Pohon ini tumbuh dengan ketinggian 20 meter. Memiliki batang panjang, warna abu-abu. Kulit kayunya halus kulit. Berdaun hijau gelap sedikit mengkilap. Pohon ini disebut dengan asam gelugur (Garcinia atroviridis). Tumbuh di tengah hutan. Sering disebut pohon asam abadi.
Laporan Mashuri Kurniawan Pekanbaru
Keberadaan pohon asam gelugur sekarang ini sangat sulit ditemukan ditengah hutan. Penebangan hutan secara liar, pembukaan lahan untuk tanaman sawit menjadikan asam abadi jarang ditemukan lagi.
Tanaman yang memiliki daun berujung runcing dan tepi terbalik ini tergerus perkembangan pembukaan lahan yang dilakukan manusia.
Tanaman ini dinilai masyarakat tidak memiliki nilai jual daripada sawit dan karet. Padahal, Garcinia atroviridis di negara-negara bagian utara memiliki nilai ekonomi dan nilai obat. Garcinia ini termasuk tanaman besar tanaman abadi yang favorit di hutan cemara di wilayah selatan Thailand dan Malaysia.
Tanaman dengan bunga-bunga merah gelap, bila masak berwarna kuning oranye cerah, di dua negara itu digunakan untuk menghangatkan tubuh. Namun juga bisa untuk mengobati penyakit malaria.
Ekstrak daun asam gelugur yang diberikan secara oral dengan dosis 360 mg/kg memberi efek terhadap perkembangan Plasmodium berghei penyebab malaria.
Di Provinsi Riau asam abadi ini hanya banyak ditemukan di Kabupaten Kuansing. Bahkan, beberapa masayarakatnya mengembangkan bibit asam gelugur tersebut.
Walaupun banyak di Kabupaten Kuansing, bukan berarti di kabupaten lain tidak ada. Hanya saja jumlahnya sangat sedikit tumbuhan ini.
Pohon hijau ini di Riau hanya dimanfaatkan untuk bumbu masak dan bahan pengobatan. Tumbuhan yang masih kerabat dengan manggis, asam kandis itu belum banyak yang mengembangkannya. Padahal hanya membutuhkan lahan yang sedikit. Di depan pekarangan rumah juga bisa ditanam.
Selain memberikan kesejukan, keindahan rumah, tanaman ini juga bisa memberikan nilai ekonomis bagi penanamnya.
Sebagai bumbu masakan, buahnya yang dipotong dan dikeringkan dimanfaatkan sebagai pemberi rasa asam pada sejumlah masakan, terutama masakan dari Sumatera.
Bupati Kuantan Singingi, Sukarmis menambahkan, asam gelugur bisa ditemukan di Kabupaten Kuantan Singingi.
Pemerintah sangat mendukung masyarakat menanam tanaman ini. Sebab, tanaman ini selain bermanfaat bagi kehidupan manusia juga bisa memiliki nilai ekonomis.
‘’Kita sangat mendukung masyarakat bisa menanaman pohon di pekarangan rumah. Termasuk asam gelugur. Bisa menyejukan rumah dan menambah keindahan,’’ ujarnya.
Dari penuturannya, pembibitan tanaman, termasuk asam abadi ini dibantu pemerintah. Baik itu cara penanaman, penyediaan bibit maupun proses penanamannya.
Dari penuturannya, asam gelugur biasanya di jual per biji yang sudah dipotong , ditumbuk, dan dikeringkan. Harganya satu biji Rp1000.
Dikatakan, dalam perkembangan ekonomi suatu negara, sering sektor pertanian diusahakan menjadi sektor tangguh yang mampu mendukung sektor industri.
Dukungan pertanian pada sektor industri antara lain berupa penyediaan bahan baku dari hasil-hasil pertanian.
Maka dari itulah, sambungnya, Pemkab Kuansing menjalankan program pembangunan industri hasil-hasil pertanian akan meningkatkan nilai tambah dari hasil-hasil pertanian dan menciptakan kesempatan kerja.
Melalui proses pengolahan, produk-produk pertanian akan menjadi lebih beragam kegunaannya.
Pernyataan Sukarmis, diperkuat dengan buku Suryana A, tahun 1990. Yang mana, produk-produk pertanian yang biasa diolah lebih lanjut seperti buah asam gelugur. Asam gelugur sebagai bahan baku dapat diolah menjadi bahan baku untuk berbagai macam produk di luar negeri.
Dengan demikian pengolahan hasil-hasil pertanian tentulah mempunyai nilai tambah yang berarti bagi pendapatan nasional.
Akan tetapi nilai tambah yang berasal dari buah asam gelugur ini pada saat sekarang ini masih belum begitu dikenal luas oleh masyarakat.
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau (UIR), Rosyadi mengatakan, asam gelugur atau asam abadi merupakan salah satu tanaman endemik di Riau.
Namun, keberadaannya terus saja berkurang. Biasanya ditengah hutan bisa ditemukan asam gelugur ini di Riau. Sekarang asam abadi ini tidak jarang sekali ditemukan.
‘’Asam gelugur sudah hilang ditengah hutan yang ada di Riau. Kalaupun ada hanya satu atau dua pohon saja. Kebanyakan tanaman sawit dan karet saja ditemukan. Tapi, di Kabupaten Kuansing sekarang tanaman ini mulai dikembangkan. Pembibitan dilakukan oleh beberapa masyarakat di Kuansing,’’ terangnya kepada Riau Pos, Kamis lalu.
Bagi masyarakat Kabupaten Kuansing asam gelugur merupakan salah satu mata pencaharian mereka. Banyak yang membelinya untuk keperluan memasak maupun untuk obatan herbal.
Bahkan pesanan asam gelugur yang kering diminati daerah tetangga seperti Jambi, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan.
Rempah dari tanah Sumatera itu, sambungnya di Thailand biasa dikenal dengan nama Som Mawon.
‘’Buah yang bernama latin Garnicia atroviridis ini mirip sekali dengan buah jeruk dalam keadaan terlepas dari kulitnya saat dalam keadan fresh. Masyarakat bisa menanamnya di pekarangan rumah,’’ ujarnya.
Asam gelugur menurut dia, bisa juga menjadi tanaman pelindung. Namun demikian, dapat juga dijadikan salah satu tambahan pendapatan bagi masyarakat.
Pohonnya yang tinggi dengan, dengan warna daun yang hijau bisa memberikan kesejukan dan keindahan rumah.
‘’Kita bisa menanamnya untuk mencegah terjadinya global warming. Hijaukan rumah, berikan kesejukan serta peduli terhadap lingkungan. Tanaman asam gelugur bisa memberikan semua itu. Lestarikan keberadaan asam abadi ini,’’ imbuhnya.
Kepala Balai Benih Pertanian Universitas Islam Riau (UIR), Joni Syafrinaldi SP mengatakan, disebut asam abadi karena rasanya yang sangat asam.
Kebanyakan masyarakat hanya mengetahui asam gelugur sebagai bahan pembuat manisan dan sayuran. Banyak buah asam gelugur di hutan berjatuhan dan menjadi busuk.
Kalau di bawah pohon duku, rambutan, karet ada berjatuhan buahnya maka akan tumbuh anakan, namun di bawah pohon asam gelugur walaupun berjatuhan buahnya sangat langka, bahkan sering tidak ada tumbuhan anakannya.
Hal ini disebabkan biji asam gelugur harus dikupas terlebih dahulu baru dapat tumbuh menjadi anakan.
Menurut dia, merupakan tanaman yang sudah lama dikenal di Riau. Tanaman ini sebagian besar sebagai tanaman hutan, masih sedikit dibudidayakan oleh petani.
Di daerah tertentu seperti di Jawa dan Kalimantan tidak terdapat asam gelugur di daerah hutannya.
Buah asam gelugur gelugur ini masih baru dibudidayakan dan diolah petani di Kabupaten Kuansing. Buah asam gelugur berarti bagi petani. Bila diolah menjadi obat harganya mencapai Rp35.000 hingga Rp65.000. Hanya saja untuk pengolahannya belum ada di Riau.Untuk itu perlu pengembangan lebih baik lagi dalam proses asam gelugur menjadi nilai ekonomis tinggi. ***