CYBER

Hati-hati, Ancaman Peretas Berkedok Konten Dewasa Masih Merajalela

Teknologi | Senin, 22 Juni 2020 - 13:00 WIB

Hati-hati, Ancaman Peretas Berkedok Konten Dewasa Masih Merajalela

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Isolasi mandiri telah mendorong perubahan pada banyak aspek kehidupan sehari-hari. Anjuran tetap di rumah dan selalu jaga jarak menjadi moto baru di tahun 2020. Kondisi itu rupanya berimbas pada tingginya klicker platform konten dewasa.

Artinya terjadi peningkatan arus pengunjung ke sejumlah situs penyedia konten dewasa. Padahal, risiko keamanan di bidang ini sangat tinggi dan kerap dianggap sepele. Namun nyatanya, platform konten dewasa dan isi didalamnya justru berpotensi terhadap risiko keamanan siber.


Menurut tinjauan aktivitas ancaman 2019 yang dilakukan oleh peneliti Kaspersky menunjukkan bahwa jumlah pengguna ponsel yang diserang oleh konten pornografi tumbuh dua kali lipat pada tahun 2019. Angka tersebut mewakili pencapai 42.973 pengguna dibandingkan dengan 19.699 pengguna yang ditargetkan pada 2018.

Konten dewasa, seperti halnya dengan jenis hiburan lainnya, tetap menjadi salah satu cara yang paling mencolok dari para pelaku kejahatan siber untuk menginfeksi perangkat. Selain itu, karena sifatnya yang agak sensitif dan keinginan di antara pengguna untuk menjaga pengalaman menjelajah hal tersebut tetap pribadi, pornografi tetap menarik bagi para pelaku kejahatan siber.

Sementara berbagai skema yang melibatkan phishing, spam dan bahkan berbagai ransomware yang terkait “porno” telah ada selama bertahun-tahun, para pelaku kejahatan siber tidak berhenti sampai di situ dan terus memperluas vektor serangan hingga menyempurnakan metode serangan.

Seiring meningkatnya perangkat seluler yang dapat digunakan untuk apa saja mulai dari pekerjaan hingga hiburan ancaman seluler terkait dengan pornografi kini menjadi semakin relevan. Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai ancaman seluler terkait dengan konten dewasa, Kaspersky memeriksa seluruh file yang disamarkan sebagai video porno atau paket instalasi terkait konten dewasa untuk Android dan menjalankan 200 tag porno populer terhadap basis data ini.

Analisis menunjukkan hasil, untuk 105 tag pada 2018 dan 99 tag pada 2019, menunjukkan bahwa tidak semua konten porno digunakan oleh para pelaku kejahatan siber untuk menargetkan korban mereka. Analisis tambahan menunjukkan bahwa konten yang dinilai sebagai kekerasan jarang digunakan untuk menyebarkan malware.

Meskipun pada tahun 2019 lebih sedikit tag digunakan untuk menyebarkan ancaman yang disamarkan sebagai “porno”, jumlah pengguna yang diserang oleh ancaman seluler terkait pornografi dan aplikasi tidak diinginkan seperti sudah disinggung di atas justru mengalami peningkatan berlipat ganda yaitu mencapai 42.973 pengguna dibandingkan dengan 19.699 pada tahun 2018. Menariknya, tren berlawanan terlihat untuk ancaman PC, yang turun hampir 40 persen.

Perangkat lunak iklan, yang digunakan untuk mengarahkan pengguna ke halaman iklan tidak diinginkan, tetap menjadi ancaman seluler paling menonjol baik dalam variasi maupun jumlah pengguna. Dari 10 ancaman teratas terkait pornografi bagi pengguna ponsel pada tahun 2019, tujuh di antaranya termasuk dalam kategori ancaman ini.

Sebagian besar pengguna menjadi target aplikasi iklan yang terdeteksi sebagai AdWare.AndroidOS.Agent.f, dengan 35,18 persen pengguna seluler ditargetkan olehnya di tahun 2019. Jenis ancaman ini biasanya didistribusikan melalui berbagai program afiliasi, yang bertujuan untuk menghasilkan uang per instalasi atau pengunduhan aplikasi berbahaya oleh korban.

“Melihat fakta bahwa pengguna kini menjadi lebih mobile, para pelaku kejahatan siber pun berlaku demikian. Kami telah melihat bahwa meskipun distribusi malware PC menurun, malware seluler terus mengalami peningkatan,” komentar Dmitry Galov, peneliti keamanan di Kaspersky melalui rilis resmi temuannya kepada JawaPos.com.

Dirinya melanjutkan, meskipun pihaknya belum menyaksikan banyak perubahan dalam teknik yang digunakan oleh para pelaku kejahatan siber, statistik menunjukkan bahwa topik ini tetap menjadi sumber ancaman dan pengguna perlu menyadari hal itu.

“Segera lah untuk mengambil langkah-langkah demi melindungi akses ke data berharga yang di simpan pada perangkat,” tegasnya.

Dia juga menyebut kalau kini masyarakat tidak lagi dapat mengabaikan bagaimana serangan ini juga telah melanggar privasi pengguna dengan kebocoran data dan menjual informasi pribadi di pasar gelap dengan biaya sangat kecil.

Para pelaku kejahatan siber sekarang dikatakan dapat mereferensi silang berbagai database pengguna yang bocor, sehingga mereka menjadi lebih terkonsep dalam persiapan serangan, membuatnya menjadi lebih tepat sasaran dan tentunya lebih efektif.

Para pengguna perlu mengambil upaya lebih serius untuk melindungi diri dari sebelumnya dengan menerapkan langkah-langkah keamanan canggih dan mengedukasi diri dalam menangani data pribadi di web serta mengevaluasi risiko apa yang mungkin harus dihadapi,” tambahnya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook