IHSG Akhirnya Finis di Zona Hijau

Ekonomi-Bisnis | Sabtu, 14 Maret 2020 - 10:33 WIB

Indeks harga saham gabungan (IHSG) sepekan ini terombang ambing wabah Covid-19. Bahkan, sempat terjun bebas di bawah level 5.000 pada Kamis (12/3). Praktis, rata-rata nilai transaksi harian merosot dibanding pekan lalu. Meski demikian, IHSG mampu finis di zona hijau, kemarin sore (13/3).

Sejak pagi, IHSG dibuka negatif. Terkoreksi 218 poin atau 4,53 persen ke posisi 4.673. Indeks LQ45 juga melemah 50 poin (6,6 persen) ke 718. Saat perdagangan saham baru berlangsung 15 menit, Bursa Efek Indonesia (BEI) terpaksa menyetopnya sementara atau menerapkan trading halt. Selama 30 menit, transaksi terhenti lantaran IHSG anjlok 5,01 persen ke level 4.650,58 pada pukul 09.15 WIB.


Hingga penutupan sesi pertama, IHSG masih terus merosot 245 poin atau 5,02 persen di 4.649. Begitu pula indeks LQ45 yang melemah 48 poin (6,29 persen) pada level 721. Pada sesi kedua, IHSG menguat. IHSG ditutup 11,82 poin atau 0,24 persen ke level 4.907,57. Sedangkan, indeks LQ45 turun 7 poin (0,9 persen) di posisi 777.

Terjadi transaksi perdagangan saham 472.749 kali dengan nilai Rp9 triliun. Sebanyak 132 saham positif, 283 saham negatif, dan 105 saham terpantau stagnan.

Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengimbau para investor bersikap bijak dan tidak latah menjual saham akibat penurunan indeks saham belakangan ini. "Investor harus rasional. Jangan panik ikut-ikutan jual karena teman-temannya jual," ujarnya, kemarin.

Menurut dia, masih ada perusahaan yang menunjukkan performa cukup baik. Hal tersebut harus bisa dimanfaatkan investor. Mereka harus bisa memetakan emiten yang memiliki kinerja cemerlang untuk kembali membeli saham.

Gonjang ganjing pasar modal tidak hanya terjadi di Indonesia. Penurunan bursa saham juga terjadi secara global. Baik di negara tetangga maupun dunia. Untuk mengantisipasi kondisi yang lebih buruk, BEI akan terus koordinasi dengan pemerintah.

Pada 9 Maret lalu, BEI mengeluarkan kebijakan relaksasi dalam Surat Edaran OJK Nomor 3/SEOJK.04/2020 untuk meredam penurunan indeks. Di dalamnya tercantum larangan short selling, auto rejection asimetris, buyback saham tanpa RUPS (rapat umum pemegang saham), hingga trading halt.

Inarno menuturkan, pihaknya memungkinkan untuk mengeluarkan relaksasi lainnya jika diperlukan. "Kami akan pantau terus dari hari ke hari. Kalau dibutuhkan, kami akan keluarkan relaksasi," katanya.

IHSG turun, praktis transaksi di pasar juga sepi. Kondisi tersebut tentu memengaruhi keuangan BEI. Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) mereka merosot. Padahal, pendapatan BEI diperoleh dari fee transaksi pasar modal tersebut.

"Secara umum, RNTH turun pasti ada dampaknya ke korporasi. Merosotnya RNTH mengimbangi penurunan pendapatan," ucap Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi, kemarin.

Berdasar data BEI, RNTH pada akhir pekan lalu (pekan pertama Maret) mencapai Rp7,0 triliun. Jumlah itu turun 0,93 persen dari pekan sebelumnya (akhir Februari) Rp7,07 triliun. Masih jauh dari target yang ditetapkan BEI tahun ini sebesar Rp9,5 triliun. (han/dee/c6/hep/jpg)

 

Laporan: jpg









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook