Aturan Tarif Bagasi Masih Dibahas

Ekonomi-Bisnis | Jumat, 01 Februari 2019 - 09:18 WIB

Aturan Tarif Bagasi Masih Dibahas
TURUN PESAWAT: Penumpang saat turun dari pesawat dengan bawaan yang sedikit, beberapa waktu lalu. Komisi V DPR RI meminta agar Kemen-hub dan seluruh perusahaan maskapai penerbangan menunda penerapan bagasi berbayar. JPG

Sehingga dengan bagasi yang terlalu berat membuat beban pesawat berlebihan yang juga berdampak terhadap keselamatan dan ketepatan waktu penerbangan atau on time performance (OTP).

 “Terakhir ya tentunya komersial, dengan semakin banyak muatan fuel yang dibakar semakin banyak, sehingga margin bisa minus,” urai Ari.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

INACA pun berharap agar regulator benar-benar memperhitungan beberapa faktor tersebut sehingga tidak merugikan maskapai LCC dan akhirnya justru bangkrut. VP Cargo & Ancillary Revenue Citilink Indonesia  Harismawan Wahyudi mengatakan pihaknya masih mempertimbangkan secara internal tentang penerapan bagasi berbayar tersebut.

“Citilink tengah mempertimbangkannya secara internal ya,” ujarnya.

Sementara Pengamat Penerbangan Arista Atmadjati menambahkan saat ini diterapkannya bagasi berbayar memang belum tepat. “Baru saja masyarakat komplain tiket pesawat mahal lalu selang seminggu bagasi berbayar. Tekanan kepada masyarakat tinggi jadi heavy cost,” katanya.

Sehingga, memang diperlukan penundaan untuk penerapan bagasi berbayar. Selain itu, menurutnya perhitungan bagasi berbayar dengan memperhitungkan berat dan waktu tempuh penerbangan dinilai terlalu mahal.

“Sehingga kadang-kadang bagasinya lebih mahal daripada tiketnya,” ujar Arista.

Meski demikian, dia sebenarnya setuju dengan penerapan bagasi berbayar asalkan dengan tarif yang rasional. Sebab, di beberapa negara seperti AS pun juga menerapkan bagasi berbayar untuk penerbangan domestik dengan biaya rasional.(vir/lyn/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook