Belajar Menakik Bentuk Kerendahan Hati Istri Bupati

Advertorial | Senin, 09 Maret 2020 - 09:33 WIB

Belajar Menakik Bentuk Kerendahan Hati Istri Bupati
Eka mengajarkan Rasidah menakik pohon karet di Kampung Tumang, Siak. (Narasi: Monang Lubis Foto: Humas Dekranasda Siak)

Jumat berbagi adalah salah satu program unggulan Rasidah sebagai istri Bupati Siak Drs H Alfedri MSi, bersama Dekranasda Siak. Sebagai Ketua Dekranasda, dia ingin lebih dekat dengan masyarakat dengan cara berbagi, berbagi dengan ikhlas.

Mendatangi rumah-rumah warga yang hidupnya di kebun dan di pinggiran merupakan jawaban, bahwa kebersamaan mendatangkan kasih sayang terhadap sesama. Pagi itu, ibu-ibu Dekranasda mengunjungi Kampung Tumang dalam Program Jumat Berbagi, yang menyasar lima kepala keluarga kurang mampu. Kampung Tumang merupakan salah satu kampung terjauh dari Kecamatan Siak.

Rombongan didampingi Penghulu Kampung Tumang dan istri tiba di pondok kecil milik Ponadi yang dikelilingi pohon karet. Kedatangan mereka disambut perempuan muda dengan anak kecil, yang tak lain adalah istri  Ponadi.

"Selamat datang di pondok saya ibu-ibu, saya Eka istri Pak Ponadi," sebut ibu dua anak itu, Jumat (6/3) pagi. Meski tamu tidak bisa masuk semua ke dalam rumah mungil itu, namun suasana hangat terpancar dari semua wajah yang datang.

Tak ada yang berbeda dari sikap Rasidah saat bertemu dan bersalaman dengan Eka (32) istri dari  Ponadi (40). Bahkan Rasidah memperlihatkan antusiasnya mendengarkan cerita dan keluhan Eka yang hidup di tengah kebun karet milik warga Perawang.

Dia beserta suami dan dua anaknya tinggal di kebun itu dan sehari-hari menderes pohon karet seluas sekitar dua hektare. Dikisahkannya, subuh dia sudah bangun untuk membantu suaminya menderes. Tak jarang dia sambil menggendong anaknya yang masih kecil kalau saat dia berangkat menderes membantu suaminya, anaknya sudah bangun.

"Sudah tiga tahun kami di sini. Kami meninggalkan kampung halaman untuk hidup yang lebih baik. Kami tidak ingin menggantungkan hidup pada orang lain. Kami ingin bekerja dan dari hasil itulah kami mencukupi keperluan harian kami," ungkap Eka.

Penjelasan Eka dicermati Rasidah yang sehari-hari sebagai guru. Sehingga dari sikapnya terlihat jelas bahwa dia memahami betul bagaimana harus bersikap saat berhadapan dengan warganya, mengingat dia sebagai istri Bupati Siak Drs H Alfedri MSi.

Rasidah lebih banyak mendengarkan keluh kesah Eka tentang kehidupan yang dijalaninya. Sesekali Eka menyeka air matanya yang merembes. Jelas terlihat beban kehidupan dari wajahnya yang lelah.  Hidup seadanya di rumah tripleks dan terpal itu menghadang dinginnya malam bersama suami dan anaknya. Baginya merupakan anugerah yang tak terhingga sebab bisa berkumpul sekeluarga di tengah keterbatasan.

"Saya bangga dan terharu, bangga bisa bertemu dengan istri orang nomor satu di Siak dan terharu karena mendapatkan bantuan dan cendera mata di Jumat Berbagi ini," ungkapnya. Sambil berjalan keluar pondok, Eka menceritakan sebelumnya dia dan suaminya tinggal di Aek Kanopan, Provinsi Sumatera Utara.

"Selain motong getah ini, suami saya mencari kerja tambahan di luar, karena dari hasil upah memotong getah ini saja tak cukup," ujarnya. Selanjutnya Eka mengajak Rasidah dan rombongan melihat-lihat kebun karet yang tampak bersih.

Menurut Eka, untuk mengambil getah karet harus dipastikan terlebih dahulu pohon karet yang akan disadap berada dalam kondisi kering. Hal itu dilakukan agar getah dari kulit batang tidak keluar dari jalur yang sudah dibuat.  Ingin merasakan bagaimana sehari-hari keluarga Ponadi menoreh getah, Ketua Dekranasda Siak Rasidah Alfedri pun mencoba menoreh pada salah satu pohon. Ternyata, pisau yang dipergunakan untuk menoreh getah tersebut posisinya terbalik.

"Patutlah tak bisa ya, pisaunya terbalik," ucap Rasidah yang disambut gelak tawa orang-orang di sekelilingnya.  Selanjutnya Eka pun dengan sabar membantu sekaligus mengajari Rasidah bagaimana cara menoreh getah tersebut. Awalnya masih kaku karena ragu ragu, namun setelah itu, Rasidah mulai mahir memainkan pisau melengkung yang tajam itu dengan menempelkannya ke kulit pohon karet, lalu menariknya tipis sesuai akur yang ada, lalu secara perlahan, sedikit demi sedikit, kulit kayu yang terkikis itu mulai mengeluarkan cairan putih yang mengalir dan menetes ke wadah yang telah disediakan.

"Nah inilah getah itu ibu, yang kemudian menjadi karet," jelas Eka kepada Rasidah.  Di akhir pertemuan, istri Bupati Siak itu mengajak Eka dan keluarga selalu bersyukur kepada Allah SWT, menjaga kebersihan keluarga, serta mendidik anak-anaknya dengan ilmu agama yang baik.

Selain itu, Rasidah mengimbau bagi warga yang sudah menetap di Kabupaten Siak agar segera membuat dokumen kependudukan, seperti kartu keluarga dan KTP, karena itu sangat diperlukan sebagai bukti diri dan legalitas kependudukan.(adv/mng)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook