PEKANBARU, (RIAUPOS.CO) - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Riau bergerak cepat dengan memberikan sosialisasi sekaligus edukasi tentang praktik budidaya sawit baik berkelanjutan dan segudang manfaatnya terhadap perekonomian bangsa kepada tenaga pendidik.
Langkah itu ditempuh asosiasi yang menaungi para pengusaha kelapa sawit di Bumi Lancang Kuning tersebut usai muncul materi ujian siswa kelas V SD di Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau yang kurang tepat terkait komoditas sawit, medio pekan ini.
"Ada begitu banyak mitos dan misleading informasi yang beredar terkait sawit. Ini menjadi tugas kita untuk bersama-sama melakukan sosialisasi dan edukasi, terutama kepada tenaga pendidik yang membangun generasi muda," kata Ketua Gapki Cabang Riau, Jatmiko K Santosa di Pekanbaru, Jumat (11/6).
Munculnya pertanyaan yang tidak tepat dalam naskah ujian tersebut, menurut Jatmiko adalah tanggung jawab seluruh stakeholders kelapa sawit, termasuk para pengusaha.
"Kita tidak menyalahkan para guru pembuat soal atau pihak pendidik sama sekali. Merupakan kewajiban kita semua, para pelaku di industri ini untuk memberikan informasi yang benar kepada seluruh stakeholders," tuturnya.
Dalam pertemuan itu, Jatmiko menjelaskan, materi soal ujian yang menyebutkan bahwa salah satu dampak negatif sawit adalah boros dalam penyerapan air tidak sesuai dengan fakta yang ada.
"Faktanya tanaman paling rakus dalam mengkonsumsi air dalam bioenergi yang dihasilkan adalah rapeseed, disusul oleh kelapa, ubi kayu, jagung, kedelai, dan bunga matahari. Boros atau tidaknya suatu tanaman dalam menggunakan air harus diukur dengan produktivitas dan bioenergi yang dihasilkannya. Kelapa sawit termasuk tanaman yang paling hemat menggunakan air setelah tebu," terangnya.
Kemudian, Jatmiko juga menerangkan bahwasannya manusia saat ini tidak dapat lepas dari produk turunan sawit. Mulai dari bangun tidur hingga menjelang tidur kembali, lanjut dia, sawit dan turunannya membantu kehidupan manusia.
"Pakaian, sabun, pasta gigi, deterjen, sampo, kosmetik, margarin, mayonaise, minyak makan, bahkan sampai dengan BBM. Bahkan saat ini, kandungannya dapat menjadi penguat imun tubuh yang sangat berguna di masa pandemi," tuturnya lagi.
Mendapatkan informasi tersebut, para guru yang mendengarkan pemaparan meminta Gapki Riau untuk dapat melaksanakan hal ini secara rutin sehingga informasi negatif yang banyak beredar tentang sawit dapat diluruskan.
"Kami akan mengagendakan pertemuan dengan Kepala Dinas Pendidikan setempat untuk menyampaikan aspirasi agar kelapa sawit dapat menjadi materi dalam muatan lokal," tutur Jatmiko yang juga merupakan CEO PTPN V tersebut.
Dalam kesempatan itu, Jatmiko didampingi oleh Wakil Ketua Gapki Riau Rurianto dan Sekjen Ketut Sukarya beserta beberapa Ketua Kompartemen, juga menyerahkan puluhan buku berjudul mitos dan fakta kelapa sawit.
"Ini tugas kita bersama, baik dari kami Gapki maupun seluruh stakeholder agar menguatkan sinergi sehingga anugerah Allah yang diberikan kepada Indonesia yakni perkebunan sawit mampu mengangkat ekonomi masyarakat," urainya.
Kelapa sawit telah menjadi salah satu penopang ekonomi Indonesia di tengah badai pandemi Covid-19. Sepanjang 2020, Indonesia menghasilkan 51,58 juta sawit dan berkontribusi terhadap perolehan devisa negara hingga mencapai Rp321,5 triliun atau 12,86 persen dari total ekspor Indonesia.
Selain menjadi penyumbang devisa negara, industri kelapa sawit juga terbukti berkontribusi menuntaskan kemiskinan dengan menciptakan 16,2 juta lapangan pekerjaan baru di Tanah Air. Sementara di Riau, tercatat industri sawit sudah membuka lebih dari 600 ribu lapangan kerja dan setengah juta lebih kepala keluarga di Bumi Lancang Kuning menjadi petani sawit.
"Dari Provinsi Riau sendiri, tempat kita tinggal saat ini, mampu menyumbang 40 persen dari total ekspor sawit nasional. Terbesar dibandingkan provinsi lainnya, maka dengan informasi yang benar kepada seluruh stakeholders, kami yakin sawit Riau dapat lebih maju," katanya.(ifr)
Laporan : ELVY CHANDRA (Pekanbaru)