SYARIFUDIN SH (ILMU HUKUM UNILAK, 1997)

Sudah Biasa Ditelepon Warga Tengah Malam

ALUMNI UNRI | Selasa, 15 Agustus 2017 - 11:18 WIB

Sudah Biasa Ditelepon Warga Tengah Malam
Syarifudin SH

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Awal berkarir sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) Syarifudin SH hanyalah staf biasa di Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. Ia merupakan pegawai Bagian Umum. Saat ia diterima waktu itu hanya memegang ijazah SLTA. Namun begitu meraih gelar Sarjana Hukum dari Unilak, Syarifudin mulai mendapat amanah yang lebih besar.

Diberi kepercayaan untuk melayani langsung ke tengah-tengah masyarakat merupakan kerja yang sebenarnya menurut Syarifudin. Ketika memulainya pada 2010, hampir 20 tahun setelah jadi ASN, ia memulainya sebagai Kasi Pemerintah Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Pekanbaru Kota. Sebelumnya itu ia juga sudah mendapatkan kabar dari teman sejawat bahwa di kelurahan sibuk dan benar-benar melayani warga.


‘’Dulu waktu masih di puskesmas atau di Dinas Kesehatan memang tidak langsung berinteraksi dengan masyarakat. Tapi di sini langsung terjun ke masyarakat, melihat langsung ke rumah warga, berkoordinasi dengan tokoh masyarakat, RW dan RT. Apalagi zaman sekarang harus terjun langsung ke masyarakat, karena tuntutan mereka juga tinggi. Jadi kalau ditelepon di atas pukul 23.00 WIB itu sudah biasa dan harus dibiasakan,’’ sebut Syarifudin.

Syarifudin menyebutkan, pekerjaan saat inilah yang disebutnya benar-benar melayani sesuai semangat ASN itu sendiri. Apalagi ia sudah berkomitmen sejak awal begitu mengurus penyetaraan ijazah. Apalagi ketika ada assessment, ia langsung menyatakan kesiapan tersebut di hadapan Wakil Wali Kota Ayat Cahyadi. Bagi Syarifudin, sekali komitmen maka harus dijalani.

‘’Bagi saya melayani masyarakat itu dengan ikhlas saja. Apalagi sekarang masyarakat itu apa tugas pokok dan fungsi kita, jadi harus maksimal menjalankan tugas ini, terutama selama masih terus diberi amanah oleh pimpinan. Tentu semua juga harus sesuai dengan arahan atasan, sesuai dengan visi dan misi pimpinan, camat dan wali kota,’’ terangnya.

Berkecimpung di tengah-tengah masyarakat bagi Syarifudin bukanlah hal baru. Ia memang sudah terkenal aktif dan suka berbaur dengan warga. Sebelum diamanahkan menjadi lurah, ia aktif sebagai pengurus masjid. Bahkan jauh sebelum itu, ia merupakan remaja masjid. Mengurus urusan masjid dan jamaah sudah dilakukannya bertahun-tahun. Ketika ditunjuk jadi lurah lah baru ia berhenti jadi pengurus masjid, karena jadi lurah ternyata begitu sibuk.

‘’Jadi lurah tidak bisa dibagi-bagi dengan pekerjaan lain, jadi saya putuskan berhenti, serahkan kepada jamaah saja. Saya fokus di kelurahan. Di kelurahan ini memang benar-benar harus total, tidak bisa kalau kita alergi telepon dari warga. Jam kerja habis, kita pulang ke rumah, jangan sangka tidak bekerja. Posisi saja di rumah, tapi kita harus siap 24 jam ditelepon,’’ terangnya.

Pengalaman Syarifudin terbaru saat musim banjir belum lama ini. Menurutnya, kalau warga lagi susah, jangan harap lurah bisa senang. Maka ia sudah biasa ditelepon tengah malam. Apalagi saat banjir itu di beberapa wilayah administrasinya, di Kelurahan Tangkerang Selatan, terkena dampak. Mau tidak mau telepon harus diangkat, warga harus didatangi ke lokasi.

Sebelum menduduki posisi Lurah Tangkerang Selatan sejak April 2016, ia sudah bertugas di beberapa kelurahan. Karirnya melayani masyarakat tercatat dimulai dari ditempatkan di Kasi Pemerintahan Pemerintah Kelurahan Sukaramai. Lalu pada 2012 bergerak naik ke atas menjadi Sekretaris Lurah Kelurahan Sago. Pada Januari-Agustus 2014 dipercaya menjadi Sekretaris Lurah di Kelurahan Simpang Tiga.

Pada Agustus 2014 menempati posisi lebih tinggi, menjadi Lurah Sukajadi. Per April 2016, lewat proses assessment, ia diamanahkan untuk mengemban tugas sebagai Lurah Tangkerang Selatan hingga saat ini.

Mengenai gelar Sarjana Hukumnya, Syarifudin menolak kalau disebut terlambat. Kalau selesai kuliah lambat ia setuju. Awalnya ia kuliah Bidang Hukum (Syariah) di UIN Suska Riau. Ketika memasuki semester V ada penerimaan CPNS di Pemerintah Kota Pekanbaru dan diterima. Ketika itulah ia harus memilih, kuliah atau kerja, karena kedua-duanya sama-sama memakan jam reguler pagi hingga sore hari. Syarifudin mudah akhirnya memilih berhenti kuliah.

Lalu pada 1997 ia bersyukur mendapatkan kesempatan kuliah di Unilak. Karena di kampus ini kendati jam kuliahnya reguler, tapi ada jam pagi, siang dan malam hingga lebih leluasa. Namun tetap saja, untuk kuliah dirinya harus minta izin kepada atasan. Sering kali jam kuliah berbenturan dengan jam kerja, hingga hal inilah yang menurut Syarifudin membuatnya lambat selesai kuliah.

‘’Ilmu Hukum ini banyak manfaatnya ketika saya bekerja di kelurahan sekarang. Banyak urusan Kelurahan ini berkaitan dengan hukum. Apalagi penelitian saya itu tentang hukum perdata, memang banyak urusannya di kelurahan,’’ tutupnya.(end)

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook