KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Bupati Ikut Panen Kelapa di Tanjung Pidada

Advertorial | Selasa, 12 September 2017 - 14:16 WIB

Bupati Ikut Panen Kelapa di Tanjung Pidada
PEGANG KELAPA: Bupati Inhil HM Wardan dan peserta Festival Kelapa Internasional foto bersama sambil memegang kelapa di area PT ISK, Senin (11/9/2017).

(RIAUPOS.CO) - Bupati Indragiri Hilir (Inhil) HM Wardan dan pejabat lainya ikut memanen kelapa di Parit Tanjung Pasir, Kelurahan Tanjung Pidada, Kecamatan Tempuling, Senin (11/9).

Kegiatan itu merupakan fieldtrip pada Festival Kelapa Internasional (FKI) 2017 yang dilaksanakan sejak 9 sampai dengan 11 September. Turut hadir beberapa delegasi negara yang tergabung dalam ASEAN and Pacific Coconut Community (APCC).

Saat itu dapat disaksikan proses pemanenan kelapa sebanyak 25 ribu butir secara tradisional. Uniknya kelapa dibawa dengan cara dihanyutkan ke dalam aliran anak sungai, sehingga cara itu tampak sangat tradisional.

Baru kemudian dinaikkan ke atas dengan menggunakan tombak kelapa dan diangkut menggunakan ambung (alat pembawa kelapa) lalu selanjutnya dikupas lalu dijual. Proses itulah yang dilakukan pada fieldtrip.

Bagi kebanyakan petani kelapa di Kabupaten Inhil, itu merupakan cara sederhana yang rutin mereka lakukan setiap masa panen selama kurang lebih 3 bulan. Namun bagi tamu, atau warga lain cara itu terlihat lebih unik dan terdapat keramahan lingkungan.

“Kami bersama-sama para tamu menyaksikan langsung bagai mana proses panen kelapa hingga membawanya ke pabrik,” ungkap Bupati Inhil HM Wardan, Senin (11/9).

Saat itu beberapa delegasi negara yang tergabung dalam APCC sempat mencoba melakukan apa yang dikerjakan petani. Bahkan ada salah seorang yang berasal dari India, mampu melakukan pengupasan kelapa dengan sulak (alat pengupas kelapa tradisional).

“Inilah kehidupan masyarakat kita sehari-hari. Hampir di seluruh tempat aktivitas semacam ini bisa kita temui,” terang mantan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau itu.

Salah seorang delegasi Belanda Sjaak Dek Leen mengaku senang melihat apa yang dilakukan petani kelapa di Inhil. Dia menilai cara panen tersebut sangat tradisional, sehingga tak bisa ditemui di negaranya dan negara-negara yang ada di Eropa.

“Terus terang kita terhibur dan bahagia melihat masyarakat disini. Mungkin saya akan kembali lagi kesini dan saya akan menceritakan pengalaman ini di Belanda,” ungkapnya dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang terpatah-patah.(adv/a)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook