Gunakan Strategi Pola Tanam Cabai Berbasis IT

Ekonomi-Bisnis | Selasa, 06 Agustus 2019 - 12:14 WIB

JAKARTA (RIAUPOS.CO)  -- Cabai menjadi salah satu komoditas hortikultura yang sering kali mengalami fluktuasi harga. Pada satu titik tertentu mengalami kenaikan namun tak jarang mengalami penurunan harga yang kerap membuat resah petaninya.

Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto saat berkunjung di Desa Tambak Rejo, Kecamatan Gurah menjelaskan, salah satu kondisi penyebab tidak stabilnya harga cabai, dikarenakan pola tanam yang tidak tepat.


Umumnya, lanjut anak buah mentan yang biasa disapa Anton itu, petani menanam saat waktu harga jual cabai tinggi, akhirnya saat panen bersamaan harganya jatuh. Lebih parah lagi, saat harga jatuh petani cenderung malas merawat tanaman dan akhirnya tanaman tidak berproduksi dengan baik.

"Dampaknya produktivitas menurun dan harga mengalami kenaikan saat pasar membutuhkan pasokan, utamanya saat memasuki musim kemarau yang terjadi baru-baru ini," papar Anton.

Menurut Anton, Banyuwangi, Tuban, Temanggung, Kediri, Blitar, Magelang, Karanganyar merupakan daerah sentra cabai. Meski sempat mengalami kendala selama masa tanam akibat kurang air, kini sudah kembali aktif bertanam dan diperkirakan pertengahan Agustus harga cabai akan kembali normal.

Ke depan, imbuh Anton, akan dipantau pola tanam berbasis IT. Tiap daerah dipetakan berapa jumlah konsumsi yang diperlukan melalui aplikasi online. Pola ini diyakini mampu menjaga kuantitas produksi sesuai dengan besaran kebutuhan.

Peta produksi berbasis kebutuhan ril ini akan disosiali­sa­sikan ke daerah-daerah un­tuk memberitahukan berapa besaran pertanaman yang dibutuhkan. Tujuannya dengan pemetaan tersebut, gejolak harga akibat minimnya produksi bisa dihindari.(amr/jpg)

Editor: Arif Oktafian









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook