REFLEKTOR, PENELITIAN MAHASISWA TEKNIK MESIN UNRI

Tenaga Matahari, Masak Air Atau Internet

Teknologi | Sabtu, 21 Januari 2012 - 09:29 WIB

Tenaga Matahari,  Masak Air Atau Internet
Melalui kreasinya, para mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Riau mengembangkan pemanas air tenaga matahari, Jumat (20/1/2012). (foto:teguh prihatna/riau pos)

Laporan EKA G PUTRA, Pekanbaru

Bagaimana jika merebus air, memasak mie, dan kegiatan memasak lainnya hanya memanfaatkan sinar matahari? Barangkali ada yang mengatakan tidak mungkin.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Namun tidak demikian bagi Simon (22) dan Likwon (23). Dalam waktu 40 menit, mereka mampu mendidihkan 2 Liter (L) air diatas suhu rata-rata 240 derjat dengan peralatan yang mereka namakan Tungku Tenaga Surya.

Tentu tanpa kayu bakar, minyak tanah, maupun gas. Benar-benar dengan memanfaatkan cahaya matahari. Bahkan, ada juga peralatan yang dapat mengupas dan memotong hati nenas hanya dalam waktu enam detik.

‘’Selain untuk tugas akhir (TA), ide membuat tungku tenaga surya ini muncul berdasarkan cuaca di Pekanbaru yang cukup panas, setelah diajukan melalui proposal ke dosen ternyata diterima dan berfungsi seperti sekarang,’’ ujar mahasiswa Diploma 3 semester VII Teknik Mesin Unri, Simon Hengki Siahaan yang sedang melakukan uji coba terhadap hasil TA-nya bersama rekan sekampusnya, Likwan.

Berdasarkan kunjungan Riau Pos di kampus Teknik Unri, Panam, Jumat (20/1) pagi kemarin, Simon dan Likwan yang mengerjakan TA berdua, pagi itu tengah asyik melakukan berbagai percobaan di depan ruang lab perawatan dan perbaikan Teknik Mesin.

Peralatan semacam parabola berukuran 1.910 mm yang dilingkari besi serta ditutup sepenuhnya dengan potongan-potongan cermin persegi berukuran kecil yang ditempel dan memiliki kedudukan yang dapat membuat alat tersebut bergerak secara otomatis dengan diatur waktunya berdasarkan arah matahari.

Juga dikaitkan empat chanel berupa kabel biasa yang masing-masing memiliki titik fokus, sebagai pengukur temperatur suhu, pengatur lingkungan, pengatur air, dan cermin.

Ditengah-tengah parabola yang mereka sebut reflektor tersebut dipasang sebuah kedudukan sebagai tempat meletakkan panci. Lalu, dari chanel tadi juga disambungkan ke Laptop yang mereka taruh sebagai pencatat suhu dari panas yang diterima.

‘’Sejak April 2011 kami sudah mulai mengerjakan, kerangkanya hanya dikerjakan selama dua pekan, dan menempel kacanya yang membutuhkan waktu selama lima bulan, semuanya dikerjakan sendiri dan menghabiskan biaya sekitar Rp2 juta,’’ sebutnya sambil memperlihatkan didihan air dari dalam panci setelah direbus selama 40 menitan.

Dilanjutkannya, bahwa jika cahaya matahari panas tanpa dilapisi awan, titik fokus yang berada di bawah panci atau ditengah tungku tersebut bisa mencapai suhu 300 derjat celcius.

‘’Penelitian sudah kami lakukan hampir sebulan belakangan, sebelumnya dari pukul 10.00-17.00 WIB, sekarang dari pukul 08:00-17.00 WIB, yang dilakukan adalah ingin menguji panas tertinggi, dan perubahan temperatur terhadap 1 liter hingga 4 liter air,’’ sebut Likwan yang bercita-cita ingin menjadi salah seorang desain gambar mesin tersebut.

Sementara Simon mengungkapkan, dengan peralatan ini jika diberikan kebebasan dalam melakukan percobaan serta dengan biaya yang tak terbatas, dapat dikembangkan menjadi water heater (air panas) dan bisa menangkap sinyal internet dengan lebih kuat dibanding yang sudah ada.

‘’Ingin memanfaatkan dulu secara pribadi, dan jika ada yang berinvestasi tentunya kami siap memproduksi massal dan mengembangkan lagi, sebab peralatan ini benar-benar bermanfaat dan multifungsi,’’ sebut Simon yang ingin bekerja di BP Migas tersebut menceritakan.

Sementara itu, di dalam ruang lab perawatan dan perbaikan Teknik Mesin tersebut, juga terdapat sebuah peralatan yang dapat digunakan sebagai pengupas dan pemotong hati (tengah) nenas.

Hanya dalam waktu enam detik saja. Adalah Suratno. Mahasiswa semester akhir D3 Teknik Mesin kelahiran 7 Oktober 24 tahun silam tersebut mencoba sebuah peralatan sederhana setelah melakukan survei ke daerah Rimbo Panjang, Kampar, yang notabene banyak terdapat petani nenas.

‘’Memang terinspirasi dari petani nenas di Kampar, setelah melakukan penelitian ke sana saya lihat mereka membutuhkan waktu satu menit lebih untuk membersihkan nenas, dan dengan alat ini hanya dalam hitungan detik, sebuah nenas utuh sudah siap disajikan dan disantap, atau diproduksi oleh UKM di sana (Kampar), tujuan utamanya bisa dimanfaatkan untuk itu memang,’’ sebut mahasiswa yang tinggal di Gobah tersebut.

Diceritakan Suratno, ia hanya membutuhkan waktu selama tiga bulan untuk membuat peralatan yang terbuat dari besi, berupa meja dan memiliki kedudukan bagi mata pisau stainleess dan penjepit nenas yang berukuran diameter 9 cm itu.

‘’Caranya mudah, di mana pangkal dan ujung nenas yang masih utuh dipotong, lalu tinggal dilubangi untuk membuang hati (tengah) nenas, dan kemudian kulit akan dikupas oleh mata pisau berukuran 9 cm tersebut sehingga sudah langsung bersih,’’ sebutnya sambil memperlihatkan video demonstrasi yang sudah dilakukannya akhir 2011 lalu.

Beragam alat-alat baru dan bermanfaat tersebut memang harus ditelurkan oleh mahasiswa Fakultas Teknik Mesin Unri agar dapat lulus dalam kuliah.

Dengan bahan yang sederhana dan biaya tidak terlalu besar, seharusnya alat-alat tersebut dapat menjadi salah satu produk anak bangsa yang bisa diproduksi secara massal dalam mendukung program pemerintah untuk memakai produk-produk dalam negeri.

Ramah lingkungan dan mendukung green campus sudah barang tentu terlaksana dari hasil karya mereka. Dan beberapa hasil karya mahasiswa yang dipaparkan diatas, tidak itu saja.

Masih banyak lagi yang lain. Seperti mesin Granular yang dapat membuat pupuk ikan, mesin pembuat pelet, dan lainnya yang sudah dikerjakan selama kurun 2011 kemarin.

‘’Memang kreatifitas mahasiswa dalam ujian akhir tersebut terkait biaya, dimana kita memberikan kesempatan kepada mereka untuk memproduksi sesuatu dengan harga berkisar antara Rp2-3 juta, karena semuanya dikerjakan sendiri dan setelah itu harus menyusun laporan dan mengerjakan skripsi lagi setelah lulus penelitian,’’ ujar Sekretaris Jurusan Teknik Mesin Unri, Nazaruddin saat ditemui Riau Pos di ruangannya.(egp)  









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook