PLN Kekurangan Gas Alam Cair

Ekonomi-Bisnis | Senin, 05 November 2018 - 14:20 WIB

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memperkirakan keperluan Liquefied Natural Gas (LNG) atau gas alam cair untuk pembangkit listrik akan defisit 101 kargo hingga 2027. Pihaknya kini terus mencari pasokan LNG dari beberapa produsen guna menutup kekurangan itu.

Kepala Divisi Pengadaan BBM dan Gas Bumi PLN Chairani Rachmatullah menyatakan, baru 60 di antara 161 kargo gas kebutuhan hingga 10 tahun yang sudah memiliki kontrak dalam kurun waktu tersebut. Pasokan gas itu berasal dari Proyek Tangguh yang digarap BP di Papua Barat, sedangkan sisa kebutuhan masih dicari.

Salah satunya berasal dari kontrak jangka panjang dengan PT Pertamina. Saat ini kontrak antara PLN dan Pertamina berakhir 2022. ’’Kami belum ada kontrak panjang sama Pertamina, cuma lima tahun. Nanti kami perpanjang,’’ ujarnya, kemarin (4/11).
Baca Juga :Nataru, PLN Terapkan Masa Siaga Kelistrikan Nasional

Targetnya, 101 kargo tersebut bisa diperoleh Pertamina dari PT Badak NGL di Bontang, Kalimantan Timur. Di sisi lain, SKK Migas memberikan alokasi LNG untuk PLN tahun ini 51 kargo. Sebanyak 31 kargo berasal dari Bontang dan 20 kargo dari Tangguh.

PLN pun mendapatkan tambahan 4,7 kargo LNG lagi tahun ini. Perinciannya, 2,7 kargo dari PT Badak NGL di Bontang, 1 kargo dari Proyek Tangguh di Papua Barat, dan 1 kargo lagi dari PT Donggi-Senoro LNG (DSLNG) di Sulawesi Tengah.

Tambahan itu diperlukan lantaran pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) PLN berbahan bakar batu bara banyak yang rusak. Salah satunya adalah PLTU Paiton unit 6 di Probolinggo, Jawa Timur. Akibatnya, PLN harus menggunakan pembangkit berbahan bakar gas agar suplai listrik kepada masyarakat tidak terganggu.(vir/c22/oki/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook