Pidato Perdana Gubri Dibacakan di DPRD Riau

Advertorial | Senin, 11 Maret 2019 - 22:15 WIB

Pidato Perdana Gubri Dibacakan di DPRD Riau
FOTO BERSAMA: Gubernur Riau Syamsuar dan Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution berfoto bersama pimpinan DPRD Riau beserta anggota usai pembacaan pidato perdana di Gedung DPRD Riau, Senin (11/3/2019).Istimewa

"Pergeseran ini disebabkan oleh penurunan harga komoditas migas sehingga minat investasi pada sektor migas mengalami penurunan," imbuhnya.

Selain itu, masih tingginya tingkat Kemiskinan dan pengangguran di Riau juga sempat disampaikan oleh Gubri Syamsuar dalam pidato perdananya di gedung DPRD Riau. Ia menilai, tingkat kemiskinan Provinsi Riau masih di atas 5% yaitu 7,41% atau 514.620 jiwa penduduk Riau berada di bawah garis kemiskinan, dan jumlah persentase miskin tinggi terdapat pada sub sektor perkebunan. Kabupaten/Kota yang berada di atas tingkat kemiskinan provinsi terdapat pada Kabupaten Kepulauan Meranti (28,99%), Rokan Hulu (10,91%), Pelalawan (10,25%), Kuantan Singingi (9,97%), Kampar (8,02%) dan Kabupaten Rokan Hilir (7,88%).

Kemudian, belum optimalnya upaya pengembangan potensi pangan lokal dalam mendukung ketahanan pangan, hal tersebut dapat dilihat dari produksi beras Provinsi Riau tahun 2013-2017 menurun sebesar 3,65 persen per tahun. Di sisi lain, kebutuhan konsumsi beras penduduk Riau dari tahun 2013- 2017 tumbuh 1,38 persen per tahun. Hal ini Provinsi Riau harus mendatangkan pasokan beras dari luar masih sangat tinggi. Tahun 2017 produksi beras Riau hanya 33,00 persen dari kebutuhan konsumsi beras Riau dan rasio ini memiliki penurunan sebesar 5,74% per tahun.

Tidak hanya itu, Syamsuar juga menyampaikan terkait masih Rendahnya Pengelolaan Potensi Budaya Melayu dan Pariwisata. Masih belum optimalnya pelestarian budaya khususnya budaya melayu. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya jumlah karya seni budaya yang direvitalisasi dan dinventarisasi. Selama kurun waktu 2013-2017, jumlah karya seni budaya Melayu yang direvitalisasi dan diinventarisasi baru mencapai sebanyak 120 karya seni budaya Melayu.

"Sementara potensi karya seni budaya Melayu terutama di sumber 4 Sungai besar sebagai tempat peradaban melayu masa lalu cukup besar. Hal yang sama juga terjadi pada cagar budaya baru dilestarikan hanya sebanyak 433 dari 2.862 cagar budaya yang ada, serta belum terinternalisasinya nilai- nilai, tradisi dan hasil karya Budaya Melayu Riau di lingkungan Sekolah (Ekstrakurikuler) dan ruang umum (publik)," bebernya.

Sektor pariwisata menurut dia juga menjadi masalah yang harus diseriusi. Termasuk fasilitas infrastuktur yang sangat menunjang pariwisata lokal. Yang terdiri dari 3 A, amenitas aksesibilitas dan atraksi yang ada di destinasi wisata belum terfasilitasi dan dikelola dengan maksimal.(adv)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook