JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Platform video conference Zoom yang disebut-sebut tak aman oleh banyak pihak kini dirasakan langsung dampaknya oleh lembaga resmi pemerintah Indonesia. Saat sedang menggelar rapat virtual dan disaksikan oleh awak media melalui platform Zoom, tiba-tiba muncul video tak senonoh pasangan sesama jenis dan wanita bertelanjang dada dari salah satu partisipan anonim yang hadir.
Adalah Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas) yang apes kena serangan yang disebut sebagai zoombombing itu. Lembaga multistakeholder di bawah Presiden RI itu terkena serangan zoombombing dan disaksikan juga oleh awak media yang turut serta dalam rapat virtual tersebut.
Kronologi terjadinya zoombombing di acara virtual Wantiknas itu saat berjalannya diskusi TIK-Talk bertema 'Kolaborasi Multistakeholders Memerangi Hoaks dan Disinformasi di Tengah Pandemi Covid-19'. Pantauan JawaPos.com, zoombombing terjadi saat Direktur PT Media Kernels Indonesia (Drone Emprit), Ismail Fahmi tengah memberi pemaparan tentang analisis big data untuk pemetaan disinformasi di media sosial.
Saat pemaparan berlangsung, sempat terjadi perubahan tampilan layar seperti sebuah proses coding. Namun, kejadian itu hanya berlangsung sesaat. Kemudian terdengar suara batuk dari peserta diskusi yang ternyata berasal dari orang asing yang ternyata sedang memutar video adegan tak senonoh sesama jenis.
Sebelum Ismail, sejumlah pihak juga sempat mengisi acara diskusi virtual tersebut, di antaranya Ketua Tim Pelaksana Wantiknas Ilham Akbar Habibie, anggota Wantiknas Garuda Sugardo, dan Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemkominfo Widodo Muktiyo.
Zoombombing sendiri adalah serangan yang dilancarkan hacker berupa gangguan dari luar yang membajak konferensi video dengan mengirim gambar-gambar tidak senonoh atau ujaran kebencian disertai ancaman. Zoombombing merupakan masalah yang dimiliki Zoom di tengah popularitas yang melonjak di masa pandemi Covid-19 karena lebih banyak orang berada di rumah.
Menanggapi hal tersebut, pegiat keamanan siber Alfons Tanujaya menyampaikan, motif atau tujuan pelaku adalah mengganggu (throlling) atau melecehkan pihak tertentu. Salah satunya yang terjadi pada diskusi online Wantiknas, pelaku membagikan video porno, video kekerasan, dan konten lainnya yang bertujuan mengganggu jalannya aktivitas rapat virtual.
Terkait dengan kasus zoombombing yang menimpa rapat atau diskusi virtual Wantiknas, Alfons menilai hal tersebut karena kelalaian admin rapat Zoom tersebut. "Jadi kalau kasusnya zoombombing itu, kalau menurut hemat saya itu masalah di admin dari meeting-nya," ujar Alfons kepada JawaPos.com juga melalui media video conference Zoom.
Alfons mengkritik admin dari rapat Zoom yang diselenggarakan Wantiknas lantaran tidak mengerti fitur-fitur dan cara rapat virtual yang baik. "Jadi kalau adminnya mengerti dan melakukan dengan baik, itu aman. Ini adminnya saja yang nggak paham," tegas Alfons.
Sumber: JawaPos.com
Editor: Erizal