“Di kampung saya ini belum ada anak Talang Mamak yang jadi Polisi. Makanya saya kuat ingin jadi Polwan. Dari perpustakaan saya banyak tahu, dan baru tahu kalau ada wanita jadi polisi,” kata Juwita (11), siswa kelas 6 SD N 028 Talang Sungai Limau, Kecamatan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Provinsi Riau.
Laporan: Kasmedi, Rengat
(RIAUPOS.CO) - SD N 028 Talang Sungai Limau berada di pedalaman. Merupakan satu dari lima sekolah dasar lain yang ada di desa ini. Menjadi tempat menggantungkan asa bagi anak suku asli di tepian Sungai Indragiri bagian hulu.
Negeri para raja, begitu disebut. Jelang libur panjang di penghujung Oktober, Desa Talang Sungai Limau masih saja tanpa riuh ramai. Terik matahari sesekali menembus pokok karet di perkebunan dan pohon-pohon tua. Dedaunan ikut menarikan senandung burung yang bertengger.
SD N 028 memiliki enam ruangan belajar (rumbel). Riaupos.co harus menempuh perjalanan selama dua jam dari Ibu Kota Kabupaten Inhu, Rengat. Atau sekitar enam jam dari Pekanbaru, Ibu Kota Provinsi Riau. Jalan menuju sekolah ini, kalau masuk dari Simpang Desa Batu Gajah, Kecamatan Pasir Penyu, hanya berbatu dan bertanah kuning.
Ketika musim hujan datang, lebih baik menggunakan kendaraan roda empat jenis double cabin menuju sekolah tersebut. Karena banyak ruas jalan berkategori rusak berat disini. Menuju desa, harus melalui beberapa desa hingga menginjak tanah Desa Talang Sungai Limau.
Jalan beraspal hanya ada di beberapa desa, itu pun sekitar satu hingga dua kilometer saja. Dari jumlah tersebut, sebagiannya sudah hancur. Jangan bayangkan ketika berkendara di jalan aspal mulus, karena tidak akan ditemukan disini.
Begitu juga anak-anak suku asli, Talang Mamak yang ada di SDN 028 Talang Sungai Limau, juga melintasi jalan berbatu dan bertanah kuning ini. Mereka harus berjalan kaki dari rumah menuju sekolah, jaraknya pun variatif, ada yang harus menempuh jarak dua kilometer untuk pergi sekolah berjalan kaki.
Ya, sebab tak ada anak yang diantar orang tuanya ke sekolah. Mereka harus mengalahkan jarak setiap hari untuk pulang dan pergi menuntut ilmu. Ditemani debu kala terik dan becek di musim penghujan.
Ada pemandangan menarik saat Riaupos.co melihat aktifitas anak-anak Suku Talang Mamak melewati proses belajar mengajar. Sepatu dilepas di sepanjang jalan, dijinjing di tangan. Takut kotor karena jalan berlumpur alasannya. Baru dipakai ketika sudah sampai depan sekolah. Di dalam kelas, sepatu dibuka lagi. Seperti gamang dengan lantai keramik kelasnya.
Kondisi itu bisa saja akibat latar belakang masyarakat Talang Mamak yang masih jauh dari kemajuan baik pola pikir atau ekonomi. Rata-rata warga Talang Mamak petani karet dan mencari hasil hutan lainnya untuk dijual.
Suku Talang Mamak, merupakan salah satu kelompok masyarakat yang masih hidup dengan mendiami wilayah terpisah dengan masyarakat biasa.
Talang Mamak tergolong Proto Melayu (Melayu Tua) yang merupakan suku asli Kabupaten Inhu. Keberadaan Talang Mamak tersebar di sejumlah kecamatan, diantaranya Kecamatan Rakit Kulim, Batang Gansal, Batang Cenaku dan Rengat Barat.
Legenda tentang asal-usul masyarakat suku Talang Mamak belum ada yang diketahui benar kepastiannya. Berbagai sumber menyebutkan bahwa, Suku Talang Mamak berasal dari daerah Sumatera Barat. Bahkan ada sebagian menyebutkan, Suku Talang Mamak justru dipercaya berasal dari daerah Jambi dan Sumatera Selatan.
Namun mereka menyebutkan asal-usulnya dengan pepatah adat yang percayainya yakni “Berinduk ke Tigabalai, Beribu ke Pagaruyung, Berbapak ke Indragiri, Beraja ke Sultan Rengat”. Bagaimanapun asal-usulnya, mereka adalah warga Kabupaten Inhu di bawah naungan NKRI.
Di Desa Sungai Limau, terdapat lima SD. Dari lima sekolah dasar di Desa Sungai Limau ini, SD N 028 yang memiliki perpustakaan tergolong lengkap dibanding sekolah lainnya di daerah itu.
Di sekolah tanpa jaringan seluler tersebut, Riaupos.co menemui seorang anak Talang Mamak yang bercita-cita ingin menjadi Polisi Wanita (Polwan). Tekad dan keinginannya itu muncul, tidak lain dari membaca buku di perpustakaan yang ada di sekolahnya.
Adalah Juwita (11), anak dari pasangan Juniran dan Suryani. Sepintas, tidak ada bedanya Juwita dengan murid yang ada di SDN 028 Sungai Limau. Saat jam istirahat, bermain tanpa alas kaki di halaman sekolah bersama teman sejawatnya, dan masuk ke perpustakaan sekolah.
"Saya bercita-cita ingin menjadi Polwan," ujar Juwita.
Senin (26/10/2020) lalu, Riaupos,co berbincang lebih jauh dengan Juwita. Menurutnya keinginan menjadi Polwan, tidak lain karena ingin memiliki kehidupan lebih baik. Juga membantu orang tuanya kelak. Sebab, kata Juwita, kedua orang tuanya sulit untuk baca tulisan. Karena sehari-hari hanya sebagai petani karet dengan hasil seadanya.
Juwita bersama guru bidang studi olahraga Riko Yanata Spd duduk diruangan kelas VI tanpa dinding, Senin (26/10/2020)
Anak sulung dari tiga bersaudara itu, saat ini duduk di bangku kelas enam. Di sekolahnya, Juwita hanya punya teman kelas lima orang. Juwita merupakan juara kelas dari empat rekan lainnya setiap penerimaan nilai semester keluar.
"Sekarang ini (masa pandemi,red), kami (sekolah,red) hanya setiap Senin. Jemput soal dan antar jawaban ke sekolah," tambahnya.
Tidak ada pola belajar khusus yang diterapkan, namun setiap jam istirahat sebelum pandemi Covid-19, wajib masuk dan baca buku di perpustakaan.
Seringnya ke perpustakaan bagi Juwita seakan membuka pikiran anak sekolah dasar dari pedalaman Riau tersebut. Menurutnya. Seorang polisi perempuan itu ternyata ada dan bisa. Menurutnya, aparat penegak hukum menjadi keinginannya begitu mengetahui adanya perempuan yang menjadi polisi.
Dalam perbincangan tersebut, Juwita juga mengungkapkan sempat menjadi utusan sekolahnya untuk mengikuti Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) pada cabang Atletik. Namun Juwita yang juga hobi olahraga Bola Voli itu tidak jadi bersaing di tingkat kecamatan akibat pandemi Covid-19.
Melanjutkan pendidikan hingga jenjang selanjutnya menjadi keinginan Juwita untuk mewujudkan cita-citanya.
Satu-Satunya Sekolah Punya Perpustakaan Lengkap
Juwita beruntung, karena di Desanya, SD N 028 merupakan satu-satunya sekolah yang memiliki perpustakaan. Hal ini dibenarkan Pengawas Sekolah Kecamatan Rakit Kulim Muharmahendri SPd. Menurutnya di Desa Talang Sungai Limau, terdapat lima sekolah dasar. Di antara lima SD tersebut, satu diantaranya masih berstatus marginal.
"Selain memiliki berbagai jenis judul buku, SD N 028 memiliki gedung perpustakaan tersendiri dan lebih lengkap," ungkapnya.
Diakuinya, bangunan dan buku merupakan bantuan dari PT Pertamina EP Asset 1 Lirik Field. Bahkan berbagai kebutuhan penunjang sarana pendidikan di SD N 028 Talang Sungai Limau ikut menjadi perhatian perusahaan yang bergerak di bidang perminyakan itu.
Sarana olahraga yang ada di sekolahnya juga berkat bantuan dari PT Pertamina EP Asset 1 Lirik Field. Gedung dan buku yang ada di perpustakaan tersebut merupakan bantuan program CSR dari PT Pertamina Asset 1 Lirik Field.
Sementara itu Kepada SD N 028 Talang Sungai Limau Yusriadi SPd didampingi guru lainnya Sagiman mengatakan, PT Pertamina EP Asset 1 Lirik Field sejak tahun 2016 sudah mengucurkan bantuan.
"Waktu SD 028 masih berinduk ke SD N 19, Pertamina sudah mulai memperhatikan," ucapnya.
Sebelum pembangunan perpustakaan, PT Pertamina EP Asset 1 Lirik Field terlebih dahulu membangun jalan menuju SD N 028 menjadi lebih laik dilewati. Karena sebelumnya, sepanjang dua kilometer atau dari Simpang Binio masih berlumpur ketika hujan dan berdebu tebal saat kemarau. Bahkan kiri kanan jalan setapak ketika itu, dikisahkannya, masih semak belukar.
Ketika pembangunan gedung perpustakaan berjalan, PT Pertamina EP Asset 1 Lirik Field juga meratakan bukit yang ada di halaman sekolah.
"Halaman sekolah menjadi lebih luas dan dijadikan lapangan bola voli hingga bermain bola kaki," kenangnya.
Tidak itu saja, setiap tahunnya di SD N 028 Talang Sungai Limau dengan jumlah murid saat ini 55 orang, terus dibantu PT Pertamina EP Asset 1 Lirik Field. Bahkan di masa pandemi Covid-19, juga dibantu tempat cuci tangan dan lainnya.
Di SD N 028 Talang Sungai Limau, terdapat enam orang guru PNS. Bersama Guru PNS, juga ada empat yang berstatus guru bantu daerah (GBD) dan tiga berstatus guru komite serta ada satu penjaga sekolah.
"Mudah-mudahan Pertamina terus memperhatikan sekolah ini hingga sangat laik untuk pendidkan warga suku Talang Mamak. Karena ketika berharap kepada perhatian pemerintah tidak akan mungkin terus dibantu akibat keterbatasan anggaran dan banyaknya sekolah," harapnya.
Pemkab Inhu Anggarkan Dana Transportasi Guru Honor
Pemerintah Kabupaten Inhu melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) terus berupaya memberikan kesejahteraan terhadap guru. Salah satunya, menyediakan anggaran untuk dana transportasi guru yang masih menyandang status honor.
Dana transportasi tersebut diharapkan dapat membantu keuangan para guru dalam menunjang tugasnya.
"Saat ini ada bantuan transportasi guru honor yang dianggarkan dalam APBD setiap tahunnya," ujar Plt Kadisdikbud Kabupaten Inhu Ibrahim Alimin SKM MPH.
Untuk pembangunan rumbel dikatakannya setiap tahun dianggarkan. Hanya saja, anggaran pembangunan rumbel tersebut diprioritaskan kepada sekolah yang sangat membutuhkan.
Hal ini dilakukan, menurut Kadisdikbud akibat keterbatasan anggaran yang ada di APBD Kabupaten Inhu.
Namun demikian, Pemkab Inhu menjamin kelangsungan proses pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar.
"Kesempatan belajar diberikan sepenuhnya kepada anak wajib belajar. Pembangunan gedung sekolah dianggarkan sesuai kebutuhan dan ketersediaan anggaran," sebut Ibrahim.
PT Pertamina EP Asset 1 Lirik Field Tunaikan Tanggung Jawab Sosial
Wujud nyata telah diberikan PT Pertamina EP Asset 1 Lirik Field terhadap wilayah operasinya. Hal ini dilakukan PT Pertamina EP dalam menunaikan tanggungjawab sosial perusahaan.
Komitmen perusahaan di tuangkan dalam kebijakan CSR PT Pertamina EP yang diperbaharui pada tahun 2017. Dalam kebijakan tersebut, secara eksplisit disebutkan bahwa program CSR didasari oleh empat karakter, salah satunya peningkatan kualitas hidup masyarakat di wilayah tertinggal, terluar, dan terdepan.
PT Pertamina EP Asset 1 Lirik Field juga telah membuat kebijakan di level field tentang CSR Pertamina EP Asset 1 Lirik Field berupa komitmen untuk meningkatkan kapasitas masyarakat suku pedalaman Talang Mamak melalui pendidikan berbasis lingkungan dan pelestarian budaya.
"Pelaksanaan kebijakan itu, kami berintegrasi dengan Pertamina Hulu Energi (PHE) Kampar," ujar Legal and Relation Assistant Manager Pertamina EP Asset 1 Lirik Field Turjasari.
Berdasarkan perencanaan kegiatan bersama, program dilaksanakan dengan tujuan utama melaksanakan pemerataan akses pendidikan bagi Suku Talang Mamak. Kemudian memajukan pendidikan (kemampuan baca tulis) bagi suku anak pedalaman, melestarikan kebudayaan Suku Talang Mamak hingga memberi edukasi melalui pengenalan kelas tambahan Bahasa Inggris.
Makanya sejak tahun tahun 2016 lalu, dikatakan pihak pertamina, program pertama telah dijalankan di SD N 028 Talang Sungai Limau berupa pembangunan jalan. Sehingga jalan menuju sekolah yang diharapkan dapat mencerdaskan anak Suku Talang Mamak itu, tidak sempit dan tidak becek.
Kemudian dalam tahun itu juga, PT Pertamina EP Asset 1 Lirik Field menjadikan perpustakaan yang layak dengan didukung oleh berbagai jenis dan judul buku bacaan. Kegiatan ini dengan tema pojok baca SD N 028 Talang Sungai Limau.
"Progam bantuan di SDN 028 merupakan program tambahan untuk wilayah di ring dua. Karena wilayah operasi utama PT Pertamina EP Asset 1 Lirik Field berada di Kecamatan Lirik Kabupaten Inhu," sebut Turjasari.
Selain perpustakaan, di tahun 2017 dilanjutkan dengan pembangunan pagar sekolah. Kemudian pada tahun berikutnya diberikan bantuan listrik tenaga Surya. Hanya saja listrik tenaga Surya sempat dicuri dan tahun berikutnya kembali dibantu.
Bantuan listrik tenaga Surya atau juga disebut listrik bio solar, dinilai sangat dibutuhkan oleh sekolah tersebut. Karena hingga saat ini Desa Talang Sungai Limau belum dialiri listrik PLN. Makanya, bisa jadi faktor itu yang menyebabkan daerah tersebut tanpa sinyal handphone.
Tidak sampai disitu, pihaknya juga ada membangun Musala dan membelikan seragam untuk penari Rentak Bulian. Dimana bantuan seragam untuk penari Rentak Bulian ini diharapkan dapat menjaga budaya di daerah itu. Karena tari Rentak Bulian tersebut menceritakan tentang tata cara pengobatan tradisional masyarakat Suku Talang Mamak.
"Saat ini, kami tengah membuat kelas bahasa Inggris dan belum dapat berjalan sempurna akibat pandemi Covid-19. Semoga apa yang telah diberikan, hendaknya dapat menjadikan anak Suku Talang Mamak dapat sejajar dengan anak-anak yang berada di perkotaan," harapnya.
Editor: Eka G Putra