CERITA PETUGAS PARKIR PEREMPUAN DI PEKANBARU

"Yang Penting Asal Jangan Maling"

Feature | Jumat, 06 September 2013 - 09:56 WIB

(RIAUPOS.CO) - Bekerja sebagai petugas parkir sekilas memang tampaknya mudah dan sepele. Padahal sesunggunya tanggung jawabnya yang dipikul tidaklah semudah yang diperkirakan.

Mulai dari risiko kehilangan, mengatur letak kendaraan agar terlihat rapi, hingga sampai pada tahap tidak menganggu lalu lintas. Apa lagi jika pekerjaan itu dilakoni oleh kaum perempuan.


Dina seorang gadis remaja yang berusia 18 tahun dengan tidak merasa terbebani faktor gender melakoni sebagai petugas parkir  sudah hampir enam bulan. Begitu melihat ada mobil atau mobil masuk untuk parkir, ia pun dengan bergegas berdiri dan memberi isyarat dengan menggunakan kode tangannya agar kendaraan tersebut terparkir dengan rapi menurut perkiraannya.

Awalnya Dina mengaku pekerjaannya itu sebatas menggantikan pamannya yang harus istirahat dikarenakan anaknya sakit. Setelah beberapa hari menggatikan, ia merasa ada baiknya juga ketimbang duduk-duduk di rumah tak ada pekerjaan.

"Lagi pula sekarang ini apa yang tidak bisa dikerjakan oleh perempuan, asal jangan maling saja," ucapnya kepada Riau Pos ketika ditemui di lokasi parkir tempatnya bekerja yang berada pas di depan foto kopi Center and Digital Printing-Indah Warna Jalan Jenderal Sudirman, Kamis (5/8).

Gadis remaja yang tak suka bekerja sebagai pembantu itu menyebutkan, pekerjaan sebagai tukang parkir sebenarnya tidaklah terlalu berat, akan tetapi sering disepelekan orang. Bahkan dianggap rendah.

Menurut dia, itu tidaklah menjadi masalah karena bagi Dina pekerjaan yang dilakoninya halal. "Saya tak peduli kata orang yang penting saya tidak minta uang dengan orang tua," ucap Dina yang mengaku pernah sekolah hanya tamat SMP itu.

Terkait dengan jam kerja, Dina menyebutkan sesuai dengan jam kerja kantor tempat lahan parkirnya itu. Setiap tanggal merah dan hari libur, ia juga tidak bertugas.

Sedangkan mengenai penghasilannya, diakui Dina sehari ia bisa mendapatkan Rp100.000 dipotong Rp30.000 untuk setoran.

Itu pun kalau lagi ramai, tetapi kalau pas sepi seperti hari Sabtu, ia cuma bisa mendapatkan Rp40.000 sampai Rp50.000 setelah dipotong setoran. "Ya, dapatlah beli itu dan ininya," tambah Dina.

Dina bukanlah satu-satunya perempuan yang melakoni pekerjaan sebagai tukang parkir perempuan. Ada beberapa orang lagi yang berprofesi sama dengan berbagai alasan sendiri. Salah satunya, Nurhasiah (46) yang bertugas di depan Bank Riau Kepri, Jalan Tuanku Tambusai.

Ketika ditemui Riau Pos, Nurhasiah langsung menjauh, raut wajahnya ketakutan karena dikiranya sedang didatangi tukang hipnotis. Tapi setelah diajak bicara barulah ia kembali duduk di kursi plastiknya dengan membeberkan alasan sudah banyak kawannya menjadi korban dari hipnotis.

Pekerjaannya sebagai tukang parkir dilakoni demi membantu suaminya untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga. "Ya, ibaratkan sopir oplet, akan butuh kernek sebagai pembantu," ucapnya sambil tersenyum.

Perempuan yang dulunya bekerja di kebun sawit itu menyebutkan baru sekitar 8 bulan sebagai tukang parkir. Ia juga mengaku, pekerjaan yang sedang dijalaninya tidaklah terlalu berat hanya saja banyak orang yang menganggap sepele. "Kadang-kadang tidak mau bayar, tapi banyak juga yang heran kok perempuan kerja parkir, hebat ya," cerita Nurhasiah.(*6)


Laporan LISMAR SUMIRAT, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook