DARI FIBRE KE HIGH-FASHION DI INDO INTERTEX 2019

Viscose-Rayon APR Ramah Lingkungan dan Sustainable

Teknologi | Jumat, 29 Maret 2019 - 10:26 WIB

Viscose-Rayon APR Ramah Lingkungan dan Sustainable
JELASKAN: Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Muhdori menerima penjelasan dari Direktur Asia Pacific Rayon (APR) Basrie Kamba seputar proses pembuatan viscose rayon yang terbuat dari dissolving pulp bersertifikat internasional.

Inovasi demi inovasi terus dikembangkan di bidang teknologi. Begitu juga untuk hilirisasi produk serat berkualitas, sustainable dan ramah lingkungan.

(RIAUPOS.CO) - PENGEMBANGAN inovasi dan kreasi memiliki korelasi dengan pergerakan menuju era Industri 4.0 yang menuntut pabrik melakukan pembaharuan dan upgrade peralatan mesin dengan teknologi yang memiliki kemampuan presisi, cepat, murah dan mudah dalam operasionalnya serta ramah lingkungan. Sehingga mendorong harga produk menjadi lebih efisien dan mampu bersaing.


Berangkat dari inovasi ramah lingkungan tersebut Asia Pacific Rayon (APR) dan delapan perancang busana Indonesia memamerkan mahakarya desain menggunakan kain yang terbuat dari serat viscose-rayon yang mampu menjadi pakaian fashion berkualitas tinggi. Ajang tersebut dipamerkan sebagai bagian dari Indo Intertex 2019 yang diadakan di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Kamis (28/3).

Para perancang ini bekerja sama dengan APR, salah satu produsen terbesar viscose-rayon di Asia yang terintegrasi, untuk merancang koleksi desain berbasis bahan yang terbuat dari serat berkelanjutan (sustainable fiber). Ke depannya, viscose-rayon dapat ditemukan di catwalk Paris, Milan, dan New York.

Pengembangan inovasi diimplementasikan dengan Project Runway, salah satu kompetisi fashion paling bergengsi. Serta partisipasi mereka dalam Indo Intertex selaras dengan komitmen perusahaan mengembangkan industri tekstil nasional seiring peta jalan Making Indonesia 4.0. Kemudian untuk mendorong potensi perancang muda kreatif Indonesia ke kancah dunia.

“Potensi industri tekstil dan fashion Indonesia semakin meningkat, sehingga pemerintah menargetkan ekspor tekstil bisa mencapai 15 miliar dolar AS tahun ini,” ujar Muhdori, Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki, Kementerian Perindustrian pada pidato pembukaannya.

Menurutnya, kehadiran APR adalah masa depan tekstil Indonesia karena dissolving pulp adalah masa depan industri tekstil dunia. Kini ada diversifikasi produk tekstil yang tidak hanya berorientasi pada sandang namun juga sudah masuk ke teknologi non-woven dan lain sebagainya.

Sementara itu Direktur APR Basrie Kamba mengatakan, APR mulai beroperasi awal tahun ini dengan kapasitas produksi sebanyak 240.000 ton viscose-rayon per tahun. Ini merupakan produsen viscose-rayon terintegrasi pertama di Asia dengan sumber bahan baku yang berkelanjutan dan traceable.

“Kami yakin hasil produksi viscose-rayon APR dapat mendorong ekspor tekstil Indonesia lebih jauh. Selanjutnya kami optimis APR juga dapat memberikan nilai lebih terhadap industri ekonomi kreatif Indonesia. Para perancang busana yang kami dukung hari ini menunjukkan bahwa sangat mungkin untuk memproduksi fashion berkualitas tinggi dari Indonesia, dengan viscose-rayon memberikan keunggulan kompetitif,” lanjut Basrie.

Selain itu Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memperkirakan bahwa nilai ekspor tekstil Indonesia dapat mencapai Rp444 triliun pada tahun 2025. APR menargetkan 96.000 ton viscose rayon dapat diekspor kepada sejumlah pasar ekspor global di 2019, termasuk Turki, Pakistan, Sri Lanka, dan Bangladesh.

APR adalah produsen viscose-rayon pertama yang terintegrasi secara penuh di Asia dari hutan taman industri terbarukan. Pabrik berkapasitas 240.000 ton yang berlokasi di Pangkalankerinci ini menggunakan teknologi produksi terkini dalam menghasilkan rayon berkualitas tinggi untuk keperluan tekstil dan produk kebersihan pribadi. APR berkomitmen menjadi produsen viscose-rayon terkemuka yang memiliki prinsip keberlanjutan, transparansi, dan efisiensi operasional, melayani kepentingan masyarakat dan negara, dan memberikan nilai kepada pelanggan.

Targetkan Transaksi  150 Juta Dolar AS
Peraga Expo kembali menggelar pameran industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) terintegrasi bertaraf internasional terlengkap yakni Indo Intertex–Inatex-Indo Dyechem-Indo Texprint 2019. Keempat pameran ini saling terkait sebagai satu kesatuan, Indo Intertex menampilkan berbagai permesinan dan peralatan untuk industri tekstil dan garmen, Inatex menampilkan bahan baku serat, benang, kain, aksesoris dan produk fashion serta produk industri non-woven, Indo Dyechem menampilkan kimia tekstil, peralatan proses pewarnaan dan finishing, Indo Texprint menampilkan mesin-mesin cetak tekstil digital.

Pameran Indo Intertex–Inatex-Indo Dyechem-Indo Texprint 2019 adalah platform procurement, sourcing dan networking yang paling terpercaya bagi para pelaku industri TPT untuk mengeksplorasi bisnis. Apalagi permintaan produk fashion di masyarakat terus berkembang,” ujar Direktur Peraga Expo, Paul Kingsen selaku ketua penyelenggara pameran.

Oleh karena itu, pada pelaksanaan yang ke-17 tahun ini, Peraga Expo menargetkan peningkatan transaksi mencapai 150 juta dolar AS dengan pengunjung sebanyak 15.000 pengusaha dan profesional. Menarik diketahui, PT Asia Pasific Rayon (APR) selaku produsen serat viscose terintegrasi pertama di Asia, untuk pertama kalinya berpartisipasi dalam pameran.

Selama 3 hari pameran APR akan menampilkan produk viscose berkualitas yang dalam pembuatannya mengaplikasikan inovasi teknologi berkelanjutan dan menggunakan fasilitas produksi berstandar dunia. Keberhasilan APR diharapkan dapat mengurangi ketergantungan impor bahan baku tekstil di Indonesia. Hal ini sejalan dengan program pemerintah sektor industri tekstil dalam Making Indonesia 4.0, mencetak lapangan kerja baru serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional.

Selain pameran, digelar pula berbagai acara seminar mengangkat topik-topik kekinian yang menarik mengenai sustainable industry dan creative industry 4.0 diselenggarakan oleh Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Asosiasi Non-Woven Indonesia (INWA) dan Komunitas Printing Indonesia (KOPI Grafika). Selain itu juga ada pula seminar mengenai Start-up Fashion Business (online dan offline) dan Import Material and Export Garment in Fashion Industry di Indonesia oleh kelompok importir.org. Tidak kalah meriahnya akan digelar lomba rancang & peragaan busana Indo Project Runway dan lokakarya cetak tekstil digital.***

 

>>>Selengkapnya baca Harian Riau Pos

 

Laporan MARRIO KIZAS, Jakarta

Editor: Rindra Yasin

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook