujar Achmad Ubaydillah yang akrab dipanggil Ubay ini saat memaparkan operasi Dumai, Jumat (25/8/2023).

Dijelaskan Ubay, Blok Rokan (WK Rokan) merupakan operasi di wilayah daratan (onshore) terbesar di Indonesia. Dimana terdapat kegiatan injeksi uap terbesar di dunia dan injeksi air terbesar di Asia Tenggara yang memiliki dua jenis tipe minyak mentah yakni Duri crude (minyak kental) dan Sumatera light.

Untuk menopang operasi itu terdapt 35 stasiun pengumpul, 13.200 kilometer jaringan pipa air dan 500 kilometer jaringan shipping line.

‘’Secara spesifik, area industri mencakup bentangan 183 hektare sementara marine terminal seluas 30,59 hektare,’’ sebut Ubay.

PHR WK rokan memiliki dua lokasi tangki dengan kapasitas berbeda, di Dumai sebanyak 16 tangki dengan kapasitas 5,1 juta barel dan di Duri sebanyak 10 tangki dengan kapasitas 0,7 juta barel. Untuk sistem produksi WK Rokan berawal dari proses penaikan minyak bumi dari pompa angguk di lapangan minyak, diteruskan ke statiun pengolahan dan pengumpul. Seterusnya disimpan di tangki pengelolaan, selanjutnya dimuat ke kapal tanker untuk dikirim ke kilang minyak di Balongan, Jawa Barat dan Cilacap, Jawa Tengah.

‘’Rangkaian kegiatan atau proses itu mungkin terkesan sederhana, namun dalam praktiknya melibatkan sekumpulan sistem yang kompleks, serba mekanis, memerlukan akurasi tinggi dan kecermatan serta melibatkan perangkat serba canggih dengan risiko tinggi bagi keselamatan,’’ jelasnya.

Sementara Executive Vice President (EVP) Upstream Business PHR WK Rokan, Edwil Suzandi menjelaskan, minyak yang diproduksi dari bawah tanah itu selanjutnya diolah. Dalam arti sederhana dipisahkan antara liquid dan gas, baru memisahkan lagi antara air dan minyak.

‘’Proses pemisahan ini dilakukan di 34 stasiun pengumpul,’’ ujarnya.

Dalam memproduksi minyak mentah, lanjut Edwil, pipa angguk menjadi elemen vital dalam hal menarik minyak yang terdistribusi melalui jaringan pipa.

‘’Jaringan pipa yang kita bangun sekitar 13.200 kilometer, kalua digambarkan jaraknya bolak-balik dari Sabang ke Marauke,’’ jelas Edwil.

Proses Minyak Mentah

Sebenarnya bagaimana proses pengambilan minyak bumi ini? Edwil menjelaskan, minyak mentah berasal dari fosil hewan purba, dimana proses mengubah fosil hewan menjadi minyak melewati beberapa tahapan yang sangat panjang. Pertama, para ahli melakukan eksplorasi. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh informasi kondisi geologi guna menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan minyak bumi. Umumnya, mereka mengambil bidikan udara untuk membuat peta topografi. Setelah menentukan daerah yang akan disurvei, para ahli kebumian (geolog) mencari sampel batuan dan formasi batuan yang muncul dari permukaan karang dan tebing untuk penelitian laboratorium.

Selain itu, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan survei geofisika. Mereka melakukan ini dengan menyebabkan gempa bumi kecil dan getaran di bawah tanah (aktivitas seismik). Gelombang berosilasi dari ledakan ini turun dan memantul dari permukaan bumi. Dengan cara ini, situs yang mengandung minyak dapat dievaluasi secara ilmiah. Daerah bawah tanah yang tidak berpori disebut antiklin atau cekungan.

Daerah cekungan ini terdiri dari beberapa lapisan, lapisan bawah berisi air, lapisan atas berisi minyak, dan di atas minyak rongga berisi gas alam. Jika cekungan tersebut mengandung minyak dalam jumlah besar, maka akan dilakukan penggalian untuk mengidentifikasi lokasi yang diperkirakan mengandung minyak, kemudian langkah selanjutnya adalah eksploitasi.

Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan produksi minyak. Kegiatan ini meliputi pengeboran dan penyelesaian sumur, transportasi untuk pemisahan dan pemurnian minyak, penyimpanan dan pembangunan fasilitas pengolahan. Sumur pemboran menghasilkan minyak mentah yang perlu diolah kembali, selain minyak mentah juga menghasilkan air dan polutan lainnya.

Zat selain minyak mentah dipisahkan sebelum diproses lebih lanjut. Komponen utama minyak mentah hasil galian adalah campuran dari berbagai senyawa hidrokarbon. Senyawa lain seperti belerang, nitrogen dan oksigen hadir dalam jumlah kecil. Berikut ini daftar komponen yang menunjukkan persentase senyawa yang terkandung dalam minyak mentah (crude oil).

 

Advisor Operation PHR Yudi Suherdi, saat minyak disedot ke permukaan bumi, disebut fluida. Fluida itu terdiri dari minyak, air, pasir dan gas. Fluida ini dimasukkan ke fasilitas treatment yang namanya ke central gathering station (CGS) semacam tempat pengumpul. Lalu di sana diolah untuk dipisahkan antara minyak, pasir, gas dan air. Setelah dipisah maka air lah yang jadi bahan baku di steam station ini.

‘’Setelah pemisahan itu ada 36.000 barel air yang dihasilkan per hari atau setara dengan 23 ton per jam.  Air tersebut menjadi bahan baku di steam station ini. Fungsi steam station ini untuk mengubah fase air ini menjadi fase uap,’’ jelas Yudi.

Setelah menjadi uap kemudian diinjeksikan kembali ke perut bumi dengan tujuan utamanya adalah reservoir. Reservoir adalah bebatuan di kedalaman tanah yang memiliki sifat fisis tempat cadangan minyak yang tersimpan di lubang-lubang bebatuan. Untuk mengeluarkannya, uap yang dihasilkan steamflood station lalu diinjeksikan dengan tujuan mendorong minyak-minyak yang tersimpan dan membeku di reservoir naik ke permukaan.

‘’Air yang diolah sudah mendekati standar air minim. Karena itu PHR menjamin air yang dimasukkan ke dalam perut bumi bisa dijamin aman bagi lingkungan,’’ tegas Joko.

Formasinya adalah tujuh sumur berdekatan (enam sumur produksi dan satu sumur injeksi uap yang akan mengalir ke sumur-sumur produksi. Ada sekitar 700 sumur pantau yang berfungsi untuk memantau temperatur bebatuan dan minyak yang ada di sekitar sumur operasi.

Untuk memisahkan air, minyak dan pasir dibutuhkan waktu berkisar antara 6-8 jam. Sementara gas beracun yang dihasilkan dibakar agar racun terurai dan tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan.

Untuk menghasilkan uap, PHR memiliki 54 mesin pembangkit uap (boiler) yang berada di dua lokasi yakni CSS 5T: 10 mesin dan CSS 6: 44 mesin dengan tingkat kepanasannya 200-300 derajat celsius. Saat ini ada 860 sumur injeksi di Duri.

‘’Satu boiler berkapasitas 3.600 barel air per hari atau 23 ton per jam,’’ tegasnya.

Prinsip utama dari steamflood adalah dengan menginjeksikan uap ke dalam formasi dengan proses injeksi secara terus-menerus sehingga dibutuhkan sumur-sumur khusus yang berfungsi sebagai sumur injeksi. Pada fasa pre steam breakthrough uap diinjeksikan secara terus-menerus, hal ini dimaksudkan untuk memanaskan reservoir dan memberikan tekanan untuk mendesak minyak agar mengalir sekaligus mengubah sifat fisik minyak tersebut.

Sedangkan pada fasa post steam breakthrough proses steamflood ini dimaksudkan hanya untuk mempertahankan temperatur reservoir agar minyak tetap bisa mengalir namun tidak berfungsi sebagai pendorong. Pada fasa tersebut minyak akan mangalir berdasarkan prinsip gravity override/drainage yaitu minyak akan mengalir dengan sendirinya ke tempat yang lebih rendah.

Gerbang Distribusi Minyak

Kota Dumai memang bukan merupakan wilayah penghasil migas. Namun, kota tersebut memegang peranan penting dalam rantai pendistribusian hasil produksi minyak mentah dari lapangan-lapangan migas di Provinsi Riau. Dumai memiliki pelabuhan di mana kapal-kapal tanker merapat untuk membawa dan mendistribusikan minyak mentah baik ke dalam negeri maupun tujuan ekspor ke belahan dunia lain.

Sebelum dikapalkan, minyak mentah dari lapangan disalurkan melalui sistem jaringan pipa menuju tangki penyimpan atau disebut tank farm yang berlokasi di Dumai. Tangki penyimpan PT PHR WK Rokan berjumlah 16 unit dan memiliki kapasitas total 5,1 juta barel. Dari sana, minyak kemudian disalurkan ke kilang minyak Pertamina UP II dan ke kapal tanker yang merapat di pelabuhan. Pelabuhan PHR mampu mengisi empat kapal tanker sekaligus secara simultan.

Process Engineering RU II Dumai Juhnizar menjelaskan, kilang minyak Putri Tujuh Dumai (Pertamina RU II Dumai) dan Sungai Pakning mulai beroperasi tahun 1971. Sejak itu RU II Dumai telah memberikan sumbangan besar dan nyata terhadap perkembangan dan kemajuan daerah khususnya Kota Dumai dan daerah Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) serta telah memberikan andil yang besar bagi pemenuhan kebutuhan bahan bakar nasional.

“Refinery Unit II ini telah beroperasi sejak 1971 dan merupakan salah satu kilang terbesar yang ada di Pulau Sumatera dengan luas area 356.33 hektare,” ujar Juhnizar.

Dijelaskannya, unitnya berada di dua lokasi yaitu Dumai dan Sungai Pakning. Kapasitas produksi kilang Pertamina Dumai ini mencapai 170.000 barel per hari atau setara dengan 16,5 persen dari total kapasitas kilang yang dimiliki Pertamina, baik bahan bakar minyak (BBM) dan bahan bakar khusus (BBK), serta non-BBM.

Kilang minyak merupakan fasilitas industri yang mengolah minyak mentah menjadi produk petroleum yang bisa langsung digunakan masyarakat, seperti bensin (gasoline), minyak diesel, minyak tanah (kerosine). Fasilitas yang sangat kompleks dengan berbagai jenis peralatan dan fasilitas pendukung ini keberadaannya sangat penting untuk mendukung ketahanan energi nasional.

Kilang RU II Dumai ini memiliki beberapa fasilitas pengolahan, dimana salah satunya akan menjadi produk BBM yang akan dinikmati oleh masyarakat.

Kilang Minyak RU II Dumai dioperasikan sejak 1971. Kilang Dumai merupakan kilang pengolahan minyak terbesar ketiga di Indonesia dengan total kapasitas mencapai 170 MBSD atau setara dengan 16,5 persen dari total kapasitas kilang yang dimiliki Pertamina. Mayoritas produk dari kilang Dumai adalah produk solar yang dihasilkan dari crude distillation unit (CDU) 120 KBPD dan hydrocracking unit (HCU) sedangkan kilang sungai Pakning CDU 50 KBPD. Produk kilang Dumai disalurkan untuk pemenuhan kebutuhan BBM masyarakat khususnya masyarakat Sumatera Bagian Utara. Kilang Dumai merupakan salah satu kilang yang memiliki andil besar dalam pemenuhan kebutuhan energi nasional.

Produk yang dihasilkan berupa 87 persen minyak dan 12 persen non fuel berupa LPG, green coke, LAWS, produk lainnya sekitar 1 persen berupa UCO, NBF, SF-02, solphy.***

Editor: Edwar Yaman

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook