Setiba di Palu, Witan Sulaeman dijemput pikap, menerima hadiah rumah dari gubernur Sulteng, dan melamar sang kekasih. Dia berharap menembus skuad utama sekembalinya ke Eropa.
Laporan JPG, Palu
DELAPAN benar-benar menjadi angka penting bagi Witan Sulaeman. Pencetak umpan gol (assist) terbanyak di Piala AFF 2020 itu lahir pada 8 Oktober 2001, mengenakan kostum nomor 8 di tim nasional (timnas), dan melamar sang belahan hati pada 8 Januari 2022. Apakah pernikahan juga akan berlangsung pada tanggal 8?
"Nanti lihat ke depan," kata penyerang sayap timnas Piala AFF 2020 tersebut melalui pesan WhatsApp kepada Radar Sulteng (JPG).
Lamaran itu berlangsung di rumah belahan jiwa Witan, Risma Hani, di Sidrap, Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng). Keluarga Witan menyerahkan tiga seserahan sebagai tanda pengikat. Pertama, uang mahar Rp250 juta. Kedua, seserahan berupa 100 kilogram beras. Ketiga, 50 kilogram gula.
"Maksud tujuan saya ke sini, dengan izin Allah dan restu orang tua saya, saya ingin meminta doa dan restu dari bapak ibu orang tua Risma Hani karena pada malam hari ini saya ingin melamar," tutur Witan dalam lamaran tersebut.
Ima –sapaan akrab Risma Hani– menerima lamaran belahan hati yang menjadi kekasihnya sejak sebelum bergabung dengan timnas tersebut. "Untuk Witan Sulaeman, laki-laki yang sudah lama Ima pilih, sudah lama Ima kenal. Dengan izin Allah dan restu dari kedua orang tua Ima, in sya Allah Ima siap untuk menerima dan menemani Witan di masa depan dalam suka maupun dukanya," ujar Ima.
Witan memang mudik ke Palu pada Jumat (7/1) setelah menjalani karantina sepulangnya dari Singapura untuk membela timnas di Piala AFF 2020. Pemain klub Polandia Lechia Gdansk itu tampil prima sepanjang turnamen tersebut. Selalu menjadi starter, mencetak dua gol, dan memuncaki daftar top assist.
Kehebohan pertama dari pulang kampungnya Witan ini terjadi sejak di bandara. Maklum, keluarga menjemputnya dengan mobil pikap. Dan, Witan pun naik di bagian terbuka di belakang menuju rumah keluarga di Lorong Ganogo, Kelurahan Boyaoge, Kota Palu. Humaedi, ayah Witan, memvideokan sang anak saat berada di bak terbuka itu dan mengunggahnya ke media sosial. Tak ada maksud selain ingin menunjukkan bahwa tak ada yang berubah dari Witan meski kini sudah menjadi bintang lapangan hijau.
"Selama ini Witan (kalau pulang kampung, red) memang dijemput naik mobil open walaupun saya punya mobil," ungkap Humaedi kepada JPG ketika ditemui di rumahnya.
Mobil pikap warna hitam itu, kata Humaedi, menyimpan kenangan saat Witan bersekolah di SMPN 2 Palu. "Dari turnamen-turnamen, Witan hanya selalu diantar jemput naik pikap itu," jelas Humaedi.
Karena itu, bagi Witan, naik di bak terbuka dari bandara juga menjadi perjalanan penuh kenangan. "Kalau orang mengenal saya, naik pikap itu biasa saja. Tapi, bagi yang tidak kenal saya, mungkin saya dianggap cari sensasi," kata pemain yang sebelum ke Polandia bermain di klub Serbia Radnik Surdulica tersebut.
Sehari di rumah, agenda lain sudah menunggu penyerang sayap jebolan Sekolah Khusus Olahraga Ragunan tersebut. Gubernur Sulteng Rusdy Mastura menghadiahinya rumah atas penampilan gemilangnya di Piala AFF. Semula Rusdy yang juga mantan pesepak bola menjanjikan rumah tersebut jika timnas juara. Namun, di final skuad Garuda –julukan timnas Indonesia– takluk dari Thailand dengan agregat 2-6.
Meski demikian, Rusdy menilai Witan telah berkontribusi besar atas keberhasilan Garuda lolos ke final. Dia pun menunaikan janji untuk menghadiahkan rumah. Pemberian bonus rumah diserahkan Ketua Umum KONI Sulteng M. Nizar Rahmatu. Selain rumah, KONI Sulteng memberikan bonus atlet berprestasi kepada Witan. "Semoga, dengan pemberian apresiasi ini, Adik Witan tambah semangat memajukan olahraga sepak bola, khususnya nama Sulteng dan Indonesia," tutur Nizar.
Rumah hadiah dari gubernur itu berada di kompleks Perumahan Kelapa Gading Blok BJ Nomor 19. Satu blok dengan taekwondoin Sulteng peraih emas PON XX Papua, Abdul Rahman Darwin. Witan dan Ima menengok langsung rumah tersebut.
"Terima kasih kepada Bapak Gubernur Sulteng. Saya akan berupaya membanggakan Sulawesi Tengah dan Indonesia," kata Witan.
Rencananya, Witan menghabiskan waktu seminggu di kota kelahirannya, Palu. Sepadat apa pun agendanya, jaga kondisi tak pernah alpa dia lakukan. Sebab, dari Palu, dia akan langsung terbang ke Polandia untuk bergabung lagi dengan Lechia. Meski, belakangan berembus kabar bahwa Witan berusaha mencari persinggahan baru di Eropa yang bisa memberinya kesempatan bermain bersama skuad utama. Hal yang tak didapatinya bersama Lechia.
"Bagi saya, bisa bermain masuk skuad utama itu sangat penting untuk menambah jam terbang," ungkapnya ketika dimintai konfirmasi tentang kabar tersebut.(*/bar/c14/ttg/jpg)