CERITA PERAWAT PEREMPUAN TERMUDA YANG MENANGANI PASIEN COVID-19 DI RSUD ARIFIN ACHMAD

Sedih Melihat Masih Ada Masyarakat Tak Patuh

Feature | Selasa, 21 April 2020 - 06:55 WIB

Sedih Melihat Masih Ada Masyarakat Tak Patuh
(MHD AKHWAN/RIAUPOS.CO)

Tenaga medis seperti perawat berada di garis terdepan untuk memerangi virus corona (Covid-19) yang mewabah di negeri ini. Perjuangan yang berisiko, bisa terpapar virus hingga nyawa jadi taruhannya.

Laporan: AFIAT ANANDA (Pekanbaru)


Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad (AA), banyak perawat yang bekerja keras menghadapi kondisi itu. Salah satunya Ayu Ramadhani Putri Nasution, perawat perempuan termuda di sana.

Putri (25) mengaku tidak pernah takut maupun waswas saat menghadapi pasien terduga dan positif Covid-19. Sejak ditugaskan pertama kali oleh RSUD Arifin Achmad (AA) pada 3 Maret lalu, dara dengan nama lengkap Ayu Ramadhani Putri Nasution itu sudah menghadapi berbagai macam tipikal pasien yang diisolasi. Bagi dia, psikologis pasien menjadikan dirinya bisa bersikap lebih berani dalam menghadapi segala kecemasan.

Putri merupakan perawat yang ditugaskan khusus pada penyakit infeksi new emergency re emergency (Pinere) RSUD AA. Pekerjaannya merawat dan menangani pasien suspect maupun positif Covid-19. Tugas berat itu ia lakoni sejak awal Maret lalu. Tidak ada rasa cemas sedikitpun dia rasakan. Karena di samping disertakan alat keamanan diri yang super lengkap, Putri juga sangat yakin dengan doa sang ibunda. Selain itu, psikologis pasien juga menjadi kekuatan tersendiri bagi lulusan Politeknik Kesehatan (Poltekes) Medan itu.

"Macam-macam kan. Ada pasien yang kayak denial (menolak) gitu. Tidak terima bahwa dirinya terjangkit. Jadi kami mau nggak mau harus lebih kuat dari pasien. Gimana kalau perawatnya saja sudah takut, apalagi pasien? Makanya saya sama sekali nggak ada merasa gimana-gimana. Karena keamanan seperti APD (alat pelindung diri, red) itu tersedia semua," ujar Putri saat membuka perbincangan dengan Riau Pos, Ahad (19/4) lalu.

Setelah mendapat pasien positif Covid-19, ia mulai terbiasa menjalani pekerjaan sebagai penghadang virus corona. Sehari-hari, rutinitas Putri dibagi atas tiga shift. Pertama pagi sekitar pukul 7.30-14.00 WIB. Hari berikutnya ia mulai bekerja dari pukul 14.00 WIB-21.00 WIB. Selanjutnya ia harus masuk pada malam hari pada pukul 21.00 -7.30 WIB. Ia pun sedikit berbagi mengenai rutinitasnya sehari-hari. Di mulai dari keluar mes khusus tenaga medis yang menghadapi Covid-19 di salah satu hotel di Pekanbaru. Tiba di RSUD, ia langsung menuju zona steril. Di mana sebelumnya, pihak RS telah membagi ruangan khusus untuk menangani pasien suspect maupun positif corona. Kemudian masuk ke zona merah. Yang mana pada zona itu hanya diperuntukan bagi petugas medis. Di sana ia harus disterilisasi terlebih dahulu. Lalu langsung mengganti pakaian. Seperti mengenakan pakaian tindakan, kemudian dilapisi APD.

Dengan rincian, cover all, sarung tangan, kacamata pelindung (google mask), sarung kepala, pakaian berbahan plastik pada lapis kedua, sepatu boots dan helem pelindung. Setelah pakaian pelindung terpasang, barulah dimulai dengan aktivitas perawatan terhadap pasien.

"Masuk ke pasien. Kami siapkan obat dan makanan yang akan kami bawa ke pasien. Di kamar pasien kami ambil tindakan. Ngasih makan, obat cek tanda vital," ujarnya.

Setelah dari pasien (maksimal 3 jam kerja), perawat kemudian keluar. Tetap melaksanakan prosedur sterilisasi. Berupa cuci tangan, membuka APD, mandi barulah masuk areal steril kembali untuk bersiap pulang. Lebih jauh diceritakan Putri, sejak awal bertugas ia langsung dihadapkan dengan pasien suspect corona. Namun setelah dites, hasilnya negatif. Pasien positif ia dapati pada pasien kedua. Namun ia tetap kuat dan tegar. Meski sempat keluarga terdekat merasa khawatir. Perasaan tersebut datang dari sang ibunda.

Namun setelah ia yakinkan, akhirnya sang ibu mengerti dengan tugas dan tanggung jawab dirinya sebagai perawat. “Yang paling cemas dari keluarga. Ibu sempat bilang, bagaimana kuat ndak? Kalau nggak kuat mundur aja. Pokoknya tetap ekstra hati hati. Begitu pesan ibu," ungkapnya.

Soal pasien ia mengaku sangat beragam. Ada yang menolak bahwa dirinya terinfeksi, ada yang tabah, dan ada yang cemas. Yang paling banyak merasakan bosan saat diisolasi. Namun ia bersama rekan perawat lainnya tetap harus memberikan motivasi kepada pasien agar tetap kuat. Sehingga dirinya juga ikut tersugesti untuk lebih kuat dari pasien yang ditangani. Kepada seluruh masyarakat ia berpesan agar selalu patuh terhadap anjuran pemerintah. Terutama untuk menerapkan social distancing, physical distancing, dan menjaga pola hidup sehat dan bersih. Termasuk untuk saling mengingatkan antarsesama agar tetap menjaga kondisi kesehatan.

"Harapan saya semoga pasien Covid-19 berkurang dan lama-lama habis. Sedih juga melihat masyarakat kondisi sudah seperti ini, tapi tetap masih ada yang tidak patuh. Tidak mengikuti anjuran PSBB, tidak pakai masker. Terkesan menganggap remeh. Mereka enggak tahu pasien di dalam gimana rasanya. Mereka bahkan lebih khawatir," ujarnya.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook