TIM peneliti dari Norwegia dibantu beberapa perusahaan minyak, berhasil mengembangkan sebuah pipa pintar atau SmartPipe. Dikatakan pintar, karena pipa yang dikembangkan sejak tahun 2006 itu memiliki kemampuan memberitahu secara langsung (real time) jika terjadi sesuatu yang salah.
Semisal perubahan suhu mendadak di dalam pipa sampai adanya kebocoran. Pendek kata, pipa ini mampu mendeteksi kesehatannya sendiri. Tujuannya tentu saja meminimalisasi kerusakan dan kecelakaan kerja yang kemungkinan dialami pekerja bidang perminyakan dan gas, atau kerusakan lingkungan akibat kerusakan pipa.
Ide yang diusung SmartPipe sebenarnya sederhana, yakni mengaliri pipa dengan "sabuk sensor" yang terus-menerus mengawasi temperatur, getaran, akselarasi, ketegangan, sampai ketebalan dinding pipa. Hasil pemeriksaan sensor tadi kemudian dikirimkan ke sistem yang ada di platform tempat pipa berada atau lokasi pemantauan khusus.
Bila terjadi masalah, pekerja bisa segera melakukan langkah-langkah antisipasi atau bahkan memerintahkan evakuasi jika kerusakan yang ditemukan sudah fatal. "Selama ini pengawasan pipa hanya berdasar pedoman manual keselamatan yang dilakukan lima tahun sekali," ucap Ole Oystein Knudsen, peneliti dari SINTEF Norwegia seperti dikutip dari sintef, Kamis (21/11).
Dengan menerapkan teknologi SmartPipe, lanjut Ole, pengawasan bisa dilakukan terhadap jalur pendukung pipa yang juga memiliki potensi menimbulkan masalah. Untuk mengembangkan SmartPipe yang berlangsung selama 7 tahun, tim telah menghabiskan biaya USD 25 juta atau sekitar Rp 292,5 miliar (1 USD = Rp 11.700).
Hanya saja, keberhasilan teknologi SmartPipe baru sebatas di laboratorium. Sebuah pipa sepanjang 250 meter kini tengah diuji coba di perairan Norwegia. Bila dinilai berhasil teknologi tersebut akan dipasarkan secara global. (pra/jpnn)