NEW ZEALAND (RP) - Raksasa internet Google meluncurkan balon penyedia akses internet di kawasan-kawasan miskin terpencil dan daerah bencana. Hebatnya, balon internet dengan kecepatan akses melebihi 3G itu digratiskan.
Balon internet yang dinamai Loon itu akan berada di lapisan stratosfer, 20 kilometer di atas Bumi. Dalam uji coba Proyek Loon, 30 balon ditempatkan di atas kawasan Pulau Selatan, Selandia Baru. Dari sini balon-balon ini akan mengitari bumi melalui jalur yang sudah ditentukan sebelumnya.
Selanjutnya dari balon-balon ini akan dipancarkan sinyal nirkabel untuk para pengguna internet di darat, meski sambungan internet ini tidak akan terus menerus. "Balon yang berada di dua kali ketinggian pesawat komersial, bisa dipakai untuk memancarkan akses internet ke darat dengan kecepatan yang sama dengan 3G atau mungkin lebih cepat lagi," kata pemimpin proyek Mike Cassidy.
Google menyebut proyek ini bisa dimanfaatkan untuk menyediakan akses internet murah ke kawasan miskin terpencil atau daerah bencana yang biasanya kesulitan bahkan sama sekali tak ada akses komunikasi. Selain di Selandia Baru, Google juga berencana membuat proyek serupa di Australia dan Argentina.
Seperti diberitakan Associated Press, Sabtu (15/6), balon yang awalnya tipis dan keriput di daratan itu kemudian menggelembung berbentuk layaknya ubur-ubur. Selanjutnya balon-balon itu berwarna mengkilap saat mereka naik ke langit biru di atas Danau Tekapo.
Masih dalam tahap eksperimental, balon ini jadi yang pertama dari ribuan balon lainnya yang bakal di luncurkan ke stratosfer untuk menjembatani kesenjangan digital yang masih mendera sekitar 4,8 miliar orang tanpa jaringan internet di dunia. "Proyek ini diharapkan mampu menyediakan internet bagi 2,2 miliar manusia," lanjut Cassidy.
Jika berhasil, teknologi ini akan memungkinkan banyak negara memangkas biaya tinggi untuk pemasangan kabel serat optik. Secara dramatis, proyek itu juga akan meningkatkan penggunaan internet di negara-negara Afrika dan Asia Tenggara. "Kekuatan internet merupakan salah satu teknologi yang paling transformatif di zaman kita," tambahnya.
Sedangkan orang pertama yang mendapatkan akses internet Balon Google minggu ini adalah Charles Nimmo, seorang petani dan pengusaha di kota kecil Leeston. Dia merasakan pengalaman pertama dari 50 penduduk setempat menjadi tester untuk proyek ini.
Nimmo adalah satu di antara banyak rakyat pedesaan, bahkan di negara maju, yang tidak bisa mendapatkan akses broadband. Setelah susahnya mendapatkan dial-up layanan internet satelit yang menjadi pilihannya, Nimmo justru terjebak dengan tagihan yang terkadang melebihi USD 1.000 atau Rp 10 juta dalam satu bulan.
Google menjelaskan, setiap balon akan menyediakan layanan internet untuk daerah seluas dua kali ukuran New York atau sekitar 1.250 kilometer persegi. Mereka bisa memberikan layanan streaming internet ke Afghanistan yang kontur daratannya curam dan berbukit.
Balon internet ini diklaim tidak akan mengganggu pesawat karena posisinya dua kali lebih tinggi dari jalur penerbangan tertinggi pesawat terbang. Balon Google juga tidak membawa kamera atau peralatan asing lainnya yang dikhawatirkan bakal melakukan pemetaan.(esy/jpnn)