SOLUSI YANG LEBIH EFISIEN

SILO Mulai Langganan Listrik PLN

Ekonomi-Bisnis | Sabtu, 01 Februari 2020 - 03:16 WIB

SILO Mulai Langganan Listrik PLN
PLN dan SILO meneken SPJBTL, Jakarta, Jumat (31/1). (AGFI/JAWA POS)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- PT Sebuku Iron Lateritic Ores (SILO) dan PT Perusahaan Listrik Negara melakukan penandatanganan Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) dengan total daya sebesar 30 Mega Volt Ampere (MVA). Dengan ini, maka PT SILO menjadi pelanggan tegangan tinggi kedua bagi PT PLN di wilayah Kalimantan Selatan. Sebelumnya, PT SILO menggunakan captive power atau pembangkit milik sendiri untuk kegiatan operasional.

Direktur Bisnis Regional Kalimantan PT PLN Syamsul Huda menjelaskan bahwa saat ini ketersediaan suplai listrik untuk Provinsi Kaimantan Selatan dan Kalimantan Tengah semakin membaik. Hal tersebut terwujud karena sistem kelistrikan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah sudah terhubung atau interkoneksi dengan Provinsi Kalimantan Timur.


Menurut Syamsul, total daya mampu pembangkit sistem interkoneksi saat ini mencapai 2.002 Mega Watt (MW) dengan beban puncak tertinggi mencapai 1.375 MW, sehingga terdapat cadangan daya atau surplus daya mencapai 627 MW atau lebih dari 30 persen.

"Dengan surplus daya yang saat ini mencapai 627 MW, menunjukkan bahwa suplai daya listrik bukan menjadi masalah lagi untuk pelaku usaha yang ingin berinvestasi di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Kami membuka sebanyak-banyaknya permintaan suplai listrik untuk para investor," beber Syamsul.

Dia menegaskan pada periode kuartal I 2020 ini, setidaknya ada tujuh perusahaan yang sudah berencana menyepakati SPJBTL dengan PLN. Tidak semuanya industri smelter, menurut Syamsul PLN terbuka untuk semua sektor industri yang membutuhkan listrik tegangan tinggi.

Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) PT SILO Effendy Tios menuturkan pihaknya sudah lama mendambakan listrik PLN yang murah. Akan tetapi, dikarenakan SILO berlokasi di Pulau Sebuku yang terpisah dari sistem kelistrikan PLN, maka perseroan tidak bisa menyuplai listrik untuk mendukung operasional usahanya.

"Kami sudah lama mengidamkan listrik PLN karena sangat berperan besar di industri smelter. Karena harga listrik lebih murah dibandingkan dengan penggunaan pembangkit yang kami gunakan sendiri," ujarnya.

Effendy memaparkan bahwa dengan pembangkit milik sendiri yang ditenagai bahan bakar minyak (bbm) solar, nilai ekonominya sekitar Rp3.000 per kwh. Dia menyebut, penggunaan listrik jauh lebih hemat karena nilai ekonomi ada di angka Rp 1.200 per kwh.

Bahkan dengan efisiensi tersebut, Effendy optimistis revenue perusahaannya mampu terdongkrak hingga lima kali lipat. "2021 kami berani mentargetkan revenue Rp1 triliun. Kalau untuk tahun lalu dan tahun ini revenue ada di sekitar Rp200 miliar," tegasnya.

Berdasarkan SPJBTL yang sudah ditandatangani, untuk menyuplai listrik sebesar 30 Juta VA kepada PT SILO, PLN akan membangun sebanyak 106 tower Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kilo Volt (kV) dengan panjang jaringan mencapai 36,64 kilo meter sirkuit (kms). Rencananya PLN akan membangun tiga tower SUTT 150 kV di atas laut untuk menghubungkan Kotabaru dengan Pulau Sebuku yang terpisah oleh laut.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook