PEKANBARU(RP)-Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun metrologi Pekanbaru, menegaskan bahwa gempa bumi, kapan terjadi dan di mana terjadinya tidak bisa diprediksi. Bahkan negara sekalipun tidak bisa memprediksi gempa itu. Mengenai gempa yang terjadi di Siak, Riau pun tidak seharusnya terjadi.
Hal ini disampaikan Kepala antor BMKG Pekanbaru, Philip Mustamu melalui kepala kelompok analisa, Marzuki. Dia menyebutkan gempa bumi yang terjadi di Siak itu adalah efek dari tekanan lempeng tektonik yang beraktifitas.
Dijelaskan, ada tiga penyebab terjadinya gempa, dan di Riau tidak termasuk di dalamnya, seperti tektonik (pergerakan lempeng bumi), vulkanik (aktifitas gunung api), dan runtuhan (goa atau dalam bumi).
Gempa Sabtu (31/3) berkekuatan 5,1 scala richter (SR) terjadi sekitar pukul 10:58:20 WIB, dengan lokasi 1.12 LU - 101.63 BT, sekitar 42 kilo meter (KM) dari timur laut Siak-Riau, dengan kedalaman 10 KM.
‘’Jadi untuk gempa itu tidak bisa diprediksi, bahkan negara maju seperti Amerika dan Jepang pun yang memiliki teknologi yang tinggi pun belum bisa memprediksi kapan dan di mana gempa terjadi,’’ ujar Marzuki kepada Riau Pos, Rabu (4/4) di kantornya menjawab soal prediksi gempa.
Dalam hal ini, BMKG Pekanbaru mengimbau kepada masyarakat untuk tidak panik dan tetap tenang. ‘’Tidak perlu panik, apalagi gempa yang terjadi tidak terlalulah. Dan seharusnya di Riau tidak ada gempa,’’ katanya sembari menegaskan meski demikian dalam hal ini BMKG hanya bisa memantau kekuatannya, dan juga efeknya.
Dijelaskannya, peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba, yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi adalah gempa bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempa bumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik.
Energi yang dihasilkan dipancarkan ke segala arah berupa gelombang gempa bumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi. Karakteristik gempa bumi, berlangsung dalam waktu yang sangat singkat di lokasi kejadian tertentu. Akibatnya dapat menimbulkan bencana, Selain itu dapat berpotensi terulang lagi.
Lebih lanjut, teori lempeng tektonik merupakan kombinasi dari teori sebelumnya yaitu: Teori Pergerakan Benua (Continental Drift) dan Pemekaran Dasar Samudra (Sea Floor Spreading).
Lapisan paling atas bumi, yaitu litosfir, merupakan batuan yang relatif dingin dan bagian paling atas berada pada kondisi padat dan kaku. Di bawah lapisan ini terdapat batuan yang jauh lebih panas yang disebut mantel.
‘’Lapisan ini sedemikian panasnya sehingga senantiasa dalam keadaan tidak kaku, sehingga dapat bergerak sesuai dengan proses pendistribusian panas yang kita kenal sebagai aliran konveksi,’’ urainya.(gus)