Terkait dengan kebutuhan tower, tahun ini Telkomsel menargetkan 22 BTS baru di daerah pelosok wilayah Riau. ‘’Kendala utama yang dihadapi Telkomsel untuk membuka akses telekomunikasi di wilayah perbatasan antara lain akses infrastruktur ke lokasi yg masih terbatas, ketersediaan sarana, PLN dan perizin pendirian site. Namun Telkomsel berkomitmen untuk dapat terus menambah cakupan jaringan di daerah pelosok tiap tahunnya dan diselaraskan dengan program pemerintah dalam membuka akses daerah terpencil,’’ sebut Ihsan.
Ia pun mengharapkan dukungan pemerintah daerah terhadap upaya Telkomsel membuka akses jaringan di telekomunikasi di Riau dengan mempermudah proses perizinan, site acquisition & support sarana pendukung site. Namun yang pasti kata Ihsan, walau pun di daerah terpencil Telkomsel tetap menggelar jaringan dengan teknologi 2G sampai teknologi ter-update 4G.
Hady Alfiando (32) yang sehari-hari bekerja di kapal tanker di daerah Papua yang dihubungi Riau Pos melalui telepon seluluer mengaku hanya bisa berkomunikasi dengan pihak luar dengan menggunakan jaringan Telkomsel.
‘’Walaupun di laut lepas seperti ini, jaringan Telkomsel tetap kuat. Tidak hanya untuk voice dan SMS saja, saya pun bisa video call dengan keluarga di Bandung,’’ akunya.
Diakui Hady, komitmen Telkomsel merangkai pulau dan menembus lautan dengan membuka jaringan hingga pelosok sudah terbukti dan menjadi bukti nyata Telkomsel tidak sebatas mencari profit saja tetapi bagaimana membuka akses komunikasi secara luas.***