"Konsumsi akan jor-joran karena harga yang terlalu murah. Ini sangat berbahaya karena berimplikasi pada kesenjangan hilir dan hulu yang cukup signifikan," lanjut Benny.
Sementara, pengamat energi Marwan Batubara menambahkan, justru SPBU asing yang saat ini menjual harga BBM lebih mahal daripada Pertamina. Untuk itu, pemerintah melalui BPH Migas menjalankan fungsi regulator, dalam hal ini BPH Migas mengatur SPBU asing agar menurunkan harga.
"Minimal mempertanyakan, mengapa Shell dan Total tidak mau menurunkan harga," katanya.
Harga BBM di SPBU asing saat ini memang lebih mahal. Shell misalnya menjual BBM jenis V-Power Rp9.100 per liter. Harga itu jauh lebih tinggi dibandingkan Pertamax 95 keluaran Pertamina yakni Rp8.850 per liter. Merujuk pada formula yang sudah ditetapkan, harga jual Shell memang jauh lebih tinggi. Dengan mengacu langsung pada Means of Platt Singapore (MOPS) plus biaya distribusi 2 persen plus margin SPBU harga Shell jenis Super harusnya dijual hanya Rp7.000 per liter karena hanya didistribusi di Jakarta.
Untuk itu, dia juga mengimbau masyarakat agar lebih jeli dalam membeli BBM untuk kendaraannya. Apalagi, secara kualitas sebenarnya produk Pertamina juga lebih baik.
"Kalau perlu diumumkan di publik bahwa BBM SPBU asing tersebut sudah sangat mahal, jangan dibeli. Sebaiknya masyarakat beralih ke produk yang dijual oleh perusahaan negara yang 100 persen milik rakyat," tegas Marwan yang juga Direktur Eksekutif Indonesian Reseorces Studies (IRESS).(wah)
Laporan: RMOL
Editor: Fopin A Sinaga