TEKNOLOGI DIGITAL DONGKRAK INDUSTRI KECIL

Bolu Kemojo Pekanbaru Bisa Dinikmati di Papua

Feature | Minggu, 21 Februari 2016 - 21:17 WIB

Bolu Kemojo Pekanbaru Bisa Dinikmati di Papua
Diah Dimbiati mengamati bolu kemojo yang sedang dimask didalam oven. (ABDUL GAFUR)

’’Ya. Mau pesan? Posisi di mana sekarang?’’ Itulah balasan SMS masuk, ketika Riau Pos menghubungi nomor yang tercantum di salah satu website penjual oleh-oleh khas Pekanbaru, Selasa (16/2).

Laporan Abdul Gapur, Pekanbaru

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

abdul-gapur@riaupos.co.id

Perlu waktu agak lama. Riau Pos harus menunggu satu jam enam menit baru mendapat balasan. Pemilik handphone yang belakangan diketahui bernama Rahman Thamrin mengaku sedang dalam perjalanan. Berbeda dengan SMS kedua dan berikutnya. Begitu terkirim, hanya selang satu menit sudah dibalas.

Penasaran. Riau Pos mencoba minta alamat tempat Rahman menjalankan usaha. Iapun menyebutkan Jalan Delima, dekat lampu merah, Kelurahan Delima, Kecamatan, Tampan, Kota Pekanbaru. Keesokan hari, Rabu (17/2) Riau Pos mendatangi alamat yang dimaksud.

Tidak sulit menemukannya. Posisinya tepat di pinggir jalan. Hanya saja, siang itu tidak banyak informasi yang didapat. Istri Rahman, Diah Dimbiati yang fokus mengelola usaha tidak di tempat. Begitu juga dengan Rahman, yang sedang tugas keluar kota.Hanya ada dua karyawan yang sedang sibuk bekerja. ’’Ibu di rumah. Katanya besok (Kamis, red) baru bisa,’’ kata salah seorang karyawati, Jumiati.

Kamis (18/2) pukul 10.00 WIB, Riau Pos sudah tiba. Ternyata Diah sudah pulang ke rumah. Lagi-lagi harus menunggu. Tidak lama, wanita berhijab kuning tiba. ’’Tadi sudah ke sini. Balik ke rumah karena ada perlu,’’ kata Diah membuka pembicaraan.

Diah yang mengelola usaha oleh-oleh khas Riau, Rezilla Bolu Kemojo. Banyak jenis yang diproduksi. Tapi yang menjadi andalan, bolu kemojo. Setiap ada yang pesan, bolu kemojo tidak pernah ketinggalan.

Bagi Diah, mengelola usaha sendiri sangat menarik. Wanita kelahiran 23 Juli 1978 ini seperti menemukan kembali gairah hidupnya. Padahal, ia sempat down setelah keguguran anak tiga tahun lalu. Ditambah keputusannya keluar dari perusahaan kontraktor yang selama ini jadi tempat mencari nafkah.

Ia dilanda kejenuhan. Di tengah kegalauannya, ia mencoba berdiskusi dengan suami. Sampai pada keteguhan hati, fokus mengelola usaha kue dan oleh-oleh.

Saat kuliah, sebenarnya Diah sudah merintis usaha kecil-kecilan. Juga membuat dan menjual kue. Namanya sambilan, usahanya tidak berkembang. Bahkan sampai tutup.

Perkenalannya dengan ’’dunia maya’’ semakin melecut semangat wirausahanya. Lewat internet, ia bisa memasarkan oleh-oleh produknya ke seluruh penjuru dunia. Biaya lebih murah, jangkauan luas menjadi keunggulan usahanya. Tidak perlu tempat khusus, cukup membayar biaya Rp250 ribu, ia sudah bisa berjualan di laman website-nya selama satu tahun. Bandingkan jika harus menyewa tempat khusus yang memerlukan biaya puluhan juga per tahun.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook