PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Usianya masih muda. Namun, ia sudah dipercaya menjadi Pembantu Rektor (PR) III di salah satu universitas swasta terkemuka di Riau, Universitas Abdurrab.
Bukan tanpa sebab. Andree ialah sosok cerdas yang memiliki pandangan luas. Alumni Hubungan Internasional Unri ini bahkan sebelumnya sudah dipercaya menjabat menjadi Dekan Fisipol di universitas yang sama.
‘’Saya bergabung di universitas ini sekikitar tahun 2009. Saat itu masih menjadi dosen. Namun berjalannya waktu saya dipercaya menjadi Dekan Fisipol kala itu,’’ ungkap pria yang semasa kuliah aktif dalam organisasi mahasiswa Islam ini kepada Riau Pos.
Di bawah kepemimpinannya menjadi dekan kala itu, pria yang pernah menjadi mahasiswa terbaik di Unri ini menuturkan bahwa telah berupaya meningkatkan akreditasi yang sebelumnya C menjadi B. Bukan perkara mudah memang.
Ia bersama pihak universitas fokus memperbaiki administrasi maupun mutu dari jurusan dan Prodi yang ada di Fisipol sendiri. Bukan hanya itu, ia juga sempat membuat islamic centre semasa menjadi dekan.
Berkat kiprah dan kontribusinya selama menjadi dekan, tak lama kemudian ia diminta untuk menjadi Pelaksana Tugas (Plt) PR III Abdurrab.
Meski awalnya hanya sebagai Plt, nyatanya kini Andree bisa benar-benar duduk secara penuh di posisi tersebut.
‘’Sekitar tahun 2015 saya dipercaya menjadi PR III di sini membawahi bidang pengembangan dan perencanaan.
Ya, saat ini kita masih beradaptasi, berbenah sekaligus menyiapkan rencana-rencana strategis untuk pengembangan langkah universitas ini,’’ paparnya.
Pria yang pernah mengikuti pelatihan keberbagai belahan dunia ini menuturkan, saat ini hanya fokus terhadap tugasnya sebagai PR III.
Pengembangan kampus baru, penyusunan rencana Prodi baru, pusat kajian baru terus ia gesa. Selain itu, ia juga menggenjot divisi kehumasan kampus agar Universitas Abdurrab bisa semakin terdengar gaungnya.
Selain itu, saat ini ia juga tengah menempuh studi doktoralnya di Malaysia. Sama seperti saat menempuh S2 lalu, disertasinya saat S3 ini juga masih berkutat mengenai masalah globalisasi. Menurutnya globalisasi sangat menarik karena sudah masuk keseluruh lini yang ada.
‘’Tidak ada lagi batasan yang jelas. Namun, baiknya kita tidak menjadi korban dari globalisasi. Kita harus memikirkan bagaimana caranya agar arus globalisasi ini tak membuat kita bekerja untuknya.
Contohnya saja dalam menghadapi MEA. Kita bisa dibilang tidak siap bersaing. Kita tidak punya filtrasi yang jelas dan SDM juga tertinggal.
Padahal Riau ini adalah pintu masuk besar bagi produk-produk luar. Dengan MEA, peredaran barang dari luar tentu semakin banyak dan bisa mematikan produk lokal jika tak diiringi dengan peningkatan mutu,’’ lanjuntnya.
Oleh karena itu, ia berharap juga pemerintah kita bisa lebih meningkatkan mutu pendidikan dari penduduknya sendiri agar siap bersaing.
Harus ada anggaran untuk menyekolahkan masyarakat berpotensi sebagai investasi bagi kemajuan daerah.
Ia optimis itu bisa terwujud. Terlebih Riau merupakan salah satu provinsi terkaya di nusantara.
Ke depan ia juga berharap, menghadapi kuatnya arus globalisasi ini, antara pemerintah dan universitas agar lebih bersinergi.(rnl)