MENYISIR JEJAK JERAT SATWA LIAR DI DISTRIK DURI (2)

Populasi Habitat Harimau Menipis

Feature | Sabtu, 25 Juli 2020 - 13:17 WIB

Populasi Habitat Harimau Menipis
Tim gabungan BBKSDA Riau bersama stakeholder terkait berfoto santai di sela-sela kegiatan menyisir jerat liar di wilayah di kawasan HTI yang bersebelahan dengan lahan masyarakat.(PANJI A SYUHADA/RIAUPOS.CO)

Ada sebanyak 10 orang dalam satu regu yang terjun ke lokasi. Posisinya semula dibagi menjadi 2 tim di kawasan Distrik Minas. Lalu diberangkatkan lagi ke 2 titik lokasi, yang pertama menyisir di kawasan Distrik Duri 1 yang masuk kawasan Melibur Kabupaten Bengkalis. Kemudian tim kedua menyisir konsesi HTI yang berada di wilayah Minas hingga ke Tapung Kabupaten Kampar.

Laporan: PANJI AHMAD SYUHADA (Duri)


"Dirjen KSDA juga menyatakan dengan tegas jangan ada lagi jerat di lahan HTI demi keberlangsungan satwa dilindungi. Dalam pengelolaan satwa liar ini semuanya harus terlibat," kata Heru.

Jerat di kawasan tersebut merupakan masalah terbesar terkait kelangsungan hidup satwa dilindungi, ini merupakan ulah dari para oknum yang ingin meraup keuntungan pribadi maupun kelompok. Heru ingin kegiatan sisir jerat yang diinisiasi bersama ini dapat meminimalisir hal itu.

Di lapangan, tim gabungan memulai penyisiran di lokasi-lokasi yang dianggap aman dari jerat. Operasi ini dipandu oleh pihak keamanan perusahaan yang mengerti geografis hutan tersebut. Lalu mereka bergerak ke kawasan yang dinilai rawan terhadap pemasangan jerat liar.

Rombongan bergerak dari Pekanbaru sejak Senin pagi dan sampai di distrik menjelang senja, di dalamnya juga terlibat para jurnalis untuk melakukan peliputan secara langsung.

Selanjutnya pada hari kedua sisir jerat dilakukan, tim yang turun ke lapangan mendapati jerat-jerat liar yang baru maupun sudah lama ditinggali. Jerat ini digunakan para oknum untuk meringkuk satwa liar di konsesi HTI.

Kemudian tim gabungan distrik Duri 1 juga menyisir kawasan HTI yang bersebelahan dengan lahan masyarakat di Tasik Betung, Kecamatan Sungai Mandau, Kabupaten Siak. Malah di sana jerat-jerat liar yang banyak ditemukan dan masih baru dipasang oleh pemburu. Lokasi ini juga berdampingan langsung dengan pemukiman masyarakat.

Distrik Duri 1 konsesi Arara Abadi sendiri memiliki areal yang sangat luas yaitu 35.085 hektare, kawasan ini membentang 7 desa di dua kabupaten, yaitu Desa Tasik Betung, Desa Melibur, Desa Lubuk Umbut, Desa Muara Bongkal, Desa Tasik Tebing Serai dan Desa Bencah Imbau.

Pencegahan yang Masif
Balai Besar KSDA Riau menekankan kepada seluruh pihak untuk dapat terlibat melakukan upaya pencegahan secara bersama-sama. Yang pertama yaitu dengan upaya sosialisasi secara masif kepada masyarakat sekitar.

Kemudian KSDA Riau meminta PT Arara Abadi sebagai konsesi HTI untuk dapat melakukan penjagaan ketat di kawasan perbatasan, ini guna mengantisipasi pendatang yang ingin berniat jahat di kawasan tersebut.

"Kita tidak bisa menjamin orang-orang yang melakukan perburuan itu, apalagi orang yang jelas-jelas membawa jerat," ujar Kabid Wilayah II, Heru Sutmantoro.

Unsur lainnya yang perlu diperhatikan, menurut pihaknya adalah para pekerja di perusahaan penebangan HTI, lantaran kebanyakan dari mereka merupakan para perantau yang mandah di lokasi.

 Selanjutnya di konsesi tersebut mesti diberi banyak papan peringatan terkait undang-undang, dampak serta sanksi lainnya.

"Problem kita saat ini soal populasi satwa dan konflik yang sering terjadi, dan masalah itu tak akan pernah turun. Makanya kita mesti komitmenkan bersama, saya harapkan komitmen itu dilaksanakan," tuturnya.

Heru juga menyebutkan, bahwa beruntung Riau masih memiliki lahan konsesi HTI, karena jika tidak maka populasi satwa liar makin terancam, terutama di lahan konsesi yang keras model jenis tanah mineral.

"Kita beruntung punya HTI. Kalau enggak ada HTI, satwa ini habis. Satwa-satwa liar di alam, gajah salah satunya, kalau di lahan gambut dia tenggelam. Enggak mau dia di gambut. Kecuali harimau, itu pun harimau cuma lewat saja. Gak mau hidup di gambut. Terlalu banyak risiko untuk hidup di gambut. 90 persen pergerakan satwa liar kita itu di luar konservasi (dalam HTI, red)," katanya.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook