JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Potensi industri digital tanah air menjadi salah satu yang paling bersinar di Asia Tenggara. Selain market yang luas karena banyaknya populasi, angka pengguna internet terus meningkat selama beberapa tahun terakhir.
Lembaga riset McKinsey & Company memaparkan potensi ekonomi digital di Indonesia yang bisa mencapai USD 65 miliar pada 2022. Selain itu, menurut data World Market Monitor, ekonomi digital diproyeksi menyumbang USD 155 miliar atau 9,5 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2025. Sumbangan itu terdiri atas peningkatan lapangan kerja senilai 35 miliar dolar AS atau 2,1 persen PDB serta mendorong produktivitas 120 miliar dolar AS atau 7,4 persen PDB.
Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung menuturkan, pelaku industri digital perlu dukungan dari pemerintah dengan tidak memberi aturan yang memberatkan. Keberpihakan terhadap industri ekonomi digital itu penting. ’’Industri ini masih muda. Perangkat aturannya belum lengkap. Tantangan juga tidak sedikit. Perlu diperhatikan bagaimana mengatur upaya persaingan yang adil agar bisa tumbuh dan berkembang,’’ papar Ignatius.
Mengenai proyeksi tahun depan, Untung memprediksi bahwa industri yang masih berkembang pesat adalah e-commerce dari sektor marketplace, transportasi, dan financial technology (fintech).
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Kebijakan Moneter, Fiskal, dan Publik Raden Pardede menyebut industri digital sebagai peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia. Alasannya, Indonesia menghadapi kendala minimnya talenta yang mumpuni di bidang digital. ’’Harus ada mitigasi dalam hal inequality,’’ ujarnya. Potensi pertumbuhan industri digital memang berbanding lurus dengan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten di bidang IT. Pemerintah memperkirakan kebutuhan SDM di bidang digital mencapai 17 juta tenaga kerja.(agf/c14/fal/fed/jpg)