Menurut Viator hal ini terjadi (kontraksi ekonomi) karena ekonomi Riau sangat tergantung pada sektor primer yakni pertanian dan pertambangan. Begitu dua sektor ini terkena krisis seperti harga sawit anjlok maka ekonomi langsung negatif.
Selama ini, lanjutnya, kita menutup mata terhadap sektor-sektor sekunder seperti industri hilir. “Kita tidak perhatian pada industri hilir. Yang kita punya selain industri besar seperti pulp, paling hanya pabrik-pabrik kelapa sawit. Inilah kondisi sektor sekunder kita yang sebenarnya punya potensi besar tetapi tak mampu menopang pertumbuhan ekonomi karena kita selama ini menutup mata terhadap sektor sekunder ini,” ujarnya.
Buktinya, lanjut Viator, apa ada APBD Riau diarahkan mengembangkan industri-industri kecil di kabupaten dan kota. Apa upaya kita mengembangkan sektor sekunder lainnya seperti hotel, restoran , perdagangan.
Seberapa besar APBD yang dialokasikan untuk menstimulir itu semua. Negatif growth terjadi setelah 2011. Tahun itu masih tumbuh 5,5 persen. Setelah itu menurun turus. 2012 3,76 persen. Tahun 2013 2,49 persen. Tahun 2014 2,62 persen. Tahun 2015 akan negatif.(fiz)