DESA BANTAN TIMUR BENGKALIS

80 Persen Warga Suku Asli Pesisir Pantai Selat Melaka Miskin Didata Ulang

Bengkalis | Rabu, 09 November 2022 - 12:47 WIB

80 Persen Warga Suku Asli Pesisir Pantai Selat Melaka Miskin Didata Ulang
Tim statistik kabupaten dan provinsi menyambangi serta mendata ulang seluruh warga di Dusun Belingsang, yang kehidupannya masih dibawah garis kemiskinan, Selasa (8/11/2022). (TIM UNTUK RIAUPOS.CO)

BANTAN (RIAUPOS.CO) - Kepala Desa Bantan Timur, Sani menangis melihat sebagian warganya yang kehidupannya sangat memprihatinkan. Desa ini berada di wilayah pesisir pantai selat Melaka di Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis.

Dari  800 jiwa warga suku Asli, ternyata didapati sebanyak 80 persen hidupnya di bawah garis kemiskinan dengan latar belakang tanpa mengenyam dunia pendidikan. Kondisi ekonomi dan sumber daya manusia (SDM) yang masih terkebelakang, membuat warga suku Asli harus tetap bertahan untuk hidup dan tinggal di desa.


Pada Selasa (8/11/2022) Kades Bantan Timur Sani menerima kedatangan tim statistik dari Kabupaten Bengkalis dan Provinsi Riau. Tim turun menyikapi laporan Pemerintah Desa (Pemdes) terkait kondisi warganya, yang masih banyak hidup dibawah garis kemiskinan. 

Awalnya, laporan pemerintah desa ini tidak dipercaya oleh tim statistik. Namun, setelah melihat langsung kondisinya di lapangan. Tim statistik justru dibuat kaget, karena melihat langsung kondisi warga, mayoritas suku Asli, yang kehidupannya jauh dari kata kesejahteraan.

Tim statistik juga turut didampingi kepala dusun, kader posyandu dan tim penggerak PKK. Pendataan tepat berada di Dusun Belingsang, yang masih terlihat terisolir. Tak banyak kata-kata terucap, tim hanya mampu menuliskan lengkap identitas para warga, mulai dari kepala keluarga dan anak-anak mulai dewasa hingga balita.

Data warga ini sebenarnya sudah dilaporkan oleh pemerintah desa ke tingkat kabupaten dan provinsi. Namun, laporan dari tim pemerintah desa itu, hanya disikapi biasa-biasa saja. Sehingga, pemerintah desa berulang kali membuat laporan terkait kondisi warganya.

Kepala Desa Bantan Timur, Sani kepada Wartawan mengaku kondisi warga suku asli dari 800 jiwa, terdapat 80 persen kepala keluarganya masih belum mendapat kehidupan yang layak. Meskipun, sudah dibantu dengan sentuhan program-program desa, seperti rumah layak huni (RLH), Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa (DD), program PKH dan otonomi, namun tetap saja belum bisa mensejahterakan 80 persen warga tersebut.

Menurutnya, pihak desa hampir setiap minggu turun melihat kondisi warga tersebut. Namun, kondisi jarak tempuh yang cukup jauh membuat tim desa kewalahan. Rata-rata warga tersebut bermata pencarian sebagai buruh harian lepas dan nelayan.

“Rata-rata keluarga di Dusun Belingsang itu tidak memiliki kendaraan untuk menuju ke kantor desa dan posyandu. Itu alasan dari mereka, bahkan anak-anaknya yang sudah diakomodir melalui program pendidikan gratis di desa, terkadang justru orang tuanya sendiri yang tidak mau mengantarkan anak-anaknya ke sekolah," ujar Sani.

Ia juga menjelaskan, program desa yang sudah terlaksana, mulai dari pendidikan anak usia dini 0 sampai dengan 12 tahun. Porgam ini yang sudah didobrak oleh pemerintah desa, dengan sedaya upaya.

“Kalau saya melihat, Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih minim dikalangan warga. Maka dari itu kita dobrak dengan program pendidikan gratis, sepanjang pendidikannya masih minim, maka tidak akan ada perubahan dari warga di Belingsang,” jelas Sani lagi.

Selain program pendidikan gratis, sambungnya, para ibu hamil, balita dan anak-anak 12 tahun ke atas wajib harus sekolah. Sehingga kemiskinan, yang terpapar nantinya ini mengalami perubahan dari tahun ke tahun.

“Rata-rata ilmu pengetahuan yang masih minim,sehingga tidak mampu merubah kemiskinan. Contohnya, kita buatkan rumah layak huni disediakan Mandi Cuci Kakus (MCK). Tapi, masih terdapat juga rak pinggan (piring) di dekat MCK itu, buang air besar juga dipokok-pokok atau batang getah. Seperti sudah menjadi kebiasaan, nah kebiasaan ini akan kita rubah nantinya,” ujar Sani satu-satunya kepala desa perempuan di Pulau Bengkalis ini.

Dijelaskannya, selama beberapa kali pendataan dari desa, setiap saat mengingatkan agar anak-anak mereka sekolah. 

“Kita memang gratiskan sekolah dan bantuan anak sekolah, tetapi terkadang orang tua tidak mau ambil pusing dan enggan mengantarkan anaknya sekolah. Sebagian ada yang kita bantu antar jemput,” terangnya lagi.

Ia juga menjelaskan, kedatangan tim statistik ini sebelumnya berdasarkan laporan yang dikirimkan ke provinsi dan kabupaten. 

“Langsung melihat dari dekat, sekarang tim sudah percaya. Alhamdulillah, tim mau merespon dan mendatanya langsung, harapan kami di desa, agar warga itu bisa mendapatkan perhatian yang lebih, baik dari kabupaten, provinsi dan pusat,”kata Sani.

Laporan: Abu Kasim (Bengkalis)

Editor: Eka G Putra









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook