Mahasiswa Ciptakan Gelang Antibegal

Teknologi | Senin, 30 Juli 2018 - 12:21 WIB

Mahasiswa Ciptakan Gelang Antibegal
TUNJUKKAN: Mahasiswa Politeknik Negeri Padang (PNP) Bobby Kurniawan, Tiara Ramayani, dan Fauziah Wulandari menunjukkan cara kerja gelang antibegal yang diciptakan, Ahad (29/7/2018). (JPG)

BAGIKAN



BACA JUGA


PADANG (RIAUPOS.CO) - Menekan aksi kejahatan jalanan, Kelompok Pekan Kreativitas Mahasiswa Politeknik Negeri Padang (PNP) menciptakan gelang antibegal alias Gibal. Gelang berbasis mikro kontroler itu diyakini mampu menjadi solusi pencegahan dini aksi kejahatan, terutama begal jalan.

Lahirnya gelang anti kriminal itu berawal dari gagasan tiga mahasiswa jurusan teknik informatika (TI) PNP. Masing-masing, Bobby Kurniawan, Tiara Ramayani, dan Fauziah Wulandari. Karya kreatif mahasiswa itu sudah lolos seleksi dan meraih dana penelitian dari Kemenristekdikti dalam program pekan kreatif mahasiswa 2018. “Gelang akan bekerja saat kondisi pengguna merasa teracam. Cara kerjanya mudah. Cukup menekan tombol yang ada pada Gibal jika terjadi sesuatu,” kata ketua kelompok, Tiara Ramayani pada sejumlah wartawan di Padang, Ahad (29/7).

Menurut Tiara, sistem Gibal ini, mendeteksi detak jantung dan kemudian jika telah ditekan saat penguna merasa terancam, informasi akan terkirim ke nomor yang telah dihubungkan pada Gibal. Seperti, nomor handphone salah satu keluarga yang telah didaftarkan ke Gibal.

Sedikitnya, sistem Gibal menggunakan dua metode yang berhubungan. Pertama, alat dan kedua, aplikasi. “Alat bekerja mengirimkan lokasi secara real time dan jumlah denyut nadi pengguna,” katanya.

Setelah data didapatkan, kata Tiara, selanjutnya akan disimpan dan diolah untuk diteruskan ke sesama pengguna aplikasi Gibal. Secara otomatis, notifikasi SMS akan masuk ke nomor bantuan yang sudah didaftarkan oleh pengguna. “Gibal bekerja menggunakan hotspot pribadi pada handphone pengguna. Otomatis untuk data nanti akan diterima kepada nomor yang telah terdaftar berupa pesan singkat berikut dengan lokasi keberadaan pengunaan secara real,” katanya.

Untuk pengembangan Gibal saat ini, tim penggagas Gibal sedang merencanakan untuk pembentukan suatu komunitas. Hal itu untuk mempermudah akses yang cepat bagi pengguna Gibal, jika memang terancam atau menjadi korban begal. “Kita akan bentuk juga komunitas Gibal. Sebab apabila hanya tergantung kepada satu nomor penanggulangan terhadap korban cukup lama. Tapi, dengan adanya komunitas otomatis nanti juga menerima pesan dan langsung menanggulangi kejadian,” bebernya.

Penggagas Gibal lainnya, Bobby Kurniawan mengungkapan, saat ini, server sistem aplikasi Gibal ditempatkan di gedung Politeknik Negeri Padang. Sedangkan pembuatan aplikasi mengunakan pemrograman Java dan android studio sebagai IDE pengguna. “Di sisi server, kami mengunakan pemrograman PHP dan HTML untuk menampilkan data-data yang diterima yang diteruskan ke server,” katanya.

Merampungkan satu Gibal, terang Bobby, sedikitnya menelan waktu selama 60 hari atau dua bulan. Sementara, satu buah Gibal menelan biaya sebesar Rp170 ribu hingga Rp200 ribu. “Yang sulitnya mencari modul. Sebab, tidak ada yang menjual di Kota Padang. Kita beli modul via online,” jelasnya.

Meski persentasi awal sebagai program kreatif mahasiswa, namun penggagas gelang ini bertekat ingin mengembangkan dan memasarkan Gibal lebih luas. Pihaknya mengaku sangat memerlukan vendor-vendor yang mau bekerjasama untuk pengembangan pemasaran.(rcc/das)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook