BENGKALIS (RIAUPOS.CO) - Nasib nahas menimpa tiga nelayan asal Dusun Teluk Pesisir, Desa Teluk Papal, Kecamatan Bantan, Bengkalis. Pasalnya saat terlelap tidur usai melempar jaring ke laut, pompong mereka diduga ditabrak kapal kargo di Perairan Selat Melaka, tepatnya di Perairan Desa Muntai Barat, Senin (13/6) sekitar pukul 05.30 WIB.
Dari informasi yang berhasil dirangkum di lapangan menyebutkan, ketiga nelayan yang naas tersebut bernama Herman alias Suing (50), Asman (48) dan Nazri (41). Ketiganya warga RT 02/RW10 Dusun Teluk Pesisir, Desa Teluk Papal, Kecamatan Bantan, Bengkalis. Herman dinyatakan meninggal akibat kecelakaan ini.
Ketiganya berangkat dari rumah untuk menjaring ikan sejak Sabtu (11/6). Setelah dua hari berada di laut dan pada Subuh naas itu, ketiganya kelelahan setelah melempar jaring ke laut untuk menangkap ikan.
"Mereka sempat tertidur setelah melempar jaring ke luat. Mungkin karena kelelahan," ujar Abu Samah, salah seorang warga Dusun Teluk Ondan, Desa Teluk Papal, usai ikut mengebumikan korban kecelakaan laut.
Abu Samah yang juga tokoh masyarakat setempat menyebutkan, dari keterangan dua nelayan yang selamat, waktu kejadian itu mereka tertidur dan waktu itu masih agak gelap cuacanya karena masih Subuh. Tiba-tiba diduga kapal kargo dengan bobot ratusan ton dari Dumai menabrak bagian tengah pompong mereka.
Abu Samah yang hidupnya bergantung sebagai nelayan pencari ikan di Perairan Selat Melaka mengatakan bahwa kejadian kapal nelayan ditabrak kapal kargo baru kali ini terjadi. "Kami mengharapkan pihak kepolisian dari Polair Polres Bengkalis mengusut tuntas kasus kecelakaan yang menewaskan nelayan. Karena ini nyawa manusia dan tidak bisa terulang lagi," ujarnya.
Ia menyebutkan, para nelayan yang menjaring ikan masih berada di zona nelayan atau sekitar 6 mil dari bibir pantai. Apalagi di daerah tersebut sangat dekat dengan Pos Angkatan Laut (Posal) di Desa Muntai Barat. Seharusnya kata Abu Samah, kecelakaan itu tidak boleh terjadi, jika kapal kargo ini tidak berlayar terlalu ke tepi atau di zona nelayan menangkap ikan.
Apalagi, kata Abu Samah dari informasi yang didapat dari dua nelayan yang selamat, saat kejadian selain kapal kargo yang diduga menabrak mereka, ada kapal tanker bermuatan CPO dari Dumai yang ikut membantu menyelamatkan nelayan.
"Artinya mereka tahu keberadaan nelayan. Kedua kapal ini mungkin satu perusahaan karena tidak ada kapal lain yang melintas di Perairan Selat Melaka subuh itu. Makanya dengan adanya pihak kapal kargo yang ikut menyelamatkan tentu data kapal yang menabrak nelayan ini sudah dikantongi pihak polisi," ujarnya.
Abu Samah mengharapkan, agar pihak polisi juga melihat radar yang ada di Posal Muntai tersebut. Ini gunanya untuk memastikan jalur kapal kargo ini benar atau tidak. Menurutnya, masyarakat nelayan tidak mau ada korban lagi dan ini harus dituntaskan penyelidikannya oleh polisi.
Sementara itu, Asman dan Nasri, dua kakak beradik yang selamat dari kecelakaan ini menyebutkan, waktu kapal mereka pecah, Asman sempat melihat Herman minta tolong. Dirinya juga sempat mencari puing kapal termasuk tong es dan bagian tengah kapal untuk menyelamatkan diri. "Pada saat kami berada di atas puing-puing kapal yang sudah hancur, kami melihat Herman sudah tidak bernyawa karena pada saat kejadian dia yang mengalami luka cukup parah. Kaki kirinya nyaris putus," ujar Asman.
Sementara itu, Kapolres Bengkalis AKBP Indra Wijatmiko melalui Kasat Polair Polres Bengkalis Iptu Hendri Yanto, membenarkan kejadian tersebut. Pihaknya sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut di lokasi. "Kami masih di lokasi melakukan penyelidikan dan mengumpulkan datanya," ujar Hendri Yanto.(ksm)