TERANCAM PHK

Sedihnya Kondisi Pekerja Migas Saat Ini...

Ekonomi-Bisnis | Senin, 01 Februari 2016 - 02:16 WIB

Sedihnya Kondisi Pekerja Migas Saat Ini...
Ilustrasi.

Meski gaungnya makin besar, dia menyebut baru Chevron Indonesia yang mengajukan revisi WP&B. Meski tidak menyebut secara detil apa yang diinginkan perusahaan itu, Elan menyebut pengajuannya masih belum disetujui SKK Migas.  "Masih dibahas," katanya.

Dirjen Migas Kementerian ESDM Wiratmaja Puja mengatakan, moratorium itu menjadi salah satu jalan terbaik untuk saat ini. Daripada merekrut pegawai baru yang bisa membebani keuangan perusahaan, lebih baik menunda perekrutan. Apalagi, beberapa perusahaan juga memilih untuk tidak memberhentikan pekerjanya. ’’Moratorium pegawai bisa dimaklumi. Kalau harga minyak bagus, akan menerima lagi,’’ kata Wirat.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Informasi soal moratorium sudah diterimanya. Namun, dia tidak menampik kalau ada perusahaan yang memilih untuk memutus hubungan kerja demi efisiensi. Salah satunya, dari PT Chevron Indonesia yang akan mengurangi 1.700 pegawai.

Pemerintah, lanjut Wirat, berusaha keras agar tidak terjadi ledakan PHK dari perusahaan minyak. Salah satunya, dengan meminta agar pengurangan pegawai dilakukan secara natural. Termasuk tidak menambah pegawai baru. "Kalau ada yang pensiun, ya pensiun,"’ terangnya.

Dari catatan harian Jawa Pos selain Chevron ada Royal Dutch Shell yang dikabarkan memutuskan hubungan kerja dengan 6.500 pekerjanya. Begitu juga dengan perusahaan jasa minyak dan gas bumi, Shlumberger terhadap 11 ribu karyawannya. Terakhir, PT Pertamina (Persero) juga menyebut opsi pengurangan karyawan di sektor hulu dan pengolahan bisa terjadi.

Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto menambahkan, selain dihantui PHK pendapatan pegawai juga berkurang. Misalnya soal bonus dari perusahaan yang dikurangi atau tidak lagi diberikan. Perusahaan, juga berhemat dengan lebih selektif terhadap perjalanan dinas sampai mengurangi sewa kantor.

Harga minyak dunia yang masih berfluktuatif di bawah 35 dolar AS per barel disebutnya membuat perusahaan makin tersudut. Sebab, rata-rata ongkos produksi minyak di Indonesia ada di kisaran 30 dolar AS per barel.  "Terendahnya 40 dolar AS dan tertinggi 70 dolar AS per barel," ungkapnya.(dim/agm)

Laporan: JPG

Editor: Fopin A Sinaga









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook