PERKEBUNAN

Berantas Hama Sawit dengan Musuh Alami

Ekonomi-Bisnis | Minggu, 22 Agustus 2021 - 08:07 WIB

Berantas Hama Sawit dengan Musuh Alami
General Manager (GM) Riset and Development First Resources Group Adja Muhammad Alsan Shaf SP MSi saat menyampaikan materi pengendalian hama secara berkelanjutan kepada mahasiswa Pascasarjana Pertanian Unri, Sabtu (21/8/2021). (HENY ELYATI/RIAUPOS.CO)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Hama merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh pekebun sawit maupun perusahaan tanaman perkebunan.  Penggunaan insektisida merupakan cara yang umum dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut meskipun efektif, penggunaan insektisida sering menimbulkan dampak negatif, antara lain mencemari lingkungan.

Untuk mengatasi hal tersebut cara yang lebih aman dan tidak mencemari lingkungan, yaitu cara pemberantasan dengan memanfaatkan musuh alami berupa fungi, virus, bakteri, predator ataupun parasitoid, perlu dikembangkan.



Kelapa sawit memiliki musuh yang harus dimusnahkan oleh pekebun. Apabila tidak dikendalikan, akan merusak tanaman dan memengaruhi produktivitas. Jenis hama golongan ulat yang kerap menyerang tanaman kelapa sawit di antaranya adalah ulat api, ulat bulu, ulat kantung dan ketiganya memakan daun sawit.

"Untuk mengendalikan hama (ulat) harus berprinsip dengan cara terpadu, menggabungkan berbagai teknik pengendalian untuk memutus siklus hidup dan menekan populasi hama," ujar GM Riset and Development First Resources Group Adja Muhammad Alsan Shaf SP, M.Si dalam pemaparannya saat kuliah umum dan pengenalan kegiatan akademik Pascasarjana Ilmu Pertanian Unri, Sabtu (21/8/2021).

Kuliah umum dengan menghadirkan pakar hama ini mengupas "Pest Management for Sustainable Palm Oil Plantation" dilaksanakan secara daring dan luring yang dimoderatori Agus Winarsih, SP mendapat antusias dari peserta.


Disebutkan Adja, tanaman kelapa sawit yang sudah terpapar hama (ulat api, ulat kantung, dan ulat bulu) dapat dilihat dari gejala kerusakannya. Jika ada serangan berat dari ulat merusak tanaman dan menurunkan produktivitas tanaman.

"Untuk mengendalikan hama memerlukan dana yang tidak sedikit," tegasnya.

Jika sawit diserang hama maka akan menimbulkan beberapa masalah yakni produksi bisa turun 60 persen dan keadaaan bisa pulih minimal 2 tahun, besarnya biaya pengendali hama, tingginya biaya pengendali gulma, ekstra pupuk (untuk memulihkan kondisi tanaman).

Menurut Adja, untuk mengatasi hal tersebut, dapat digunakan teknik pengendalian ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) secara terpadu dengan tetap mencari tahu timing yang tepat agar siklus hidupnya dapat diputus.

Cara efektif membasmi hama melalui tanaman bermanfaat seperti air mata pengantin, patik mas, turnera dan lainnya untuk memancing predator/parasit seperti jenis tawon tawonan dan lalat untuk membunuh ulat.

Jika titik terakhirnya menggunakan kimia harus tepat sasaran dan aman bagi lingkungan, manusia dan hewan.

Hama di perkebunan kelapa sawit bisa berupa tikus, ulat pemakan daun, ulat kantong, ulat api, ulat bulu, rayap, penggerek buah, kumbang badak, babi, landak dan monyet.
"Dikatakan hama jika hewan yang merusak/mematikan tanaman budidaya sehingga menimbulkan kerugian secara ekonomis," tutupnya.

Sementara itu, Ketua Prodi Pascasarjana Pertanian Unri Dr. Ir. Wawan, MP mengatakan kuliah umum seperti ini sering dilakukan dengan menghadirkan para pakar di bidangnya agar mahasiswa lebih memahami dan mendapat ilmu sesuai yang diaplikasikan di lapangan.

"Materi yang disampaikan sangat menarik dan kita memang sering mengundang pakar untuk memberikan pengetahuan yang berbeda kepada mahasiswa," ujar Wawan.

Dikatakannya, walaupun materi yang disampaikan dosen dengan para pakar temanya sama namun akan berbeda antara teori dengan praktik di lapangan.

Laporan: Heny Elyati (Pekanbaru)
Editor: Eka G Putra









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook