RENCANA SINGLE DIGIT

Berat Turunkan Suku Bunga, Bank Sebut Gara-gara Inflasi Masih Tinggi

Ekonomi-Bisnis | Kamis, 17 Maret 2016 - 01:24 WIB

Berat Turunkan Suku Bunga, Bank Sebut Gara-gara Inflasi Masih Tinggi
Ilustrasi.

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Angka inflasi yang masih cukup tinggi menjadi alasan bagi kalangan perbankan sehingga enggan menurunkan suku bunga kredit. Dengan tingkat inflasi yang berkisar 4 persen, perbankan sulit menekan bunga hingga single digit seperti yang diperintahkan pemerintah.

"Bunga bisa turun, tetapi inflasi harus diturunkan dulu menjadi 2–3 persen year-on-year," kata Dirut Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin Rabu (16/3/2016).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Mengacu pada industri perbankan di Asia Tenggara, bank memang seharusnya menurunkan suku bunga kredit dan simpanan. Dia mencontohkan, suku bunga kredit di Bank Mandiri mencapai 10–11 persen. Lebih tinggi jika dibandingkan dengan suku bunga bank di Malaysia, Thailand, dan Singapura yang menembus 3–7 persen.

Namun, kata Budi, suku bunga bank tidak bisa ditekan secara seketika berdasar perintah pemerintah dan otoritas. Sebab, tingkat suku bunga diterapkan untuk mengimbangi empat biaya utama bank, yaitu cost of fund, cost of operation, cost of credit, dan cost of tax. Beban terbesar bank berasal dari cost of fund. ’’Menurunkan bunga bukan dengan perintah, tetapi turunkan dulu inflasinya,’’ tegasnya.

Budi mengapresiasi kebijakan Bank Indonesia menurunkan giro wajib minimum (GWM) sebagai salah satu komponen biaya dana. Langkah itu membuat ruang lebih bagi perbankan dalam menyalurkan kredit. Sejak GWM diturunkan, likuiditas lebih longgar.

Meski demikian, kata Budi, ruang yang diperoleh dari penurunan GWM beberapa waktu lalu belum seimbang dengan pertumbuhan kredit dan sumber dana perbankan yang rendah. ’’Karena itu, GWM harus diturunkan lagi,’’ tutur dia.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook