Dari sumur-sumur di lepas pantai, akan ada pipa-pipa menuju floating processing unit untuk memisahkan antara minyak dan gas. Kemudian gas akan disalurkan dengan pipa hingga sampai ke darat, memanjang 180-200 kilometer.
’’Kalau dulu di floating, tidak bisa kita punya gas pipa. Tapi karena di on-shore, bisa meningkatkan gas yang kita salurkan maka ada gas pipanya. Untuk apa gas pipanya? Nanti untuk pabrik petrokimia,’’ jelasnya.
Di samping nilai investasi sebesar Rp288 triliun, Dwi memperkirakan akan ada investasi di bidang petrokimia yang nilainya berkisar 1,5-2 miliar dolar AS. Dalam pengembangan proyek ini sendiri, Inpex diperkirakan akan menghasilkan gas sebanyak 9,5 juta ton per tahun dalam bentuk liquefied natural gas (LNG) dan 150 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd) untuk gas pipa.
’’Tadi disampaikan bahwa revenue yang bisa di-collect sampai 2055 adalah sekitar 137 miliar dolar AS. Jadi ini cukup besar dampaknya terhadap perekonomian nasional secara besar,’’ lanjut Dwi.
Dalam proyek di Blok Masela ini, Inpex tidak sendirian memegang participating interest (PI). Inpex melalui anak perusahaannya Inpex Masela Ltd. berbagi dengan Shell Upstream Overseas Services dengan komposisi 65 persen dan 35 persen.