PASADENA (RP) - Para astronom menantikan kedatangan Komet ISON yang diperkirakan muncul akhir tahun ini. Seperti komet-komet lainnya, bongkahan batu dan es ini mengikuti orbit panjang dan berbentuk elips sekitar matahari.
Seperti komet lainnya, saat komet ini mendekati matahari tahun ini, ekornya yang terbentuk dari debu dan uap akan menangkap sinar matahari. Kemudian menjadikannya ekor yang panjang dan bercahaya. Banyak astronom yang memperkirakan bahwa saat benda langit ini terlihat akhir tahun ini, ia akan menjadi "komet abad ini."
Komet ISON ditemukan pada 21 September 2012 oleh dua astronom amatir di Rusia, menggunakan teleskop bayangan di sebuah observatorium Jaringan Optik Ilmiah Internasional. Kedua orang itu kemudian menamakan komik itu sesuai dengan singkatan nama jaringan, ISON. Nama resminya adalah C/2012 S1.
Seperti dilansir universetoday (20/5), NASA melalui teleskop Hubble Space Telescope memberikan tampilan close-up dari Komet Ison (C/2012 S1), seperti yang difoto pada 10 April lalu. Ketika itu posisi komet sedikit lebih dekat daripada orbit Jupiter pada jarak sekitar 386 juta mil dari matahari.
Howes dan Ernesto Guido dari Observatorium Remanzacco di Italia menggunakan teleskop berbasis di daratan di Australia, Hawaii dan Kepulauan Canary untuk membuat pengamatan mereka. Mereka berkolaborasi dengan dengan Nalin Samarasinha, Senior Scientist di Planetary Science Institute (PSI) dalam upaya untuk mendapatkan data resolusi spasial tinggi pada benda langit ini.
Sementara Dennis Bodewits, astronom dari University of Maryland yang telah mengamati ISON, menjelaskan bahwa antusiasme mengenai komet ini telah meningkat selagi para pengamat memperkirakan lintasan komet ini.
“Kita mulai melihat Komet ISON ini akhir tahun lalu, ketika ia sangat jauh dari bumi dan matahari sudah sangat aktif. Orang-orang mulai merekonstruksi orbitnya dan mengira-ngira apa yang terjadi dengan komet ini. Diperkirakan komet ini akan sangat bercahaya begitu mendekat matahari," ujarnya.
Bodewits dan para astronom lain yang mengamati ISON baru-baru ini menggunakan sumber-sumber daya seperti Teleskop Antariksa Hubble milik NASA dan satelit Swift untuk melihat komet dengan jelas seiring perjalanannya menuju sistem tata surya kita. Bodewits mengatakan ia terutama bersemangat mempelajari seberapa besar inti atau nukleus komet tersebut.
“Ini penting untuk diketahui untuk melihat indikasi apakah ia akan bertahan saat mendekati matahari," ujarnya.
Menurut Bodewits, nukleus ISON tidak begitu besar, hanya berdiameter empat kilometer. Karena ISON akan terbang sangat dekat dengan matahari, Bodewits mengatakan ada kekhawatiran bahwa daya gravitasi yang kuat dapat menghancurkan komet tersebut.
Para astronom yakin ISON akan memperlihatkan bentuk yang spektakuler November mendatang. Kemungkinan bersinar sangat terang sehingga dapat dilihat siang hari.
“Jika sebuah komet sangat aktif, berarti ia menghasilkan banyak gas, mengeluarkan banyak debu dan debu itu akan membuat komet terlihat spektakuler. ISON masih sangat jauh dari matahari, namun sudah mengeluarkan banyak debu," pungkasnya. (Esy/jpnn)