Mata terus liar, walaupun sekeliling ruangan tanpa ada kata. Sedikit cahaya, dan suara tak lagi memekakkan telinga. Di luar, sesekali kendaraan menanjak jembatan layang Sudirman-Harapan Raya, tepat di depan rumah sakit.
Tanggal 14 April menjadi malam pertama saya dirawat. Ada rasa beda ketika harus mendadak dikurung dalam satu kamar, sendiri pula. Kamarnya luas, untuk ukuran hotel semestinya nyaman dan enak untuk tidur. Namun mata ini tak juga bisa terpejam ditambah batuk yang bergantian menggaruk tenggorokan.
Tapi ya sudah, saya mencoba untuk membuat wilayah aman meski hanya di tempat tidur. Dalam keadaan sesak ini, bantal yang tinggi dan posisi tempat tidur hingga menyerupai huruf L terasa nyaman. Saya coba baca Alquran. Tak sampai setengah juz, napas sudah sesak, saya putuskan nanti disambung saja. Tak terasa azan Subuh sudah berkumandang. Salat Subuh dengan bertayamum lebih dulu dilanjutkan dengan mohon doa-Nya. Karena besok saya sudah menjalani hari kedua dan berupaya untuk semangat.
Tak ada yang menarik barangkali, tapi saya terus ingin berbagi. Itung-itung menghilangkan kejenuhan diisolasi dengan rutinitas yang itu-itu saja. Padahal baru hari kedua.
Ruangan terasa terang benderang karena bangunannya di lantai empat, tapi view terhalang tembok. Sedangkan pada tempat tidur yang kosong di sudut kamar view-nya lumayan bisa melihat dunia luar bahkan bagi yang ingin melihat saya bisa dari situ di kejauhan.
Usai sarapan, obat pun sudah diminum. Namun jelang siang, mual pun datang dan memaksa saya muntah. Obat datang lagi, kali ini untuk asam lambung melalui suntikan di infus. Bikin saya terlelap. Namun tidur bercampur rasa demam, sungguh tidak enak hingga badan basah oleh keringat. Padahal ruangan ber-AC.
Saya terbangun di saat azan Ashar. Tim paramedis kembali datang mengambil sampel lendir saya. "Siksaan lagi ini," pikir saya.
Kembali hidung ini dicolok dengan rasa yang kurang nyaman. Usai diambil sampel saya paksa mandi ,maklum sejak kemarin belum berganti baju. Segar. Akhirnya terduduk di ujung tempat tidur.
"Apa planing mengatasi rasa tak enak untuk malam yang kedua di ruang isolasi ini nantinya. Dan selanjutnya," pandang jauh menerawang di langit-langit kamar.(bersambung/egp/fia)