RAMAI DI AKHIR PEKAN, PEDAGANG MENGAKU TAK TAHU DILARANG PEMERINTAH

Melihat Kios Pakaian Bekas di Pasar Kodim Pekanbaru

Feature | Sabtu, 18 Maret 2023 - 10:25 WIB

Melihat Kios Pakaian Bekas di Pasar Kodim Pekanbaru
Pakaian bekas impor dipajang di salah satu kios di Pasar Kodim, Pekanbaru, Jumat (17/3/2023). (JOKO SUSILO/RIAU POS)

Lantai 3 Pasar Kodim di Jalan Ahmad Yani, Kota Pekanbaru, Riau, pernah menjadi salah satu yang paling ramai dikunjungi, baik oleh warga lokal bahkan wisatawan luar kota. Mereka berburu barang bekas baik itu pakaian, tas, sepatu dan lainnya.

Laporan JOKO SUSILO, Pekanbaru


DARI kejauhan, gedung bertingkat Pasar Kodim terlihat dari Jalan Ahmad Yani, sebelum rumah dinas Wali Kota Pekanbaru. Dari jalan protokol itu, pasar  ini hanya berjarak sekitar 60 meteran. Lalu lalang pengendara ramai saling selisihan di arah jalan memasuki pasar tersebut.

Siang itu, Riau Pos sampai di Pasar Kodim. Riau Pos sempat datang di pagi hari, namun kios pedagang di lantai 3 itu masih banyak yang belum buka. “Parkir di sebelah sana ya.  

Kalau di sini yang untuk sepeda motor. Silakan parkir di mana saja,” ungkap Tuti, petugas parkir perempuan yang murah senyum itu.

“Sudah lama jadi penguasa parkir di sini bu,” tanya Riau Pos yang sedikit penasaran kepada ibu itu. Kenapa petugas parkirnya perempuan. Ibu yang menutup kepalanya dengan topi itu pun menjawab dengan senyum-senyum. “Suami yang jaga parkir. Kebetulan lagi ke toilet sebentar, saya gantikan sebentar saja. Kalau saya jual makanan di sebelah sana,” ujarnya sambil menunjuk lapak dagangannya itu.

Sebelum masuk menuju Pasar Kodim, Riau Pos menjumpai lapak penjual pakaian bekas di bagian luar gedung. Ternyata, selain dalam pasar, penjual pakaian bekas juga ada di sisi bagian luar, tepatnya tidak jauh dari pintu masuk Pasar Kodim. Namun, hanya ada beberapa lapak pedagang pakaian bekas.

Kemudian Riau Pos melanjutkan untuk segera masuk di Pasar Kodim yang belasan tahun silam sempat populer karena tempat menjual pakaian bekas impor tersebut. Satu-dua anak tangga dipijak, Riau Pos sempat bingung saat berada di lantai 2. Melihat ke kanan dan mengarahkan pandangan ke kiri tidak terlihat pedagang pakaian bekas.

Sejauh mata memandang yang terlihat hanya toko mas dan beberapa kios kosong di bagian sisi dalam gedung Pasar Kodim tersebut. Akhirnya bertanya juga dengan para toko mas tersebut. “Kalau mau cari pakaian bekas naik lantai 3. Nanti setelah naik kemudian belok ke arah sebelah kirinya, di sana kios pakaian bekasnya,” ungkap beberapa orang yang ada di lantai dua itu.

Untuk naik di lantai 3 bisa melalui tangga eskalator yang terlihat di bagian tengah gedung tersebut. Sesaat kemudian Riau Pos akhirnya telah sampai di tempat yang dimaksud yaitu, pusatnya pakaian bekas impor. Pakaian bekas yang ada di kios para pedagang tersusun rapi dengan cara digantung. Dipisahkan antara jenis pakaian celana pendek dan celana panjang. Pakaian kaos dan kemeja juga disusun terpisah.

Pakaian bekas yang dijual pedagang tentunya punya harga yang bervariasi. Mulai Rp15 ribu sampai Rp50 ribu. Namun ada juga yang lebih mahal lagi yakni mulai Rp100 ribu sampai Rp300 ribu, yang mahal itu dari jenis jaket kulit. Selain jaket, pakaian dan baju di sisi kios yang lain juga ada yang menjual tas impor dan sepatu.

“Harganya macam-macam. Kalau merasa cocok dan harga biasanya gak terlalu dipikirin. Mereka beli pakaian bekas bukan karena mencari yang murah, tetapi kualitasnya (impor),” ungkap Jeje, salah satu pedagang pakaian bekas.

Pakaian yang dia pajang banyak juga yang terlihat masih seperti baru dan tak jarang jika beruntung bisa mendapatkan pakaian branded impor. Namun banyak juga pakaian yang tidak dari merk terkenal. Namun kualitasnya masih sangat baik sekali.

“Ya itu tadi, pembeli pakaian bekas itu memang sudah ada sendiri pasarnya. Jangan dikira pembelinya karena ingin cari harga murah saja. Dulu banyak pengunjung dari luar kota yang mencari pakaian bekas di sini. Kan ada sepatu dan tas juga. Mereka banyak duit juga,” terangnya.

Sekitar dua jam Riau Pos bolak balik di dalam kios tersebut, pengunjung pakaian bekas hanya ada satu-dua orang. Mereka juga tidak selalu membelinya. Hanya sekadar melihat dan bertanya kemudian berlalu pergi. Berbeda dengan belasan tahun lalu yang sangat ramai pengunjungi. Apatah lagi saat di hari libur atau akhir pekan.

Sepinya pengunjung salah satu alasannya karena kualitas pakaian bekas yang dijual pedagang sudah tidak sama lagi. Tempo dulu, pakaian yang dijual didatangkan dari Eropa. Pakaian yang sekarang ini berasal dari Cina. Merek terkenal impor terkesan tidak seperti dulu.

“Kalau sekarang ya masih ramai namun tidak seperti dulu ya, barang ya sama saja mau dari Eropa atau Cina kan tetap kualitas impor,” ungkapnya lagi.

Di akhir pekan pengunjung akan lebih ramai dibanding hari biasa. “Hari libur dan akhir pekan lebih ramai ya,” katanya.

Ruangan tempat pusat pakaian bekas sedikit panas karena tidak adanya pendingin ruangan di area tersebut. Antara kios yang satu dan yang lainnya juga menyisakan jalan yang sedikit sempit. Penuh dengan pakaian bekas yang digantung.

Sebagian besar penjual pakaian bekas justru tidak pernah mengetahui bahwa pemerintah telah melarang peredaran pakaian bekas. “Kami tak tahu kalau dilarang pemerintah. Ya semoga tidak begitu ya, penghasilan dan jual pakaian bekas ini sudah menjadi penghasilan kami,’’ ujar Fian penjual pakaian bekas lain.

‘’Harapannya ya jangan lah dilarang, semua kan sudah ada rezekinya masing-masing. Mana ada pakaian bekas mengganggu pedagang lain atau UMKM seperti kata pemerintah itu,” tambahnya.

Sementara itu, sebagian pengunjung juga kurang mendukung kebijakan pemerintah. “Alasan melarang pakaian bekas itu karena tidak higienis ya kurang tepatlah. Sebab kan dicuci dulu, juga kan tidak dimakan pakaian bekas ini,” tamba Doli salah satu pengunjung Pasar Kodim.(das)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook