Sebelumnya, Edi Damansyah telah menjabat selama 18 bulan sebagai Plt bupati Kukar, menggantikan posisi Rita Widyasari yang diberhentikan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Lantaran terjerat kasus tindak pidana korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ia maju dengan Rita Widyasari menjadi calon bupati dan wakil bupati melalui jalur independen.
Dalam beberapa kesempatan, Edi menyampaikan semula cita-citanya adalah ingin menjadi seorang tentara. Hal itulah, yang membuat dirinya bertekad membiasakan dirinya untuk disiplin.
Belakangan, jalan menjadi tentara tak juga terbuka. Ia justru didukung oleh orangtuanya menjadi PNS. Selepasnya lulus di Universitas Kartanegara (Unikarta), Edi berkesempatan menjadi tenaga honor di Pemkab Kukar. Edi tercatat selama tujuh tahun menjadi tenaga honorer.
Pada awal kepemimpinannya, dia ingin menjadikan PNS di Kukar sebagai aset. Bukan sebagai beban daerah. Apalagi dia sadar, Kukar merupakan salah satu daerah dengan jumlah PNS terbanyak di Indonesia.
Jumlahnya hampir 20-an ribu PNS. Menurutnya, dengan banyaknya jumlah PNS itu bisa meningkatkan pelayanan hingga daerah-daerah terpencil.
Terlebih, Edi juga dikenal sebagai kepala daerah yang kerap bertandang ke pelosok-pelosok desa di Kukar. Hobi bersepeda serta blusukan ke kampung-kampung dengan trail, membuat dirinya bisa menjangkau pelosok kecamatan dengan lebih mudah. Tradisi itu yang akan terus dia pertahankan.
Ditanya soal calon wakil bupati yang akan mendampinginya, Edi menyebut jika pilihannya nanti akan disesuaikan aturan penggunaan hak memiliki wakil bupati dari jalur independen.
Pihaknya juga akan menindaklanjuti imbauan Gubernur Kaltim Isran Noor untuk segera memproses penjaringan wakil bupati tersebut.