JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Mayoritas produsen mobil saat ini menghabiskan sebagian besar dana penelitian untuk teknologi mesin electric dan teknologi terkait baterai, juga pengisian daya. Selain itu, fitur dan antarmuka mewah juga dipikirkan para pengembang mobil saat ini.
Ambil jalur yang beda, Ferrari justru tampak masih memegang erat mesin pembakaran internal atau Internal Combustion Engine (ICE). Dan dalam upaya membantu ICE bertahan sedikit lebih lama, perusahaan Italia itu dikabarkan tengah mengembangkan teknologi optimalisasi efisiensi pembakaran untuk mesin pembakaran gas berkinerja tinggi.
CarBuzz telah menemukan paten baru dari pembuat mobil dengan Kantor Paten dan Merek Dagang Amerika Serikat (USPTO) untuk teknologi yang dapat secara aktif memprediksi dan kondisi pre-ignition. Ini memungkinkan mesin ICE menghasilkan lebih banyak tenaga dan melakukan kinerja pembakaran lebih bersih serta memperpanjang umur mesin V12.
Pre-ignition, juga dikenal sebagai detonasi atau ketukan mesin atau engine knocking, adalah masalah pada setiap mesin gas performa tinggi, dan produsen mobil telah menghabiskan puluhan tahun mengembangkan teknologi untuk memantau dan menahan pre-ignition di mesin mereka.
Untuk kondisi ini, banyak pabrikan telah berupaya untuk menyelesaikannya. Tapi, Ferrari kini telah mematenkan pendekatan baru yang diklaim lebih tepat dan efisien. Teknologi ini dikatakan secara langsung dapat memantau tekanan udara dan suhu dinding silinder.
Sistem prediksi seperti itu belum pernah digunakan dalam mesin bensin, menjadikannya yang pertama dari jenisnya. Setelah sistem mendeteksi potensi pre-ignition yang akan datang, sistem dapat menyesuaikan waktu pengapian, percikan, dan jumlah bahan bakar yang disuntikkan ke ruang bakar secara real time. Ini untuk mendapatkan hasil terbaik, tenaga lebih besar, efisiensi lebih besar, dan kerusakan lebih sedikit pada mesin.
Tingkat kontrol yang detail ini juga dikatakan membuka kemungkinan pengurangan emisi gas buang tanpa kompromi kinerja dan akan memungkinkan mesin untuk beradaptasi dengan variasi suhu (seperti selama kondisi top-end atau saat di situasi trek balap), kualitas bahan bakar, dan suhu silinder individu pada terbang, merayap kinerja mesin semakin dekat ke puncak efisiensi ICE.
Ferrari mungkin mengejar elektrifikasi pada akhir dekade ini. Akan tetapi, penemuan seperti ini membuktikan bahwa merek dengan logo Kuda Jingkrak ini jelas menolak menyerah untuk pengembangan mesin konvensional yang lebih baik.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi