JAKARTA(RIAUPOS.CO) – Virtual Reality (VR) menjadi teknologi yang sedang ramai diperbincangkan. VR biasanya digunakan untuk bermain game atau sensasi menonton video menggunakan perangkat tambahan khusus.
Tak hanya berfungsi untuk hiburan saja, VR rupanya bisa digunakan untuk kebutuhan yang lebih serius, misalnya bidang medis sampai sarana belajar mengajar. Hanya saja, di Indonesia belum banyak guru yang melibatkan teknologi semacam VR untuk memperkaya wawasan muridnya.
Menurut penelitian yang dilakukan di Jepang, belajar dengan menggunakan VR dapat meningkatkan konsentrasi siswa hingga enam kali lipat. Sementara menurut penelitian yang dilakukan oleh Universitas Warwick di Inggris, penggunaan teknologi VR dalam kelas mampu meningkatkan ingatan siswa hingga lebih dari 30 persen.
Penggunaan teknologi VR di Indonesia ini menjadi tantangan tersendiri bagi sekolah-sekolah di negara berkembang, khususnya Indonesia. Tantangan paling utama adalah masalah konten pengajaran dan kesiapan guru.
Sampai saat ini, belum banyak konten bahan ajar berbasis VR karena mayoritas guru belum mempunyai skill coding serta perangkat keras yang memadai untuk membuatnya. Menjawab tantangan ini, sekelompok anak muda yang berasal dari perusahaan pengembang konten Virtual Reality SHINTA VR, menciptakan sebuah solusi platform perangkat lunak berbasis cloud-computing bernama Millealab.
Solusi tersebut dapat membantu guru membuat konten bahan ajar VR mereka sendiri tanpa harus coding dan memakai komputer yang canggih.
Sampai saat ini, Millealab telah diakses oleh lebih dari 350 sekolah dan melatih lebih dari 1.200 guru di Indonesia melalui serangkaian program roadshow dan Massive Open Online Course (MOOC) yang dilakukan bersama South East Asia Ministers of Education Organization Open Learning Centre (SEAMOLEC) serta Ikatan Guru Indonesia sejak Mei 2019.
Millealab telah berhasil membuktikan bahwa guru dapat dengan mudah membuat konten bahan ajar VR. Para guru hanya membutuhkan waktu dua jam untuk belajar hingga dapat membuat konten VR mereka sendiri.
Andes Rizky, selaku Managing Director Millealab dan ketua Asosiasi VR Indonesia (Invra) menjelaskan, Millealab ini sangat mudah digunakan, hanya dengan drag and drop serta memilih interaksi yang ingin dipasang di VR, guru dapat dengan cepat membuat konten sendiri. “Selain itu, guru juga dapat merancang kuis dengan VR yang hasilnya dapat dengan mudah diketahui secara realtime,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya kepada JawaPos.com.
Dalam acara Edutech Expo 2020 yang diselenggarakan di JCC, Senayan, beberapa hari yang lalu Millealab mengumumkan sebuah kompetisi yang dapat diikuti oleh semua guru di seluruh Indonesia. Kompetisi yang bertajuk ‘Kompetisi 1.000 Guru Pionir VR Indonesia’ ini akan dilaksanakan sepanjang tahun dan dibagi ke dalam dua periode.
Periode pertama sedang dibuka pendaftarannya dari 20 Januari hingga 20 Februari 2020. Tim yang mengikuti kompetisi ini terdiri dari dua guru dan satu murid untuk satu sekolah.
Setelah para guru mendaftar, mereka akan dibimbing melalui MOOC selama sebulan dan team harus mengujicobakan konten VR mereka ke dalam kelas target sehingga menghasilkan essay dan presentasi yang berbasis pembelajaran HOTS (High Order Thinking Skill).
“Dengan kompetisi ini, kami harapkan dapat mencetak 1000 guru ahli VR yang menjadi pionir bagi perkembangan pendidikan Indonesia. Saya yakin guru-guru dapat mempunyai daya saing tinggi dan menerapkan metode efektif yang cocok bagi cara belajar generasi Z,” pungkas Andes yang diketahui aktif di industri VR dalam negeri.
Pendaftaran Kompetisi 1.000 Guru Pionir VR periode pertama akan dilaksanakan Januari-April 2020 dan periode dua direncanakan pada Juli-Oktober 2020. Dalam kompetisi ini, Millealab akan bekerja sama dengan banyak pihak yang mempunyai kepedulian atas kemajuan pendidikan di Indonesia.
Sumber: Jawapos.com
Editor : Deslina